Paranoid Syirik dan Bahaya Menuduh Syirik dalam Hadits

Tabarruk atau mencari berkah dari seseorang atau suatu benda menjadi pembahasan yang cukup hangat dibicarakan. Baik tabarruk kepada orang yang masih hidup, atau sudah meninggal, atau tabarruk terhadap barang-barang yang ditinggalkan oleh orang yang dianggap memiliki keshalehan dalam beragama.

Di satu sisi ada beberapa kalangan yang suka mencari keberkahan. Di sisi lain, adapula yang menganggap pencarian berkah itu suatu yang masuk bab syirik, karena dianggap meminta kepada selain Allah. Sebenarnya, apa itu berkah dan tabarruk? Apakah ulama sepakat atau berbeda pendapat terkait tabarruk itu? Ada beberapa macam tabarruk? Pernahkah Nabi mengajari tabarruk?

Tabarruk secara bahasa artinya bertambah, berkembang

ุจุฑูƒ: ุงู„ุจูŽุฑูŽูƒุฉ: ุงู„ู†ูŽู‘ู…ุงุก ูˆูŽุงู„ุฒูู‘ูŠูŽุงุฏูŽุฉู. (ู„ุณุงู† ุงู„ุนุฑุจุŒ 10/ 395)

Barakah adalah tambah

ุงู„ู’ุจูŽุฑูŽูƒูŽุงุชู ุงู„ุณูŽู‘ุนูŽุงุฏูŽุฉู. (ู„ุณุงู† ุงู„ุนุฑุจ (10/ 395)

Barakah adalah bahagia

ูˆูŽุฃูŽุตู’ู„ู ุงู„ู’ุจูŽุฑูŽูƒูŽุฉู ุซูุจููˆุชู ุงู„ู’ุฎูŽูŠู’ุฑู ูˆูŽูƒูŽุซู’ุฑูŽุชูู‡ู (ุดุฑุญ ุงู„ู†ูˆูˆูŠ ุนู„ู‰ ู…ุณู„ู… (3/ 194)

Asli kata barakah adalah tetapnya kebaikan dan bertambahnya hal itu.

Maka, tabarruk dalam kitab Wizarat al-Auqa adalah kegiatan mencari berkah atau mencari tetapnya kebaikan dari Allah terhadap sesuatu

Keberkahan yang diberikan Allah bisa Kita temukan ayatnya dalam Al-Qur’an. Pertama, Al-Qur’an itu sendiri adalah kitab yang penuh keberkahan.

ูˆูŽู‡ูŽุฐูŽุง ูƒูุชูŽุงุจูŒ ุฃูŽู†ู’ุฒูŽู„ู’ู†ูŽุงู‡ู ู…ูุจูŽุงุฑูŽูƒูŒ

Inilah kitab yang Kami turunkan penuh dengan keberkahan. (QS. Al-An’am: 92)

ูƒูุชูŽุงุจูŒ ุฃูŽู†ู’ุฒูŽู„ู’ู†ูŽุงู‡ู ุฅูู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ู…ูุจูŽุงุฑูŽูƒูŒ ู„ููŠูŽุฏูŽู‘ุจูŽู‘ุฑููˆุง ุขูŠูŽุงุชูู‡ู ูˆูŽู„ููŠูŽุชูŽุฐูŽูƒูŽู‘ุฑูŽ ุฃููˆู„ููˆ ุงู„ู’ุฃูŽู„ู’ุจูŽุงุจู

Kitab (Al-Qurโ€™an) yang Kami turunkan kepadamu dengan penuh keberkahan supaya mereka menghayati ayat-ayatnya dan supaya orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran (QS. Shad: 29).

Kedua, keberkahan juga berada pada hamba Allah yang beliau pilih, misalnya Nabi Isa.

