Sujud Syukur Sama dengan Sujud Tilawah

Mazhab Asy-Syafi’iyah dan Al-Hanabilah melarang sujud syukur bila dilakukan pada saat melaksanakan shalat. Karena penyebabnya di luar shalat. Dan bila sujud syukur itu dilakukan, shalatnya menjadi batal, kecuali karena seseorang lupa atau tidak tahu. Syamsuddin al-Khatib as-Syirbini as-Syafi’i (w. 977 H) dalam Mughni al-Muhtaj menyebutkan

ูˆุณุฌูˆุฏ ุงู„ุดูƒุฑ ู„ุง ูŠูุนู„ ุฅู„ุง ุฎุงุฑุฌู‡ุง

Sujud syukur tidak boleh dilakukan kecuali diluar shalat

Ibnu Qudamah al-Hanbali (w. 620 H) dalam al-Mughni menyebutkan

ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูŽุณู’ุฌูุฏู ู„ูู„ุดู‘ููƒู’ุฑู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ูููŠ ุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉู. ู„ูุฃูŽู†ู‘ูŽ ุณูŽุจูŽุจูŽ ุงู„ุณู‘ูŽุฌู’ุฏูŽุฉู ู„ูŽูŠู’ุณูŽ ู…ูู†ู’ู‡ูŽุง. ููŽุฅูู†ู’ ููŽุนูŽู„ูŽ ุจูŽุทูŽู„ูŽุชู’ ุตูŽู„ูŽุงุชูู‡ูุŒ ุฅู„ู‘ูŽุง ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽูƒููˆู†ูŽ ู†ูŽุงุณููŠู‹ุง ุฃูŽูˆู’ ุฌูŽุงู‡ูู„ู‹ุง ุจูุชูŽุญู’ุฑููŠู…ู ุฐูŽู„ููƒูŽ

Tidak disyariatkan sujud syukur dalam shalat, karena sebab sujud syukur tak ada dalam shalat. Kalaupun dilakukan, maka shalatnya batal, kecuali lupa atau tak tahu

Namun ada juga satu pendapat di kalangan mazhab Al-Hanabilah bahwa sujud syukur di dalam shalat bila dikerjakan tidak akan membatalkan shalatnya. Itu adalah pendapat dari Ibnu az-Zaghuni, tapi pendapat ini sangat lemah.

Mazhab Asy-Syafi’iyah dan mazhab Al-Hanabilah sebagaiman mazhab yang menyatakan kesunnahan sujud syukur di luar shalat, mereka menegaskan bahwa praktek teknis sujud syukur sama dengan sujud tilawah di luar shalat.

Sujud syukur lebih bagus jika dimulai dengan berdiri dan juga menghadap kiblat. Karena sujud syukur itu seperti shalat, maka disyariatkan menghadap kiblat. Meski dalam mazhab Hanbali, sujud syukur itu disamakan dengan sujud tilawah diluar shalat. Sedangkan sujud tilawah diluar shalat itu disamakan dengan shalat sunnah dalam bab syarat sahnya. Artinya dalam shalat sunnah memang dalam keadaan tertentu boleh tidak mengahadap kiblat.

ู‚ูˆู„ู‡: ูˆุณูุฌูˆุฏู ุงู„ุชู‘ูู„ุงูˆุฉู ุตูŽู„ุงุฉูŒ. ููŠุดู’ุชุฑูŽุทู ู„ู‡ ู…ุง ูŠุดู’ุฑุท ู„ู„ู†ุงูู„ุฉู. ูˆู‡ุฐุง ุงู„ู…ุฐู‡ุจุŒ ูˆุนู„ูŠู‡ ุฌู…ุงู‡ูŠุฑ ุงู„ุฃุตูŽุญุงุจ

Sujud tilawah itu shalat, sebagaimana syarat dalam shalat sunnah. Inilah pendapat yang dipilih dalam mazhab Hanbali.

Kecuali hanya Ibnu Taimiyyah saja yang tak mengharuskan menghadap kiblat. Karena dari awal beliau berpendapat bahwa sujud syukur itu beda dengan shalat. Berbeda dengan mayoritas ulama yang menyebut bahwa sujud tilawah dan sujud syukur itu seperti shalat pada umumnya. Tentu pendapat hari ini yang menyatakan bahwa sujud syukur itu tak butuh menghadap kiblat, ya mengikuti pendapat Ibnu Taimiyyah itu.

Imam Syafi’i (w. 204 H) menyebutkan dalam al-Majmu’ bahwa sujud syukur itu takbir pertama untuk takbiratul ihram, lalu takbir untuk turun sujud dan bangun dari sujud

ูˆูŽูŠูุณู’ุชูŽุญูŽุจู‘ู ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุฑู’ููŽุนูŽ ูŠูŽุฏูŽูŠู’ู‡ู ู„ูุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ุชูŽูƒู’ุจููŠุฑูŽุฉู ุงูู’ุชูุชูŽุงุญู ููŽู‡ููŠูŽ ูƒูŽุชูŽูƒู’ุจููŠุฑูŽุฉู ุงู„ู’ุฅูุญู’ุฑูŽุงู…ู ุซูู…ู‘ูŽ ูŠููƒูŽุจู‘ูุฑู ุชูŽูƒู’ุจููŠุฑูŽุฉู‹ ุฃูุฎู’ุฑูŽู‰ ู„ูู„ุณู‘ูุฌููˆุฏู ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูŽุฑู’ููŽุนู ุงู„ู’ูŠูŽุฏูŽ

Disunnahkan mengangkat tangan ketika takbir pertama, karena itu takbiratul ihram, lalu takbir kedua untuk turun sujud tanpa mengangkat tangan.

