Proses turunnya Al-Qur’an ada ada dua langkah. Pertama, turunnya Al-Qur’an dari Lauh Mahfuzh ke langit dunia. Kedua, turun dari langit dunia kemudian diterima kepada Nabi Muhammad SAW. beberapa point penting pada periode pertama dari turunnya Al-Qur’an diantaranya
- Waktu
Turunnya Al-Qur’an periode pertama memang benar terjadi pada bulan Ramadhan, namun tidak ada yang mengetahui kapan tanggal dan tahunnya. Hanya Allah SWT saja yang tahu persis tanggal dan tahunnya.
Terjadinya bukan di masa Rasulullah SAW hidup, tetapi jauh sebelum itu. Malam inilah yang selama ini kita kenal dengan Lailatul-Qadar, dimana kita tidak mengetahuinya karena tanggalnya tidak pernah dijelaskan oleh Rasulullah SAW secara pasti.
Ada begitu banyak sumber yang berbeda-beda ketika menetapkan tanggal Lailatul Qadar. Ada yang mengatakan bahwa malam itu terjadi pada 10 malam terakhir Ramadhan, yang lain berpendapat hanya malam-malam ganjil, bahkan ada yang bilang malam pertama Ramadhan, malam 17, malam 19 dan ada pula yang mengatakan terjadi di 10 malam pertengahan Ramadhan.
ketika para ulama berpendapat tentang kapan persisnya malam Qadar itu, mereka saling berbeda pendapat sepanjang zaman. Hal itu bukan karena ulama tidak mampu mendapatkan dalil, tetapi justru karena dalilnya tidak ada yang secara tegas menyebutkan kapan waktunya.
- Malam Ganjil di Sepuluh Malam Terakhir Ramadhan
Pendapat pertama ada mengatakan bahwa Lailatul Qadar jatuh pada malam-malamganjil 10 terakhir Ramadhan. Pendapat ini merupakan pendapat dari jumhur ulama, di antaranya Madzhab Al-Malikiyah, Asy-Syafi’iyah dan Al-Hanabilah, serta Al-Auza’i dan Abu Tsaur. Bahkan Al-Malikiyah dan Al-Hanabilah menegaskan bahwa malam itu tepatnya malam tanggal 27 Ramadhan.
- Tiga Puluh Malam Ramadhan
Pendapat yang kedua ini mengatakan bahwa Lailatul Qadar itu beredar sepanjang Ramadhan, sejak malam pertama hingga malam terakhir. Maksudnya bisa saja ada di malam-malam yang berbeda.
- Sepuluh Malam Terakhir Ramadhan
Pendapat ketiga mengatakan bahwa Lailatul Qadar itu adanya di malam-malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan, tetapi tidak bisa dipastikan pada tanggal berapa. Namun meski tidak diketahui, tanggalnya tidak berpindah-pindah, setiap tahun selalu jatuh pada tanggal yang sama.
Hanya saja Allah SWT merahasiakan malam itu kepada kita. Tujuannya agar kita tetap mencarinya di semua malam sepuluh terakhir. Pendapat ini merupakan pendapat resmi Madzhab Asy-Syafi’iyah, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-Imam An-Nawawi rahimahullah.
- Malam Pertama Ramadhan
Lailatul Qadar jatuh malam pertama bulan Ramadhan. Pendapat ini dikemukakan oleh Abi Razin Al-Uqaili Ash-Shahabi, yang meriwayatkan hadits dari Ibnu Abbas radhiyallahuanhu.
لَيْلَةُ الْقَدْرِ أَوَّل لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ
“Malam Qadar itu jatuhnya pada malam pertama bulan Ramadhan.”
- Malam Tujuh belas Ramadhan
Lailatul Qadar jatuh pada malam 17 Ramadhan. Pendapat ini didasarkan pada hadits berikut :
عَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَال : مَا أَشُكُّ وَلاَ أَمْتَرِي أَنَّهَا لَيْلَةُ سَبْعَ عَشْرَةَ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ أُنْزِل الْقُرْآنُ
Dari Zaid bin Arqam radhiyallahuanhu berkata, ”Aku tidak ragu bahwa malam 17 Ramadhan adalah malam turunnya Al-Qur’an.” (HR. Ath-Thabarani dan Abu Syaibah)
Dan diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa Lailatul Qadar itu adalah malam yang siangnya terjadi Perang Badar, berdasarkan firman Allah SWT :
إِنْ كُنْتُم آمَنْتُمْ باِللهِ وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَى عَبْدِنَا يَوْمَ الْفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ
Jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba Kami di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. (QS. Al-Anfal : 41)
- Sepuluh Malam Tengah Ramadhan
Pendapat keenam mengatakan bahwa diperkirakan Lailatul Qadar itu jatuh pada sepuluh malam yang di tengah-tengah. Al-Imam An-Nawawi mengisahkan pendapat ini, dimana sebagian ulama di kalangan Madzhab Asy-Syafi’iyah berpendapat seperti ini. Al-Imam Ath-Thabari mengaitkan pendapat ini kepada Utsman bin Abil ‘Ash dan Al-Hasan Al-Bashri.
- Malam Kesembilan Belas Ramadhan
Pendapat ketujuh mengatakan bahwa Lailatul Qadar itu jatuh pada malam kesembilan belas. Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan bahwa dalilnya diriwayatkan oleh Abdurrazzaq dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu.
Al-Imam Ath-Thabari mengaitkan hadits tersebut kepada Zaid bin Tsabit dan Ibnu Mas’ud radhiyallahuanhuma. Dan Ath-Thahari menyambungkan hadits itu kepada Ibnu Mas’ud radhiyallahuanhu.