ูˆูŽุฌูŽุนูŽู„ูŽู†ููŠ ู…ูุจูŽุงุฑูŽูƒู‹ุง ุฃูŽูŠู’ู†ูŽ ู…ูŽุง ูƒูู†ู’ุชู ูˆูŽุฃูŽูˆู’ุตูŽุงู†ููŠ ุจูุงู„ุตูŽู‘ู„ูŽุงุฉู ูˆูŽุงู„ุฒูŽู‘ูƒูŽุงุฉู ู…ูŽุง ุฏูู…ู’ุชู ุญูŽูŠู‹ู‘ุง ]

Dan Allah menjadikan diberkahi dimanapun Aku berada, Allah berwasiat kepadaku untuk shalat, zakat selama Aku masih hidup. (QS. Maryam: 31)

Ketiga, Allah juga memberikan keberkahan kepada suatu tempat, misalnya Makkah. Allah berfirman:

ุฅูู†ูŽู‘ ุฃูŽูˆูŽู‘ู„ูŽ ุจูŽูŠู’ุชู ูˆูุถูุนูŽ ู„ูู„ู†ูŽู‘ุงุณู ู„ูŽู„ูŽู‘ุฐููŠ ุจูุจูŽูƒูŽู‘ุฉูŽ ู…ูุจูŽุงุฑูŽูƒู‹ุง ูˆูŽู‡ูุฏู‹ู‰ ู„ูู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู†ูŽ

Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk manusia, ialah (Baitullah) yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam. (QS. Ali Imran: 96).

Keempat, keberkahan juga Allah berikah kepada suatu benda, mislanya air yang diturunkan dari langit. Allah berfirman:

ูˆูŽู†ูŽุฒูŽู‘ู„ู’ู†ูŽุง ู…ูู†ูŽ ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงุกู ู…ูŽุงุกู‹ ู…ูุจูŽุงุฑูŽูƒู‹ุง ููŽุฃูŽู†ู’ุจูŽุชู’ู†ูŽุง ุจูู‡ู ุฌูŽู†ูŽู‘ุงุชู ูˆูŽุญูŽุจูŽู‘ ุงู„ู’ุญูŽุตููŠุฏู

Dan Kami turunkan dari langit air yang berkah, lalu kami tumbuhkan dengannya kebun-kebun dan biji-bijian yang bisa dipanen (QS. Qaf: 9)

Ada sebagian kalangan hari ini yang sangat paranoid dengan kesyirikan. Sampai setiap orang yang berziarah ke kuburan orang shalih dianggapnya musyrik menyekutukan Allah dengan meminta kepada orang shalih yang sudah wafat itu.

Apakah tak ada husnudzan sedikit saja, bahwa yang orang lakukan di kuburan orang shalih itu benar-benar ziarah, sehingga sampai ziarah ke kuburannya saja dilarang. Orang yang berziarah ke kubur para ulama dituduh sebagai penyembah kubur tanpa adanya klarifikasi dan bukti

Bahkan peziarah makan Nabi pun tertuduh sebagai penyembah kuburnya. Sayangnya mereka yang menuduh orang yang berziarah kubur ulama sebagai kesyirikan, selalu membawakan dalil baik Al-Qurโ€™an dan Hadits yang tak pada tempatnya.

ูˆูŽุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุงุชูŽู‘ุฎูŽุฐููˆุง ู…ูู†ู’ ุฏููˆู†ูู‡ู ุฃูŽูˆู’ู„ููŠูŽุงุกูŽ ู…ูŽุง ู†ูŽุนู’ุจูุฏูู‡ูู…ู’ ุฅูู„ูŽู‘ุง ู„ููŠูู‚ูŽุฑูู‘ุจููˆู†ูŽุง ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุฒูู„ู’ููŽู‰

Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata), Kami tidak menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya

Orang yang bertabarruk dengan ulama, baik ketika masih hidup atau setelah meninggal dianggap menjadikan mereka sesuatu yang bisa mendekatkan kepada Allah sebagaimana orang musyrik menyembah berhala mereka. Tentu tuduhan yang sangat berat, menuduh seorang muslim yang telah bersyahadat telah melakukan kesyirikan.

Sebuah kekeliruan yang cukup fatal lagi adalah jika ayat yang khitab-nya ditujukan kepada orang kafir, malah dituduhkan kepada orang Islam. Ibnu Umar menyebutkan bahwa hal itu termasuk kebiasaan orang khawarij.