Dalam mazhab Hanbali, Syamsuddin al-Maqdisi menjelaskan dalam as-Syarh al-Kabir sujud syukur itu seperti sujud tilawah ketika diluar shalat. Dalam mazhab Hanbali, takbir hanya ketika turun sujud dan bangun dari sujud.

ูˆู„ุง ูŠูุดู’ุฑูŽุนู ููŠ ุงุจุชุฏุงุกู ุงู„ุณุฌููˆุฏู ุฃูƒุซุฑู ู…ู† ุชูŽูƒุจููŠุฑูŽุฉู

Tidak disyariatkan memulai sujud tilawah kecuali hanya sekali takbir.

Sujud di dalam shalat itu dilakukan 2 kali, termasuk ketika sujud sahwi. Hal itu berbeda dengan sujud syukur, bahwa sujud syukur hanya dilakukan sekali saja. Hal ini perlu ditegaskan agar tak terjadi kekeliruan diantara keduanya.

Dalam mazhab Hanbali, bacaan sujud syukur adalah bacaan sujud shalat seperti biasanya. Syamsuddin al-Maqdisi menyebutkan

ูˆูŠู‚ูˆู„ู ููŠ ุณูุฌููˆุฏูู‡ ู…ุง ูŠูŽู‚ููˆู„ู ููŠ ุณูุฌููˆุฏู ุตู„ู’ุจู ุงู„ุตู„ุงุฉู. ู†ูŽุตู‘ูŽ ุนู„ูŠู‡ ุฃุญู…ุฏู

Bacaan yang dibaca adalah sebagaimana yang dibaca waktu sujud shalat seperti biasanya

Meskipun jika kita membaca tasbih seperti ketika sujud tilawah juga tak masalah, seperti bacaan Dari Aisyah, beliau mengatakan bahwa Rasulullah biasa membaca dalam sujud tilawah di malam hari beberapa kali bacaan

ุณูŽุฌูŽุฏูŽ ูˆูŽุฌู’ู‡ูู‰ ู„ูู„ู‘ูŽุฐูู‰ ุฎูŽู„ูŽู‚ูŽู‡ู ูˆูŽุตูŽูˆู‘ูŽุฑูŽู‡ู ูˆูŽุดูŽู‚ู‘ูŽ ุณูŽู…ู’ุนูŽู‡ู ูˆูŽุจูŽุตูŽุฑูŽู‡ู ุชูŽุจูŽุงุฑูŽูƒูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุฃูŽุญู’ุณูŽู†ู ุงู„ู’ุฎูŽุงู„ูู‚ููŠู†ูŽ

Sajada wajhi lilladzi kholaqohu, wa showwarohu, wa syaqqo sam’ahu, wa bashorohu. Tabarakallahu ahsanul kholiqiin. Wajahku bersujud kepada Penciptanya, yang Membentuknya, yang Membentuk pendengaran dan penglihatannya. Maha Suci Allah Sebaik-baik Pencipta (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan An Nasa’i).

Kedua, Dari Hudzaifah, beliau menceritakan tata cara shalat Nabi dan ketika sujud beliau membaca:

ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽ ุฑูŽุจู‘ูู‰ูŽ ุงู„ุฃูŽุนู’ู„ูŽู‰

Subhaana robbiyal a’laa. Maha Suci Allah Yang Maha Tinggi (HR. Muslim)

Ketiga: Dari Aisyah, Nabi biasa membaca do’a ketika ruku’ dan sujud:

ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽูƒูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูู…ู‘ูŽ ุฑูŽุจู‘ูŽู†ูŽุง ูˆูŽุจูุญูŽู…ู’ุฏููƒูŽ ุŒ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูู…ู‘ูŽ ุงุบู’ููุฑู’ ู„ูู‰

Subhaanakallahumma robbanaa wa bi hamdika, allahummagh firliy. Maha Suci Engkau Ya Allah, Rabb kami, dengan segala pujian kepada-Mu, ampunilah dosa-dosaku (HR. Bukhari dan Muslim).

keempat: Dari Ali bin Abi Tholib, Nabi ketika sujud membaca:

ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูู…ู‘ูŽ ู„ูŽูƒูŽ ุณูŽุฌูŽุฏู’ุชู ูˆูŽุจููƒูŽ ุขู…ูŽู†ู’ุชู ูˆูŽู„ูŽูƒูŽ ุฃูŽุณู’ู„ูŽู…ู’ุชู ุณูŽุฌูŽุฏูŽ ูˆูŽุฌู’ู‡ูู‰ ู„ูู„ู‘ูŽุฐูู‰ ุฎูŽู„ูŽู‚ูŽู‡ู ูˆูŽุตูŽูˆู‘ูŽุฑูŽู‡ู ูˆูŽุดูŽู‚ู‘ูŽ ุณูŽู…ู’ุนูŽู‡ู ูˆูŽุจูŽุตูŽุฑูŽู‡ู ุชูŽุจูŽุงุฑูŽูƒูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุฃูŽุญู’ุณูŽู†ู ุงู„ู’ุฎูŽุงู„ูู‚ููŠู†ูŽ

Allahumma laka sajadtu, wa bika aamantu wa laka aslamtu, sajada wajhi lilladzi kholaqohu, wa showwarohu, wa syaqqo samโ€™ahu, wa bashorohu. Tabarakallahu ahsanul kholiqiin. Ya Allah, kepada-Mu lah aku bersujud, karena-Mu aku beriman, kepada-Mu aku berserah diri. Wajahku bersujud kepada Penciptanya, yang Membentuknya, yang Membentuk pendengaran dan penglihatannya. Maha Suci Allah Sebaik-baik Pencipta (HR. Muslim)

Kelima: Dari Ibnu Abbas, dia berkata bahwa ada seseorang yang pernah mendatangi Nabi, lalu ia berkata, Wahai Rasulullah, aku melihat diriku sendiri di malam hari sedangkan aku tertidur (dalam mimpi). Aku seakan-akan shalat di belakang sebuah pohon. Tatkala itu aku bersujud, kemudian pohon tersebut juga ikut bersujud. Tatkala itu aku mendengar pohon tersebut mengucapkan:

ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูู…ู‘ูŽ ุงูƒู’ุชูุจู’ ู„ูู‰ ุจูู‡ูŽุง ุนูู†ู’ุฏูŽูƒูŽ ุฃูŽุฌู’ุฑู‹ุง ูˆูŽุถูŽุนู’ ุนูŽู†ู‘ูู‰ ุจูู‡ูŽุง ูˆูุฒู’ุฑู‹ุง ูˆูŽุงุฌู’ุนูŽู„ู’ู‡ูŽุง ู„ูู‰ ุนูู†ู’ุฏูŽูƒูŽ ุฐูุฎู’ุฑู‹ุง ูˆูŽุชูŽู‚ูŽุจู‘ูŽู„ู’ู‡ูŽุง ู…ูู†ู‘ูู‰ ูƒูŽู…ูŽุง ุชูŽู‚ูŽุจู‘ูŽู„ู’ุชูŽู‡ูŽุง ู…ูู†ู’ ุนูŽุจู’ุฏููƒูŽ ุฏูŽุงูˆูุฏูŽ

Allahummaktub lii bihaa ‘indaka ajron, wa dho’anniy bihaa wizron, waj’alhaa lii ‘indaka dzukhron, wa taqqobbalhaa minni kamaa taqobbaltahaa min ‘abdika dawuda. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Hadits ini dikatakan hasan oleh At-Tirmidzi. Menurut Al-Hakim, hadits di atas adalah hadits yang shahih. Adz-Dzahabi juga sependapat dengannya. Keenam: Dinukil dari mazhab As-syafi’iyah bahwa Al-Imam An-Nawawi menganjurkan membaca lafadz yang diambil dari ayat Al-quran berikut ini saat sujud tilawah :

ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽ ุฑูŽุจู‘ูู†ูŽุง ุฅูู†ู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ูˆูŽุนู’ุฏู ุฑูŽุจู‘ูู†ูŽุง ู„ูŽู…ูŽูู’ุนููˆู„ุงู‹

Maha suci Allah Tuhan kam, sesungguhnya janji tuhan kami pasti dipenuhi (QS. Al-Isra’ : 108).

Ada 2 riwayat dalam Mazhab Syafiโ€™i; pertama menyebutkan bahwa sujud syukur itu tanpa salam, ini riwayat dari al-Buwaithi kepada Imam Syafii. Sedangkan riwayat dari al-Muzani bahwa sujud syukur itu seperti shalat pada umumnya, yaitu salam dua kali. Dalam mazhab Hanbali, sujud syukur cukup dengan satu salam:

ุงู„ู…ุดู’ู‡ููˆุฑู ุนู† ุฃุญู…ุฏูŽุŒ ุฃู†ู‘ูŽ ุงู„ุชุณู’ู„ููŠู…ูŽ ูˆุงุฌูุจูŒ ููŠ ุณูุฌููˆุฏู ุงู„ุชู‘ูู„ุงูˆูŽุฉู

Dalam mazhab Hanbali dalam kitab al-Mughni yang masyhur dari Imam Ahmad, salam ketika sujud tilawah itu wajib hukumnya.

Adapun salam ketika sujud syukur itu masalahnya seperti salam dalam sujud tilawah diluar shalat. Salam dalam sujud tilawah diluar shalat dari Ahmad bin Hanbal ada 3 riwayat, satu pendapat beliau bilang wajib, ada riwayat beliau bilang tidak wajib, bahkan satu riwayat lain beliau bilang tidak usah salam.

Bagikan artikel ini ke :