Kisah yang sangat masyhur dalam perjalanan Isra’ Mi’rajnya Nabi Muhammad adalah tentang diberinya kewajiban sholat 5 waktu. Dalam kisah itu, diskon menjadi 5 waktu sholat, salah satunya adalah atas inisiatif dari Nabi Musa.
Memang Nabi Musa ini bisa dikatakan tokoh penting juga dalam perjalanan Isra’ Mi’raj. Tak cuma sekali Nabi Muhammad ketemu dengannya. Dalam Al-Qur’an sendiri, nama Nabi Musa sering kita temui dengan segala varian kisahnya.
Tak bosan-bosannya membaca kisah Nabi Musa. Tiap malam jum’at saat baca Surat al-Kahfi, selalu saja ketemu cerita Nabi Musa. Nabi Musa ini menempati urutan pertama paling banyak disebutkan dalam Al-Qur’an. Muhammad Fuad Abdul Baqi dalam kitab al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadz al-Qur’an, menyebutkan bahwa Nabi Musa disebutkan sebanyak 136 kali dalam Al-Qur’an, paling banyak diantara para Nabi lainnya.
Nabi Ibrahim sebagai runner up terpaut cukup jauh, disebutkan 69 kali dalam Al-Qur’an. Nabi Muhammad dengan redaksi Muhammad malah 4 kali. Adapun dengan redaksi Ahmad hanya sekali saja. Dari sisi jumlah ayat yang menceritakan seluruh segmen kisah para Nabi, segmen kisah Nabi Musa masih menempati urutan pertama dengan jumlah ayat mencapai 466 ayat, kemudian disusul nabi Ibrahim 197 ayat dan Nuh 113 ayat.
Dalam kaitan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad, hal yang lebih menarik dan jarang dibahas lengkap adalah kisah pertemuan Nabi Muhammad dengan Nabi Musa. Ternyata ada banyak scene dalam sejarah Isra’ Mi’raj dimana Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Musa. Setidaknya ada 5 adegan Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Musa, plus bolak-balik 6 kali ketika meminta keringanan sholat 50 waktu jadi 5 waktu.
Nabi Muhammad bertemu ketika Isra’, dimana Musa di kuburannya sedang sholat, bertemu di Masjid al-Aqsha saat sholat juga, bertemu di langit keenam dan Musa menangis, bertemu lagi berkali-kali saat menyarankan minta diskon sholat 50 waktu dan bertemu saat para Nabi bersama para pengikutnya, salah satu Nabi yang dilihat Nabi Muhammad adalah Nabi Musa.
Petemuan pertama Nabi Muhammad dengan Nabi Musa adalah saat isra’, dimana Nabi Muhammad melewati atau bertemu Nabi Musa saat sedang sholat di kuburannya. Sebagaimana hadis shahih
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” أَتَيْتُ – وَفِي رِوَايَةِ هَدَّابٍ: مَرَرْتُ – عَلَى مُوسَى لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي عِنْدَ الْكَثِيبِ الْأَحْمَرِ، وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي قَبْرِهِ ” (صحيح مسلم، 4/ 1845)
Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku mendatangi -dan pada riwayat Haddab- Aku melewati Musa pada malam aku di isra’kan, yaitu di samping bukit merah sedang sholat di dalam kuburannya.” (HR. Muslim).
Kedua, Nabi Muhammad sholat bersama para Nabi di Baitul Maqdis melihat Musa sholat disana. Juga saat Nabi Muhammad sampai di Baitul Maqdis, Nabi menjadi imam para nabi lainnya. Dalam rombongan para Nabi itu, ada Nabi Musa juga yang sedang sholat. Sebagaimana hadist:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَقَدْ رَأَيْتُنِي فِي الْحِجْرِ وَقُرَيْشٌ تَسْأَلُنِي عَنْ مَسْرَايَ، فَسَأَلَتْنِي عَنْ أَشْيَاءَ مِنْ بَيْتِ الْمَقْدِسِ لَمْ أُثْبِتْهَا، فَكُرِبْتُ كُرْبَةً مَا كُرِبْتُ مِثْلَهُ قَطُّ»، قَالَ: “فَرَفَعَهُ اللهُ لِي أَنْظُرُ إِلَيْهِ، مَا يَسْأَلُونِي عَنْ شَيْءٍ إِلَّا أَنْبَأْتُهُمْ بِهِ، وَقَدْ رَأَيْتُنِي فِي جَمَاعَةٍ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ، فَإِذَا مُوسَى قَائِمٌ يُصَلِّي… (صحيح مسلم، 1/ 156)
Dari Abu Hurairah dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku telah melihat diriku sendiri dalam sebuah mimpi ketika di hijr, orang-orang quraisy bertanya kepadaku mengenai perjalanan malamku (pada waktu isra’ dan mi’raj, pent). Mereka menanyakan beberapa hal mengenai baitul maqdis yang belum aku ketahui dengan pasti sehingga aku pun merasakan kesusahan yang sama sekali belum pernah aku rasakan sebelumnya.”
