Pertolongan Allah itu begitu istimewa. Dengan pertolongan-Nya, sebab-sebab yang semula kelihatan ringan akan menjadi dahsyat hasilnya. Dengan pertolongan-Nya, tongkat Nabi Musa alaihissalam dapat membelah lautan.
فَأَوۡحَيۡنَآ إِلَىٰ مُوسَىٰٓ أَنِ ٱضۡرِب بِّعَصَاكَ ٱلۡبَحۡرَ ۖ فَٱنفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرۡقٍ كَٱلطَّوۡدِ ٱلۡعَظِيمِ
Lalu Kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu”. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar. (QS. Asy Syu’ara:63)
Dengan pertolongan-Nya, Maryam mampu membuat buah kurma berjatuhan, hanya dengan sekedar menggoyang-goyangkan pohon kurma yang kokoh menjulang. Padahal ketika itu ia dalam kondisi lelah tak berdaya, saat menjelang prosesi melahirkan Isa alaihissalam.
وَهُزِّىٓ إِلَيۡكِ بِجِذۡعِ ٱلنَّخۡلَةِ تُسَٰقِطۡ عَلَيۡكِ رُطَبًا جَنِيًّا
Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. (QS. Maryam:25)
Dengan pertolongan-Nya jua, tiga ratusan pasukan kaum muslimin Perang Badar dapat mengalahkan kaum musyrikin yang terdiri dari seribu pasukan.
وَلَقَدۡ نَصَرَكُمُ ٱللَّهُ بِبَدۡرٍ وَأَنتُمۡ أَذِلَّةٌ ۖ فَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ
Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.(QS. Ali Imran:123)
Dengan pertolongan-Nya pula, seorang hamba dapat dengan mudah melaksanakan ibadah. Oleh karenanya, kita harus rutin dan giat meminta pertolongan Allah agar kita dimudahkan dalam mengerjakan amal ibadah. Sudahkah?
Kita Ini Hamba yang Lemah
Kita ini adalah hamba yang lemah. Kita tidak akan bisa berbuat apa-apa kecuali jika diberikan pertolongan-Nya.
وَإِذَا حَضَرَ ٱلۡقِسۡمَةَ أُوْلُواْ ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَٰمَىٰ وَٱلۡمَسَٰكِينُ فَٱرۡزُقُوهُم مِّنۡهُ وَقُولُواْ لَهُمۡ قَوۡلًا مَّعۡرُوفًا
Allah hendak memberi keringan kepadamu, karena manusia itu diciptakan dalam sifat yang lemah. (QS. An Nisa:8).
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ أَنتُمُ ٱلۡفُقَرَآءُ إِلَى ٱللَّهِ ۖ وَٱللَّهُ هُوَ ٱلۡغَنِىُّ ٱلۡحَمِيدُ
Kita sebagai makhluk, tentu sangat butuh dengan pertolongan-Nya. Sebab Allah itu Maha Kaya dan Maha Kuasa. Wahai manusia, kamulah yang sangat butuh kepada Allah, dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak membutuhkan sesuatu) lagi Maha Terpuji (QS. Fathir : 15)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Seluruh makhluk amat butuh pada Allah dalam tiap aktivitas geraknya dan juga diamnya. Sungguh Allah tidak membutuhkan mereka sedikitpun. Oleh karena itu, Allah nyatakan bahwa Dialah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (Tafsir Al Qur’an Al Azhim, 11/316)
Dalam Beribadah, Kita Juga Butuh Pertolongan-Nya
Kalaulah bukan karena pertolongan Allah, tentulah kita tidak akan dan dapat mengerjakan amal ketaatan. Karena kita inilah hamba-hamba yang syiarnya kalimat hauqolah : Laa haula wa laa quwwata illa billah. Tidak ada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan Allah.
Imam An Nawawi Al Bantani rahimahullah menjelaskan makna dari kalimat hauqolah ini, “Tidaklah seorang hamba terhindar dari maksiat melainkan karena Allah dan tiada kekuatan untuk mengerjakan amal ketaatan melainkan karena pertolongan Allah.” (Kasyifatus Saja’ Syarh Safinatun Naja, Hal. 8)
Oleh karenanya, Nabi wasiatkan kepada sahabat Muadz Bin Jabal, untuk rutin memohon pertolongan Allah agar bisa beribadah kepada-Nya. Nabi ajarkan kita sebuah doa: “Allahumma A’innii ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatika” (Ya Allah, Tolonglah aku untuk bisa berzikir, bersyukur dan beribadah dengan baik kepada-Mu.)
