Sultan Muhammad Al-Fatih Sang Penakluk Kota Konstantinopel

Muhammad Al-Fatih merupakan Sultan ketujuh dari Daulah Utsmaniyah. Nama aslinya adalah Muhammad II bin Murad bin Muhammad bin Bayazid, kemudian dikenal dengan nama Muhammad Al-Fatih dikarenakan keberhasilannya dalam menaklukkan kota Konstantinopel. Sejak kecil ia sangat terkenal sebagai seorang yang tekun mempelajari ilmu agama dari ulama-ulama yang terkemuka ketika itu. ada yang menyebutkan bahwa “dia belajar kepada ulama yang bernama Syaikh Ahmad bin Ismail Al-Kurani, seorang ulama yang hidup di masanya.

Syaikh tersebut berhasil mengantarnya mampu menghafal Alqur’an dan mengajarkan ilmu fiqih serta hadits kepadanya. Di sisi lain ia juga banyak berguru kepada ulama-ulama besar ketika itu, diantaranya adalah Syaikh Aaq Syamsuddin, seorang ulama yang sangat termasyur pada zamannya, yang nasab keturunan ulama ini bersambung dengan khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Pada tahun 885 H Muhammad Al-Fatih diangkat menjadi Sultan setelah kematian ayahnya. Saat itu usianya 22 tahun. saat itu pula ia berhasil membawa pemerintahan Utsmani mencapai kejayaan atau masa keemasan, sehingga Al-Fatih sering disebut sebagai bapak kebaikan atau abu khairat oleh rakyat.

Setelah diangkat menjadi Sultan, ia berusaha keras merealisasikan cita-citanya untuk dapat menaklukkan kota Konstantinopel. Kota konstatinopel jatuh saat Daulah Utsmaniyah mencapai puncak kejayaannya, ketika Muhammad AlFatih berkuasa menggantikan ayahnya Murad II tahun 855 H/1451 M. Beliau memerintah dari tahun 1451 hingga tahun 1481 M. Perluasan wilayah Islam bergairah kembali.

Dan kota Konstantinopel jatuh tahun 857H/1453 M. Dalam penaklukan kota Konstantinopel, Muhammad Al-Fatih langsung memimpin dan mengorganisir pasukannya sebagai panglima militer tertinggi. Meskipun demikian ia mengangkat panglima perang atau jenderal-jenderal dalam memimpin peperangan disetiap pasukan. Dalam pengepungan ini, Al-Fatih mengorganisir dan memantau langsung pasukan Utsmani tersebut, bahkan ia sangat memperhatikan perbekalan tentaranya, baik persenjataan maupun logistik .

Dalam pengepungan terhadap kota Konstantinopel berlangsung cukup lama, hal itu dikarenakan Konstantinopel merupakan kota benteng yang sangat kokoh dan aman dari jangkauan musuh, serta bantuan dari Eropa yang selalu mengalir ke Konstantinopel lewat Tanduk Emas menyebabkan bertambah lamanya pengepungan kota tersebut. Bahkan ketika kapal-kapal Al-Fatih akan memasuki teluk, orang-orang Romawi langsung menutupnya dengan sebuah rantai yang sangat besar yang tidak dapat dilewati.

Dalam proses peperangan itu ia membagi pasukannya menjadi 250.000 pasukan, dalam buku yang berjudul Sultan Muhammad Al-Fatih dijelaskan bahwa pasukan terbagi menjadi tiga. Setelah beberapa minggu melakukan perang benteng kota Konstantinopel belum juga dapat ditembus, walaupun menggunakan meriam-meriam yang sangat canggih, kemudian Al-Fatih mengganti komandan armada pasukan laut, Balta Oghlmi dengan Hamzah Pasya, karena dianggap tidak mampu mencegah kapal-kapal Eropa yang mendarat di teluk Tanduk Emas.

Sultan Al-Fatih sangat Khawatir kapal-kapalnya mendapat serangan dari selatan, maka kemudian ia memerintahkan pasukannya untuk menarik kapal-kapalnya dari selat Bosporus ke daratan melalui celah salah satu gerbang sebelah Barat kemudian dilabuhkan di Tanduk Emas, Karena salah satu pertahanan yang agak lemah adalah melalui selat Golden Horn yang sudah dirantai hanya dalam waktu semalam 70 lebih kapal bisa memasuki wilayah selat Golden Horn.

Keberhasilan Sultan Muhammad Al-Fatih dalam menaklukkan Kota Konstantinopel tahun 857 H/1453 M, setelah pengepungan nya dari berbagai penjuru. Saat itu umat islam memperoleh kemenangan yang nyata dengan menjadikan kota itu tunduk di bawah kekuasaannya. Dia berhasil membunuh Kaisar Byzantium dalam perang itu.

Kemenangan ini merupakan kemenangan terbesar bagi Utsmaniyah, lalu dia memberikan nama Istanbul (kota kesejahteraan) dan menjadikannya sebagai ibu kota, Dengan mengalahkan Byzantium dan menaklukkan Konstantinopel Muhammad Al-Fatih telah mengantarkan kesultanan Utsmani mencapai masa keemasan dan kejayaan.

Mengapa Para Pembesar Malaikat Semisal Jibril, Mikail, Isyrafil, Izrail, Rafail/Rafayil/Rafael.. Semuanya Berimbuhan "..il/iel"?

Turki Usmani mencapai kegemilangannya pada saat daulah ini dapat menaklukkan pusat peradaban dan agama Nasrani di Byzantium, yaitu Konstantinopel. Sultan Muhammad II yang di kenal dengan Sultan Muhammad Al-Fatih (1451-1484) dapat mengalahkan Byzantium dan menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453 Keberhasilan Muhammad Al-Fatih dalam menaklukkan Konstantinopel telah meletakkan fondasi yang kokoh bagi Daulah Utsmaniyah untuk kemudian hari dan mampu bertahan paling lama dibandingkan dengan kekuasaan Islam.

Dalam penalukkan Kota Konstantinopel juga mempunyai misi yaitu untuk menyebarkan agama Islam. Misi dakwah yang dilakukan Muhammad Al-Fatih tergambar saat jatuhnya Konstantinopel, ia langsung mengubah gereja megah Aya Shofia untuk dialihfungsikan menjadi masjid dan mengganti nama kota menjadi Istanbul yang berarti kota Islam.

Keberhasilan dalam penaklukan Konstantinopel merupakan pembuka bagi perkembangan Islam di Eropa, karena Sebelum ditaklukkan, Konstantinopel menjadi hambatan besar bagi tersebarnya Islam di benua Eropa. Dengan demikian, penaklukannya berarti jalan pembuka bagi Islam untuk masuk ke benua Eropa dengan kekuatan dan kedamaian lebih dari masa sebelumnya. Pasca pembebasan Konstantinopel agama Islam lebih tersebar luas di benua Eropa dengan kekuatan (jihad) dan kedamaian (dakwah) khususnya wilayah semenanjung Balkan, Eropa Timur dan Eropa Tengah.

Bagikan artikel ini ke :