Beliau bersabda lagi: “Maka Allah pun mengangkatnya untukku agar aku dapat melihatnya. Dan tidaklah mereka menanyakan kepadaku melainkan aku pasti akan menjawabnya. Aku telah melihat diriku bersama sekumpulan para Nabi. Dan tiba-tiba aku diperlihatkan Nabi Musa yang sedang berdiri melaksanakan sholat…
Meski ada perbedaan pendapat para ulama terkait kapan waktu sholat bareng bersama para Nabi itu, apakah sebelum mi’raj atau setelahnya, tapi pendapat yang lebih jelas yang dipilih oleh Ibnu Hajar al-Asqalani (w. 852 H) adalah sebelum mi’raj. Ibnu Hajar al-Asqalani (w. 852 H) dalam kitabnya menyampaikan:
وَالْأَظْهَرُ أَنَّ صَلَاتَهُ بِهِمْ بِبَيْتِ الْمَقْدِسِ كَانَ قَبْلَ الْعُرُوجِ وَاللَّهُ أَعْلَمُ (فتح الباري لابن حجر، 7/ 209)
Pendapat yang lebih benar bahwa sholatnya mereka (para Nabi) di Baitul Maqdis itu sebelum mi’raj. (Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari, juz 7, hal. 209).
Pertemuan ketiga, Nabi Muhammaad saat Nabi Muhammad mi’raj sampai langit keenam ketemu Nabi Musa sedang menangis. Sebagaimana hadis yang cukup panjang tentang Isra’ Mi’raj sebagai berikut:
فَأَتَيْنَا عَلَى السَّمَاءِ السَّادِسَةِ، قِيلَ: مَنْ هَذَا؟ قِيلَ جِبْرِيلُ، قِيلَ: مَنْ مَعَكَ؟ قِيلَ: مُحَمَّدٌ، قِيلَ: وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ مَرْحَبًا بِهِ وَلَنِعْمَ المَجِيءُ جَاءَ، فَأَتَيْتُ عَلَى مُوسَى، فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ، فَقَالَ: مَرْحَبًا بِكَ مِنْ أَخٍ وَنَبِيٍّ، فَلَمَّا جَاوَزْتُ بَكَى، فَقِيلَ: مَا أَبْكَاكَ: قَالَ: يَا رَبِّ هَذَا الغُلاَمُ الَّذِي بُعِثَ بَعْدِي يَدْخُلُ الجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِهِ أَفْضَلُ مِمَّا يَدْخُلُ مِنْ أُمَّتِي…صحيح البخاري 4/ 110
Kemudian kami naik ke langit keenam lalu ditanyakan, “Siapakah ini”. Jibril menjawab, “Muhammad”. Ditanyakan lagi, “Siapa orang yang bersamamu?”. Jibril menjawab, “Muhammad”. Ditanyakan lagi, “Apakah dia telah diutus?”. Jibril menjawab, “Ya”. Maka dikatakan, “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baiknya kedatangan orang yang datang”.
Kemudian aku menemui Nabi Musa dan memberi salam kepadanya lalu dia berkata, “Selamat datang bagimu dari saudara dan nabi”. Ketika aku sudah selesai, tiba-tiba dia menangis. Lalu ditanyakan, “Mengapa kamu menangis?”. Musa menjawab, “Ya Rabb, anak ini yang diutus setelah aku, ummatnya akan masuk surga dengan kedudukan lebih utama dibanding siapa yang masuk surga dari ummatku”… (HR. Bukhari)
Keempat, Nabi Muhammad bolak-balik ketemu musa berkali-kali minta keringanan sholat Inilah kisah yang sangat masyhur dari kejadian Isra’ Mi’raj, dimana ada kejadian Nabi Musa menyarankan Nabi Muhammad untuk minta keringanan sholat 50 waktu. Bahkan tidak cuma sekali, Nabi Muhammad bolak-balik ketemu Nabi Musa yang menyarankan minta keringanan.