Imam Bukhari (w. 256 H) meriwayatkan pernyataan dari Ibnu Umar

ูˆูŽูƒูŽุงู†ูŽ ุงุจู’ู†ู ุนูู…ูŽุฑูŽุŒ ูŠูŽุฑูŽุงู‡ูู…ู’ ุดูุฑูŽุงุฑูŽ ุฎูŽู„ู’ู‚ู ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ูุŒ ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ุฅูู†ูŽู‘ู‡ูู…ู ุงู†ู’ุทูŽู„ูŽู‚ููˆุง ุฅูู„ูŽู‰ ุขูŠูŽุงุชู ู†ูŽุฒูŽู„ูŽุชู’ ูููŠ ุงู„ูƒูููŽู‘ุงุฑูุŒ ููŽุฌูŽุนูŽู„ููˆู‡ูŽุง ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู†ูŽ ุตุญูŠุญ ุงู„ุจุฎุงุฑูŠ

Ibnu Umar menganggap mereka (khawarij) sebagai sejelek-jeleknya makhluk Allah. Ibnu Umar berkata: Mereka menjadikan ayat yang turun kepada orang kafir, lalu dijadikan ayat itu untuk orang mukmin. (HR. Bukhari).

Maka, ad-Dzahabi (w. 748 H) pernah mewanti-wanti dan berdoa semoga kita tak terkena pemahaman khawarij, ketika ada sebagian orang yang katanya pengikut Imam Ahmad bin Hanbal (w. 241 H) tapi inkar terhadap apa yang dilakukan atau difatwakan oleh Imam Ahmad terkait kebolehan tabarruk dengan kamar (kubur) Nabi

ู‚ูู„ู’ุชู: ุฃูŽูŠู’ู†ูŽ ุงู„ู…ูุชูŽู†ูŽุทูู‘ุนู ุงู„ู…ูู†ู’ูƒูุฑู ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽุญู’ู…ูŽุฏูŽุŒ ูˆูŽู‚ูŽุฏู’ ุซูŽุจูŽุชูŽ ุฃูŽู†ูŽู‘ ุนูŽุจู’ุฏูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุณูŽุฃูŽู„ูŽ ุฃูŽุจูŽุงู‡ู ุนูŽู…ูŽู‘ู†ู’ ูŠูŽู„ู…ูŽุณู ุฑูู…ูŽู‘ุงู†ูŽุฉูŽ ู…ูู†ู’ุจูŽุฑู ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ -ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ- ูˆูŽูŠูŽู…ูŽุณูู‘ ุงู„ุญูุฌู’ุฑูŽุฉูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุจูŽูˆููŠูŽู‘ุฉูŽุŒ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ู„ุงูŽ ุฃูŽุฑูŽู‰ ุจูุฐูŽู„ููƒูŽ ุจูŽุฃู’ุณุงู‹. ุฃูŽุนูŽุงุฐู†ูŽุง ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุฅููŠูŽู‘ุงูƒูู… ู…ูู†ู’ ุฑูŽุฃู’ูŠู ุงู„ุฎูŽูˆูŽุงุฑูุฌู ูˆูŽู…ูู†ูŽ ุงู„ุจูุฏูŽุนู. (ุณูŠุฑ ุฃุนู„ุงู… ุงู„ู†ุจู„ุงุก ุท ุงู„ุฑุณุงู„ุฉ (11/ 212)

Saya (adz-Dzahabi) berkata: Manakah orang yang tanatthu’ (berlebih-lebihan) dan inkar terhadap Imam Ahmad bin Hanbal? Padahal telah tetap apa yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Ahmad bin Hanbal bahwa beliau bertanya tentang orang yang menyentuh mimbar Nabi dan kamar (kubur) Nabi. Lalu Ahmad bin Hanbal menjawab: Tidak apa-apa. Semoga Allah melindungi kita dari pendapat khawarij dan dari kebid’ahan. Padahal Rasulullah bersabda:

ุฅูู†ูู‘ูŠ ู„ูŽุณู’ุชู ุฃูŽุฎู’ุดูŽู‰ ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู… ุฃูŽู†ู’ ุชูุดู’ุฑููƒููˆุง ูˆูŽู„ูŽูƒูู†ูŠูู‘ ุฃูŽุฎู’ุดูŽู‰ ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ุฃูŽู†ู’ ุชูŽู†ูŽุงููŽุณููˆู‡ูŽุง

Sesungguhnya aku tidak takut (khawatir) kalian akan menjadi musyrik (menyekutukan Allah sepeninggalku nanti), akan tetapi aku takut (khawatir) kalian akan berlomba-lomba memperebutkan dunia. (HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad).