- Berpindah-pindah Tiap Ramadhan
Pendapat kedelapan mengatakan bahwa Lailatul Qadar itu berpindah-pindah tiap tahun dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan ke malam lainnya.
Pendapat ini berangkat dari begitu banyaknya perbedaan yang kita dapat dari banyak riwayat. Dimana semuanya tidak mungkin ditolak, namun juga tidak mungkin digabungkan menjadi satu kesimpulan bahwa jatuhnya malam Qadar itu pada malam tertentu.
Sehingga pendapat yang kedelapan ini mengatakan bahwa malam Qadar itu bergonta-ganti jatuh pada tiap tahun, sesuai dengan semua hadits yang menyebutkannya.
Terdapat pendapat yang mengatakan bahwa terjadinya malam Qadar itu pada 10 malam terakhir bulan Ramadan, hal ini berdasarkan hadits dari Aisyah yang mengatakan :
Rasulullah SAW beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan dan beliau bersabda, yang artinya: “Carilah malam Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan” (HR. Bukhari Muslim)
Rasulullah SAW pernah ditanya tentang Lailatul Qadar, lalu beliau menjawab,
“Lailatul Qadar ada pada setiap bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)
“Carilah lailatul Qadar itu pada malam ganjil dari sepuluh terakhir pada bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)
2. Ayat Al-Qur’an Yang Jadi Menjelaskan
Peristiwa ini diabadikan penyebutannya di dalam tiga ayat Al-Qur-an yang berbeda, yaitu pada surat Al-Baqarah ayat 185, surat Ad-Dukhan ayat 3 serta surat Al-Qadar ayat 1.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ
Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an (QS. Al-Baqarah : 185)
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ مباركة
Sesungguhnya Kami turunkan Al-Qur’an pada malam yang diberkahi (QS. Ad-Dukhan : 3)
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
Sesungguhnya Kami turunkan Al-Qur’an pada malam Qadar (QS. Al-Qadr : 1)
Ketiga ayat ini bicara malam yang disebut Lailatul-Qadar yang sebenarnya bukan malam dimana Rasulullah SAW menerima wahyu pertama, melainkan turun dari sisi Allah SWT hanya ke langit dunia saja.
3. Metode Penurunan
Ciri yang paling penting dari penurunan Al-Quran di periode pertama ini bahwa semua ayatnya turun sekaligus. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahuanhu :
أُنزل القرآن جملة واحدة إلى السماء الدنيا ليلة القدرثم أُنزل بعد ذلك في عشرين سنة
Al-Qur’an diturunkan sekaligus ke langit dunia pada malam Qadar, kemudian diturunkan sesudah itu sepanjang 20-an tahun. (Ath-Thabari, Jami’ Al-Bayan, jilid 17 hal. 574)
Dari Mana dan Ke Mana
Turunnya Al-Qur’an di periode ini sebagaimana Ibnu Abbas katakan di atas, dari sisi Allah SWT atau kadang disebut dengan Lauh Mahfuzh, tidak ke permukaan bumi tetapi hanya sampai ke langit dunia saja.
Al-Qur’an itu menunggu Allah SWT turunkan pertama kali entah di masa yang mana, sampai datangnya masa kehidupan Rasulullah SAW di abad ke-7 Masehi, barulah kemudian turun pertama kali ke Gua Hiro di Mekkah.
Proses Turunnya Al-Qur’an Dari Langit Dunia ke Nabi
Proses turunnya Al-Qur’an ada ada dua langkah. Pertama, turunnya Al-Qur’an dari Lauh Mahfuzh ke langit dunia. Kedua, turun dari langit dunia kemudian diterima kepada Nabi Muhammad SAW. beberapa point penting pada periode kedua dari turunnya Al-Qur’an diantaranya
Dari segi waktu, turunnya Al-Qur’an ini sepanjang 23 tahun. Namun 5 ayat pertama memang diturunkan pada tanggal 17 bulan Ramadhan. Tahunnya adalah 40 tahun setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW. Secara hitungan masehi, beliau SAW lahir tahun 571 dan diangkat menjadi utusan Allah pada tahun 610 M. Maka tanggal 17 memang bisa dianggap sebagai nuzulul-quran juga, dengan catatan maksudnya adalah turunnya 5 ayat pertama.
Ibnu Abbas radhiyallahuanhu menafsirkan kata farraqnahu yang bermakna kami pisah-pisahkan ayatnya, menjadi diturunkan terpisah-pisah.
وَقُرۡءَانًا فَرَقۡنَٰهُ لِتَقۡرَأَهُۥ عَلَى ٱلنَّاسِ عَلَىٰ مُكۡثٍ وَنَزَّلۡنَٰهُ تَنزِيلًا
Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.(QS. Al-Isra 106)
Ciri paling penting dari penurunan Al-Quran periode kedua adalah turunnya yang sedikit demi sedikit dan tidak secara sekaligus. Kadang turun 5 ayat, kadang 10 ayat, kadang hanya 1 ayat, bahkan pernah pula turun hanya beberapa kata. Misalnya dua kata dalam ayat 187 surat Al-Baqarah, yaitu minal-fajri (من الفجر ) yang turun terpisah dari lafadz sebelumnya.
Turunnya Al-Quran pada periode kedua ini turun dari langit dunia ke permukaan bumi, yaitu kepada Rasulullah SAW, dimana pun beliau berada. Maka ada istilah ayat Makkiyah dan Madaniyah, karena saat itu Rasululah SAW berada di Mekkah atau Madinah, meski sesungguhnya kedua istilah itu mengacu kepada masa bukan semata-mata tempat. Jadi kesimpulannya tidak terlalu keliru kalau saat memperingati tanggal 17 Ramadhan kita menyebutkan dengan nuzulul-quran juga, walaupun maksudnya tidak harus malam yang kita maksud dengan Lailatul Qadar.