Jika dalam hadis ini, Nabi Muhammadmendapatkan kewajiban shalat 50 waktu, lantas diskon jadi 40, diskon lagi jadi 30, diskon lagi jadi 20, diskon lagi jadi 10, diskon lagi jadi 5, maka ada 6 kali balik ketemu Nabi Musa. Sebagaimana hadis:
ثُمَّ فُرِضَتْ عَلَيَّ خَمْسُونَ صَلاَةً، فَأَقْبَلْتُ حَتَّى جِئْتُ مُوسَى، فَقَالَ: مَا صَنَعْتَ؟ قُلْتُ: فُرِضَتْ عَلَيَّ خَمْسُونَ صَلاَةً، قَالَ: أَنَا أَعْلَمُ بِالنَّاسِ مِنْكَ، عَالَجْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَشَدَّ المُعَالَجَةِ، وَإِنَّ أُمَّتَكَ لاَ تُطِيقُ، فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ، فَسَلْهُ، فَرَجَعْتُ، فَسَأَلْتُهُ، فَجَعَلَهَا أَرْبَعِينَ، ثُمَّ مِثْلَهُ، ثُمَّ ثَلاَثِينَ، ثُمَّ مِثْلَهُ فَجَعَلَ عِشْرِينَ، ثُمَّ مِثْلَهُ فَجَعَلَ عَشْرًا، فَأَتَيْتُ مُوسَى، فَقَالَ: مِثْلَهُ، فَجَعَلَهَا خَمْسًا، فَأَتَيْتُ مُوسَى فَقَالَ: مَا صَنَعْتَ؟ قُلْتُ: جَعَلَهَا خَمْسًا، فَقَالَ مِثْلَهُ، قُلْتُ: سَلَّمْتُ بِخَيْرٍ، فَنُودِيَ إِنِّي قَدْ أَمْضَيْتُ فَرِيضَتِي، وَخَفَّفْتُ عَنْ عِبَادِي، وَأَجْزِي الحَسَنَةَ عَشْرًا. (صحيح البخاري، 4/ 110)
… Kemudian diwajibkan atasku shalat lima puluh kali. Aku menerimana hingga datang Musa ‘alaihissalam menemuiku dan bertanya, “Apa yang telah kamu lakukan?”. Aku jawab: “Aku diwajibkan shalat lima puluh kali”. Musa berkata: “Akulah orang yang lebih tahu tentang manusia daripada kamu. Aku sudah berusaha menangani Bani Isra’il dengan sungguh-sungguh. Dan ummatmu tidak akan sanggup melaksanakan kewajiban shalat itu. Maka itu kembalilah kamu kepada Rabbmu dan mintalah (keringanan)”.
Maka aku meminta keringanan lalu Allah memberiku empat puluh kali shalat lalu (aku menerimanya dan Musa kembali menasehati aku agar meminta keringanan lagi), kemudian kejadian berulang seperti itu (nasehat Musa) hingga dijadikan tiga puluh kali lalu kejadian berulang seperti itu lagi hingga dijadikan dua puluh kali kemudian kejadian berulang lagi hingga menjadi sepuluh lalu aku menemui Musa dan dia kembali berkata seperti tadi hingga dijadikan lima waktu lalu kembali aku menemui Musa dan dia bertanya: “Apa yang kamu dapatkan?”. Aku jawab: “Telah ditetapkan lima waktu”.
