Terkait perbedaan pendapat lokasi shalat Idul Fithri dan Idul Adha. Sebagian umat Islam selalu mengadakan shalat di lapangan. Sementara sebagian yang lain mengadakannya tetap di dalam masjid. Lalu manakah yang lebih utama dari keduanya?
Para ulama berbeda pendapat dalam hukum shalat Idul Fithr di dalam masjid. Jumhur ulama memandang lebih utama shalat Idul Fihtri dan Idul Adha di lapangan, sedangkan mazhab Asy-Syafi’iyah memandang lebih utama di masjid.
Jumhur ulama diantaranya mazhab Al-Hanafiyah, Al-Malikiyah dan Al-Hanabilah berpendapat bahwa shalat Idul Fithr dan Idul Adha lebih utama dilaksanakan di tempat khusus yang dimasa Rasulullah SAW disebut dengan mushalla al-‘id. Wujudnya berupa tanah lapang padang pasir di luar tembok kota Madinah Al-Munawwarah. Dasarnya adalah hadits berikut ini :
ููุงูู ุฑูุณููู ุงูููููู ููุฎูุฑูุฌู ููููู ู ุงููููุทูุฑู ููุงูุฃููุถูุญูู ุฅูููู ุงููู ูุตููููู
Rasulullah SAW keluar pada Idul Fithr dan Idul Adha ke mushalla. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan para khulafaurrasyidun sepeninggal beliau SAW masih tetap melaksanakan shalat Idul Fithr dan Idul Adha di tempat yang sama.
Namun para ulama dalam beberapa hal tertentu lebih mengutamakan shalat Idul Fithr dan Idul Adha di dalam masjid, yaitu ketika ada udzur tertentu dan bila shalat itu dilakukan di Mekkah.
Apabila ada udzur tertentu seperti hujan, maka lebih utama untuk dilakukan di dalam masjid. Dalilnya adalah hadits berikut :
ุฃูุตูุงุจูููุง ู ูุทูุฑู ููู ููููู ู ุนููุฏู ููุตููููู ุจูููุง ุฑูุณููู ุงูููููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ููู ุงููู ูุณูุฌูุฏู
Dari Abu Hurairah radhiyallahuanhu,”Hujan turun pada kami pada hari ‘id, maka Rasululllah SAW shalat bersama kami di masjid. (HR. Abu Daud)
Khusus untuk kota Mekkah, shalat Idul Fithr dan Idul Adha lebih utama dikerjakan di dalam masjid Al-Haram. Selain karena contoh dari zaman nabi shalat itu dilakukan di dalam masjid Al-Haram, juga karena alasan untuk dapat melihat Ka’bah.
Dan melihat Ka’bah sendiri sudah merupakan ibadah khusus, sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini :
ุฅูููู ุงูููููู ุชูุนูุงููู ููููุฒููู ููู ููููู ู ููููููููุฉู ุนูุดูุฑูููู ููู ูุงุฆูุฉู ุฑูุญูู ูุฉูุ ููููุฒูู ุนูููู ููุฐูุง ุงููุจูููุชู ุณูุชููููู ูููุทููุงุฆูููููู ููุฃูุฑูุจูุนูููู ููููู ูุตููููููู ููุนูุดูุฑูููู ููููููุงุธูุฑูููู
Sesungguhnya Allah SWT menurunkan pada setiap sehari semalam 120 rahmah. Turun pada rumah ini (Masjid Al-Haram) 60 rahmah buat orang-orang yang tawaf, 40 rahmah buat orang-orang yang shalat dan 20 rahmah buat orang-orang yang melihat Ka’bah. (HR. At-Tabrani)
Mazhab Asy-Syafi’iyah memandang apabila masjid berukuran besar dan lebih luas, maka lebih utama untuk dilaksanakan shalat Idul Fithr dan Idul Adha di dalamnya dari pada di lapangan.
Al-Khatib Asy-Syiribini (w. 977 H) menuliskan di dalam kitab Mughni Al-Muhtaj sebagai berikut :
ููุนููุง ุฃู ุตูุงุฉ ุงูุนูุฏ ุจุงูู ุณุฌุฏ ุนูุฏ ุงุชุณุงุนู ูุงูู ุณุฌุฏ ุงูุญุฑุงู ุฃูุถู ูุดุฑู ุงูู ุณุฌุฏ ุนูู ุบูุฑู
Dan pengerjaan shalat Id di dalam masjid bila lebih luas seperti masjid Al-Haram lebih utama, juga karena kemuliaan masjid dari tempat lain.[1]
Ada beberapa alasan yang dikemukakan di dalam mazhab Asy-Syafi’iyah tentang pilihan lebih utama masjid, antara lain :
Masjid itu lebih mulia dan tentu pahala shalat di dalamnya lebih besar, baik untuk shalat fardhu ataupun shalat sunnah.
Alasan kedua karena masjid lebih terjamin dari najis, karena setiap hari dilaksanakan shalat. Berbeda dengan padang pasir dimana di masa lalu sering digunakan untuk buang hajat.
Meski di masa Rasulullah SAW shalat Idul Fithr dan Idul Adha dilaksanakan di padang pasir, namun harus dicatat bahwa di kota Mekkah Al-Mukarramah di masa yang sama shalat tetap dilaksanakan di dalam masjid Al-Haram.
Bahkan di Madinah sendiri sepeninggal Rasulullah SAW dan para shahabat hingga hari ini, kita tidak pernah lagi menyaksikan shalat di padang pasir. Umat Islam di Madinah hingga hari ini melaksanakan shalat Idul Fithri dan Idul Adha di dalam masjid Nabawi.