Berbeda dengan jumlah ayat-ayat Al-Qur’an di mana terjadi perbedaan pendapat dalam menghitungnya, maka boleh dikatakan para ulama dari dahulu sampai sekarang sepakat bahwa jumlah surat-surat Al-Qur’an keseluruhannya adalah 114 Surat, dimulai dengan Surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan Surat An-Nas.
Secara istilah menurut Imam Az-Zarqani dalam kitab Manahil al-Irfan fi Ulum Al-Qur’an surat adalah sekelompok ayat-ayat Al-Qur’an yang berdiri sendiri, memiliki awal dan akhir
طائفة مستقلة من آيَت القرآن ذات مطلع ومقطع
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Surah (surat) adalah bagian atau bab dalam Al-Qur’an, seperti Surah Al-Fatihah dan Surah Al-Ikhlas. Al-Imam Badr ad-Din Muhammad ibn Abdillah az-Zarkasyi menjelaskan dalam kitab Al-Burhan fi Ulum Al-Qur’an. Surat-surat Al-Qur’an berbeda-beda panjang dan pendeknya. Yang paling pendek adalah Surat Al-Kautsar (Surat ke-108) yang hanya terdiri dari tiga ayat pendek-pendek.
اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ. اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus (QS. AlKautsar 108:1-3)
Yang paling panjang adalah Surat Al-Baqarah (Surat ke-2) terdiri dari 286 ayat. Hampir keseluruhan ayat-ayatnya adalah ayat-ayat yang panjang-panjang. Salah satu ayatnya yaitu ayat 282 merupakan ayat terpanjang dalam Al-Qur’an. Selebihnya ada surat-surat yang masuk kategori panjang, ada yang sedang dan ada pula yang pendek.
Dilihat dari sisi jumlah ayat, maka Surat-surat Al-Qur’an dapat dikelompokkan kepada empat kategori. Pertama, Ath-Thiwal yang artinya adalah surat yang panjang. Menurut para ulama yang masuk dalam kelompok ini adalah tujuh surat diantaranya Al-Baqarah (286 ayat), Ali-Imran (200 ayat), AnNisa’ (176 ayat), Al-Maidah (120 ayat), Al-An’am (165 ayat), Al-‘Araf (206 ayat), yang ketujuh ada yang mengatakan Surat Al-Anfal (75 ayat) dan At-Taubah (129 ayat) digabung (204 ayat) karena antara keduanya tidak ada basmalah sebagai pembatas, dan ada riwayat yang menyatakan bahwa Sa’id ibn Jâbir mengatakan yang ketujuh adalah Surat Yûnus (109 ayat).
Kategori kedua disebut Al-Miun yang artinya seratusan, yaitu surat-surat sesudah at-Thiwal yang jumlah ayatnya seratus lebih atau sekitarnya seperti Surat Hud (123 ayat), Yusuf (111 ayat) dan lain-lain. Ketiga Al-Matsani maknanya yang diulang yaitu surat-surat sesudah al-Miun yang jumlah ayatnya kurang dari seratus ayat. Dinamai alMatsa-ni karena lebih sering diulang-ulang dibandingkan at-Thiwal dan al-Miun seperti Surat Luqman (34 ayat) As-Sajdah (30 ayat), dan lain-lain.
Kategori keempa al-Mufashal artinya yang dipisahkan, yaitu surat-surat sesudah al-Matsâani yang masuk kategori pendek-pendek. Dinamai al-mufashal karena banyaknya pembatas (basmalah) antara surat dengan surat lainnya. Para ulama berbeda pendapat menentukan dari Surat mana sampai akhir Al-Qur’an yang masuk kategori mufashal. Ada yang mengatakan dimulai dari Surat Qaf (Surat nomor 50), ada yang mengatakan Surat Al-Hujurat (Surat nomor 49), dan ada juga yang mengatakan Surat lainnya.
Al-Mufashal dibagi tiga kategori: thiwal (panjang), aushath (sedang), qishar (pendek). Yang masuk kelompok thiwal mulai dari Surat Al-Hujurat sampai dengan Surat Al-Buruj, yang masuk aushath mulai dari Surat Ath-Thariq sampai Al-Bayyinah, sedangkan yang masuk qishar mulai az-Zalzalah sampai Surat An-Nas
Nama-nama Al-Qur’an bersifat tauqifi, bukan taufiqi, dengan alasan tidak ada pola tertentu dalam penamaan surat-surat tersebut. Ada surat yang diberi nama sesuai dengan tema utama atau pokok isi surat tersebut seperti Al-Fatihah, An-Nisa’, Al-Lahab, Al-Kafirun, Al-Ikhlash dan An-Nas.