Tentu hadits diatas bukan berarti menganggap remeh kesyirikan, tapi menganggap ziarah kubur ke orang shalih itu sebagai kesyirikan yang menanggalkan keimanan itu sungguh pemikiran yang tak inshaf dan terlalu terburu-buru.

Dalam hadits lain dengan sanad yang shahih, bahaya akhir zaman tak hanya syirik itu sendiri, tetapi menuduh saudaranya syirik itulah yang dikhawatirkan Nabi. Nabi bersabda:

ุนู† ุญูุฐูŽูŠู’ููŽุฉูŽ ุญูŽุฏูŽู‘ุซูŽู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ: ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ: ุฅูู†ูŽู‘ ู…ูŽุง ุฃูŽุชูŽุฎูŽูˆูŽู‘ูู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู’ ุฑูŽุฌูู„ูŒ ู‚ูŽุฑูŽุฃูŽ ุงู„ู’ู‚ูุฑู’ุขู†ูŽ ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ุฅูุฐูŽุง ุฑูุฆููŠูŽุชู’ ุจูŽู‡ู’ุฌูŽุชูู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูุŒ ูˆูŽูƒูŽุงู†ูŽ ุฑูุฏู’ุฆู‹ุง ู„ูู„ู’ุฅูุณู’ู„ูŽุงู…ูุŒ ุบูŽูŠูŽู‘ุฑูŽู‡ู ุฅูู„ูŽู‰ ู…ูŽุง ุดูŽุงุกูŽ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ูุŒ ููŽุงู†ู’ุณูŽู„ูŽุฎูŽ ู…ูู†ู’ู‡ู ูˆูŽู†ูŽุจูŽุฐูŽู‡ู ูˆูŽุฑูŽุงุกูŽ ุธูŽู‡ู’ุฑูู‡ูุŒ ูˆูŽุณูŽุนูŽู‰ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฌูŽุงุฑูู‡ู ุจูุงู„ุณูŽู‘ูŠู’ููุŒ ูˆูŽุฑูŽู…ูŽุงู‡ู ุจูุงู„ุดูู‘ุฑู’ูƒูุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ู‚ูู„ู’ุชู: ูŠูŽุง ู†ูŽุจููŠูŽู‘ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ูุŒ ุฃูŽูŠูู‘ู‡ูู…ูŽุง ุฃูŽูˆู’ู„ูŽู‰ ุจูุงู„ุดูู‘ุฑู’ูƒูุŒ ุงู„ู’ู…ูŽุฑู’ู…ููŠูู‘ ุฃูŽู…ู ุงู„ุฑูŽู‘ุงู…ููŠุŸ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ุจูŽู„ู ุงู„ุฑูŽู‘ุงู…ููŠ (ุตุญูŠุญ ุงุจู† ุญุจุงู†ุŒ / 282)

Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kamu adalah seseorang yang telah membaca (menghafal) al-Qur’an, sehingga ketika telah tampak kebagusannya terhadap Al-Qur’an dan dia menjadi pembela Islam, dia terlepas dari Al-Qur’an, membuangnya di belakang punggungnya, dan menyerang tetangganya dengan pedang dan menuduhnya musyrik”. Aku (Hudzaifah) bertanya, “Wahai nabi Allah, siapakah yang lebih pantas disebut musyrik, penuduh atau yang dituduh?”. Beliau menjawab, “Penuduhnya”. (HR. Bukhari dalam at-Tarikh, Abu Ya’la, Ibnu Hibban dan al-Bazzar).

Bukan berarti tak ada kemunkaran dalam beberapa kasus ziarah ke kuburan orang shalih, tapi melarang ziarah ke kuburan karena kekhatiran berlebih dan tak selalu terbukti adalah sesuatu yang tak dibenarkan dalam syariah.

Bagikan artikel ini ke :