Nabi mengisyaratkan bahwa setiap ibadah yang dilakukan merupakan bentuk pertolongan Allah. Sebab tidak akan terlaksana suatu ibadah tanpa ada pertolongan dari-Nya. Lantas, sudah seberapa rutin kita memohon pertolongan Allah …?
Antara Ibadah dan Pertolongan Allah
“Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’in”, adalah ayat yang sering kita baca, namun ternyata menyimpan makna dan hikmah yang berlimpah. Ibnul Qayyim sampai menyusun buku setebal tiga Jilid yang berjudul Madarijus Salikin, hanya untuk menjelaskan hikmah dan faedah yang terkandung di dalam ayat ini. Mari sejenak kita renungi salah satu pelajaran yang terkandung didalamnya.
Dalam ayat ini, disandingkan dua kata, yakni “Na’budu” dan “Nasta’in”, yang artinya : “Kami beribadah” dan “Kami memohon pertolongan”. Sejatiahnya, memohon pertolongan kepada Allah (isti’anah) merupakan diantara salah satu bentuk ibadah. Lalu kenapa disebutkan isti’anah disini secara khusus, setelah sebelumnya disebutkan kata ibadah secara umum?
Syaikh Abdurrahman As Sa’di menjelaskan, Disebutkannya isti’anah (meminta pertolongan kepada Allah) setelah ibadah, yang padahal sebenarnya isti’anah merupakan bagian dari ibadah itu sendiri, adalah menegaskan bahwa betapa butuhnya seorang hamba kepada pertolongan Allah dalam setiap ibadah-ibadah meraka. Sebab bila Allah tidak menolongnya, maka tidak akan dapat terwujud suatu ibadah, yakni berupa melaksanakan perintah ataupun menjauhi larangan-Nya. (Taisir Karimir Rahman, Hal. 37)
Dari sini, kita mengambil hikmah bahwa kita amat butuh pertolongan Allah agar bisa beribadah. Dan Allah hanya akan memberikan taufik-Nya kepada sesiapa yang Dia kehendaki saja.
Apakah Kita Termasuk yang Allah Kehendaki?
إِنَّكَ لَا تَهۡدِى مَنۡ أَحۡبَبۡتَ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَهۡدِى مَن يَشَآءُ ۚ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.(QS. Al Qashash : 56)
Allah hanya memberi hidayah (taufik) kepada orang yang dia kehendaki saja dan Allah lebih tau siapakah yang layak untuk diberikan pertolongan oleh Allah. Hamba yang dimudahkan untuk beribadah kepada-Nya, hanyalah hamba-hamba yang Dia kehendaki saja.
Sesungguhnya kehendak Allah itu bertautan dengan hikmah. Artinya, apa-apa saja yang Allah kehendaki, maka semua itu berdasarkan hikmah Allah ta’ala, bukannya tak beralasan. Tersimpulkan bahwa orang-orang yang semangat dalam beribadah adalah insan-insan pilihan, yang dikehendaki oleh Allah untuk diberikan pertolongan agar dapat melakukan amal ketaatan. Adakah kita termasuk yang dikehendaki? Kalau belum, sudah selayaknya kita mencari kunci agar pintu-pintu kebaikan itu segera terbuka.
Perbanyaklah Memohon dan Meminta
Seseorang bisa mengerjakan ibadah karena telah diberikan taufik berupa pertolongan dari Allah. Sebagaimana pula diceritakan dalam Al Qur’an,
وَمَا تَوۡفِيقِىٓ إِلَّا بِٱللَّ
Nabi Syu’aib menuturkan, “Dan tidak ada taufik bagiku melainkan pertolongan Allah.” (QS. Hud : 88)
Ibnul Qayyim mengungkapkan, “Jika terdapat segala macam kebaikan, maka itu semua berasal dari taufik Allah bagi hamba-Nya. Dan, taufik itu kuasanya di tangan Allah bukan di tangan hamba. Kunci untuk mendapatkan taufik tersebut ialah doa, merasa butuh, tulus memohon, dan juga benar-benar berharap menginginkan taufik tersebut. Tatkala seorang diberikan kunci-kunci ini, maka sungguh Allah mengehendaki terbukanya pintu kebaikan baginya. Namun sebaliknya, tatkala seorang hamba tidak mendapatkan kunci-kunci ini, maka pintu-pintu kebaikan itu telah tertutup baginya.” (Al Fawaid, Hal. 130)
Bisa jadi, terasa begitu berat dan malasnya kita dalam melaksanakan ibadah, ialah dikarenakan seringnya kita luput dan lupa untuk meminta pertolongan kepada Allah. Oleh karenanya, semoga tulisan ini dapat menjadi pengingat, agar kita semakin giat meminta pertolongan Allah dan semakin semangat beribadah kepada-Nya.