Tetapi banyak juga yang diberi nama bukan berdasarkan tema utama isi Surat, seperti Surat AlBaqarah (karena kisah Al-Baqarah yang terjadi pada zaman Nabi Musa AS hanyalah sebuah kisah yang terdapat dari sekian isi Surat yang paling panjang ini). Surat Al-Hujurat (karena al-Hujurât bukanlah pokok pembahasan Surat ini, kata itu hanya menunjuk kamar-kamar para isteri Rasulullah SAW, sementara tema utama Surat ini adalah tentang akhlaq).
Bahkan ada Surat yang diberi nama dengan huruf-huruf potong yang terdapat di awal surat seperti Surat Thaha, Shad, Yasin dan Qaf, tetapi ada surat-surat lain, sekalipun diawali dengan huruf-huruf potong juga tetapi tidak dinamai dengan huruf potong itu, seperti Al-Baqarah dan Ali ‘Imran yang sama-sama diawali dengan Alif Lam Mim. Ada surat yang punya satu nama saja, ini yang terbanyak, ada yang dua nama seperti Al-Baqarah juga dinamai Fusthath Al-Qur’an.
Ada yang tiga nama seperti Al-Maidah, dinamai juga Al-‘Uqud, dan Al-Munqidzah, Ada yang empat nama seperti At-Taubah, dinamai juga Al-Baraah, Al-Fadhihah, Al-Hafirah, Ada juga yang lebih dari itu seperti Surat Al-Fatihah dinamai juga dengan Ummul Qur’an, Ummul Kitab, dan As-Sab’u al-Matsani, Al-Hamd, Al-Wafiyah, Al-Kanzu, Asy-Syafiyah, Asy-Syifa’, Al-Kafiyah dan Al-Asas. Jika penamaan Surat-surat Al-Qur’an bersifat taufiqi atau merupakan hasil ijtihad para sahabat tentu akan dinamai dengan pola-pola tertentu secara konsisten.
Susunan surat-surat Al-Qur’an seluruhnya berdasarkan petunjuk dari Rasulullah SAW seperti halnya susunan ayatayat. Tidak ada satu suratpun yang diletakkan pada tempatnya kecuali berdasarkan perintah Nabi SAW. Susunan surat-surat Al-Qur’an pada zaman Nabi sama dengan susunan surat-surat Al-Qur’an yang ada sekarang ini. Rasulullah SAW membaca surat-surat Al-Qur’an dalam shalat beliau. Ibn Abi Syaibah meriwayatkan bahwa Nabi SAW membaca beberapa surat al-Mufashal dalam satu rakaat.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibn Mas’ud, bahwa ia menyatakan Surat Al-Isra’, Al-Kahfi, Maryam, Thaha dan Al-Anbiya’-sambil menyebutnya berurutan seperti susunannya dalam Mushaf sekarang ini adalah surat-surat yang diturunkan di Makkah yang pertama-tama dia pelajari. Diriwayatkan juga melalui Ibn Wahab dari Sulaiman ibn Bilal dia berkata: “Aku mendengar Rabi’ah ditanya orang: “Kenapa Surat Al-Baqarah dan Ali ‘Imran didahulukan, padahal sebelum kedua surat tersebut telah diturunkan delapan puluhan surat Makkiyah, sementara Al-Baqarah dan Ali ‘Imran diturunkan di Madinah.”
Rabi’ah menjawab: “Kedua Surat itu memang didahulukan. Al-Qur’an disusun berdasarkan ilmu orang yang menyusunnya. Kemudian dia berkata: Ini adalah sesuatu yang memang yang tidak dapat dipersoalkan.” Ibn al-Hashar mengatakan: “Susunan surat-surat dan ayat-ayat Al-Qur’an adalah berdasarkan wahyu. Rasulullah SAW yang memberi petunjuk meletakkan ayat-ayat yang turun pada tempatnya. Susunan Surat-surat Al-Qur’an diriwayatkan dengan mutawatir dan para sahabat sudah sepakat dengan susunan tersebut dalam Mushaf ‘Utsmani.
Kesepakatan para sahabat itu tidak akan terjadi jika susunan surat-suratnya tidak tauqifi dari Rasulullah SAW. Jika sekiranya sunan surat-surat itu berdasarkan ijtihad, tentu para sahabat yang susunan surat-surat dalam Mushaf pribadi mereka berbeda dengan Mushaf ‘Utsmani akan mempertahankan mushaf mereka masing-masing. Yang terjadi justru mereka menyesuaikan susunannya dengan susunan Mushaf ‘Utsmani dan bersedia menyerahkan mushaf pribadi mereka kepda ‘Utsman untuk dibakar.