Dia berkata seperti tadi lagi. Aku katakan: “Aku telah menerimanya dengan baik”. Tiba-tiba ada suara yang berseru: “Sungguh AKu telah putuskan kewajiban dariku ini dan Aku telah ringankan buat hamba-hamba-Ku dan aku akan balas setiap satu kebaikan (shalat) dengan sepuluh balasan (pahala)”. (HR. Bukhari)
Kelima, Nabi muhammad melihat para nabi dengan pengikutnya termasuk Nabi Musa. Nabi Muhammad juga melihat para Nabi dengan para pengikutnya. Diantara para Nabi yang dilihat oleh Nabi Muhammad adalah Nabi Musa dan para kaumnya. Sebagaimana hadis:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: لَمَّا أُسْرِيَ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَعَلَ يَمُرُّ بِالنَّبِيِّ وَالنَّبِيَّيْنِ وَمَعَهُمُ القَوْمُ وَالنَّبِيِّ وَالنَّبِيَّيْنِ وَمَعَهُمُ الرَّهْطُ وَالنَّبِيِّ وَالنَّبِيَّيْنِ وَلَيْسَ مَعَهُمْ أَحَدٌ حَتَّى مَرَّ بِسَوَادٍ عَظِيمٍ، فَقُلْتُ: “مَنْ هَذَا”؟ قِيلَ: مُوسَى وَقَوْمُهُ وَلَكَنِ ارْفَعْ رَأْسَكَ فَانْظُرْ. قَالَ: “فَإِذَا هُوَ سَوَادٌ عَظِيمٌ قَدْ سَدَّ الأُفُقَ مِنْ ذَا الجَانِبِ وَمِنْ ذَا الجَانِبِ، فَقِيلَ هَؤُلَاءِ أُمَّتُكَ وَسِوَى هَؤُلَاءِ مِنْ أُمَّتِكَ سَبْعُونَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ… (سنن الترمذي، 4/ 631)
Dari Ibnu ‘Abbas berkata: Saat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam isra’, ia melintasi satu nabi dan beberapa nabi bersama kaum mereka, satu nabi dan beberapa beberapa orang, dan beberapa nabi tidak bersama seorang pun hingga beliau melewati sekumpulan besar manusia, aku bertanya: Siapa dia? Dijawab: Musa dan kaumnya, tapi angkatlah kepalamu lalu lihatlah. Ternyata sekelompok besar manusia menutupi ufuk dari sisi ini dan sisi ini. dikatakan: Mereka adalah ummatmu dan diantara ummatmu itu ada tujuhpuluh ribu yang masuk surga tanpa hisab. (HR. Tirmidzi).
Itulah beberapa scene dimana Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Musa. Lantas apa pelajaran yang bisa diambil dari kisah diatas? Pelajarannya ya Nabi Muhammad banyak bertemu Nabi Musa, hehe.
Dari sekian banyak kisah para Nabi, Nabi Musa justru punya peran sosial yang lebih banyak ketimbang Nabi dan Rasul lainnya dan ini seiring dengan risalah Rasulullah SAW. Nabi Musa as membebaskan Bani Israil dari perbudakan Firaun, menyelesaikan persoalan bangsa Israil hingga impian mewujudkan negara bangsa bagi Bangsa Israil yg terdiri dari banyak suku.
Dan juga saat Nabi Musa memberikan saran kpd Rasulullah SAW agar bs meminta keringanan dalam shalat, agar umat Nabi Muhammad bukan menjadi umat pertapa yang banyak melakukan shalat tetapi justru lebih banyak melakukan perbaikan sosial kemasyarakatan, bekerja memakmurkan bumi tanpa melupakan ibadah.
Tidak sampai setahun dari peristiwa Isra’ M’raj itu Nabi SAW hijrah ke Madina, dimana sebagian penduduknya Yahudi. Mereka berpuasa tiap 10 Muharram. Ternyata menurut mereka, puasa itu dalam rangka merayakan kemenangan Nabi Musa ketika diselematkan dari kejaran balatentara Firaun. Reaksi Nabi Muhammad SAW kala itu sangat positif. Pertama Beliau mengaku kenal langsung dengan Nabi Musa. Baru saja ketemu orangnya langsung.
Kedua, ternyata Nabi Muhammad SAW ikutan puasa juga bersama para Yahudi itu. Bahkan para mufassir (sebagiannya meski tidak terlalu populer) meyakini bahwa perintah puasa dalam Al-Baqarah 183 itu justru perintah untuk berpuasa seperti umat sebelum kamu : puasa 10 Muharram. Kemudian disempurnakan menjadi puasa Ramadhan di ayat 185-nya.
Ketiga, meski kewajiban puasa 10 Muharram ditiadakan kewajibannya, namun sampai kiamat tetap dipertahankan. Kita masih tetap disunnahkan puasa 10 Muharram (Asyuro). Keempat, bukan hanya dalam puasa saja kita disuruh ‘ikut’ Yahudi, tapi janga lupa juga bahwa Nabi SAW lebih lama mengalami shalat menghadap Baitul Maqdis yang merupakan kiblat ibadahnya orang Yahudi ketimbang langsung ke Ka’bah.
Selama periode13 tahun Mekkah, Nabi dioerintahkan shalat menghadap Baitul Maqdis. Bahkan sudah hijrah pun masih, setidaknya sampai 22 bulan kemudian. Jadi totalnya 13 tahun plus 2 tahun yaitu 15 tahun. Baru sisanya yaitu 23 tahun dikurangi 15 tahun menjadi 8 tahun yang menghadap Ka’bah langsung. Bayangkan, 15 berbanding 8 tahun. Lebih lama shalat ke kiblatnya Yahudi ketimbang Ka’bah