Nabi Diutus Bukan Untuk Teknologi?

Sebuah pertanyaan yang menarik, apakah Rasulullah SAW diutus hanya semata membawa syariah dan hukum-hukum dari Allah SWT, ataukah juga Beliau ikut mengurus hal-hal yang terkait dengan ilmu pengetahan dan teknologi. Dalam hal ini memang ada beberapa kecenderungan yang berkembang.

Pendapat pertama cenderung beranggapan bahwa selain membawa risalah samawi, Rasulullah SAW juga dianggap sumber dalam masalah seluruh ilmu pengetahuan dan teknologi. Alasannya karena Nabi SAW itu orang yang dipilih oleh Allah SWT, mendapatkan wahyu langsung dari Allah SWT, bahkan apa yang Beliau SAW katakan itu pada hakikatnya adalah wahyu juga

إِنۡ هُوَ إِلَّا وَحۡىٌ يُوحَىٰ

Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (QS. An-Najm : 4)

Logikanya Nabi SAW itu tidak mustahil untuk dijadikan juga sebagai rujukan dalam keduniaan. Alasan kedua bahwa Rasulullah SAW dijadikan rujukan dalam masalah ilmu pengetahuan dan teknologi, karena agama Islam yang dibawa oleh Beliau SAW adalah agama yang kaffah dan sempurna.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱدۡخُلُواْ فِى ٱلسِّلۡمِ كَآفَّةً وَلَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوٌّ مُّبِينٌ

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al-Baqarah : 208)

ٱلۡيَوۡمَ أَكۡمَلۡتُ لَكُمۡ دِينَكُمۡ وَأَتۡمَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ نِعۡمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلۡإِسۡلَٰمَ دِينًا

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.(QS. Al-Maidah : 3)

Alasan yang lain bahwa sosok pribadi Rasulullah SAW adalah sosok utama, teladan umat manusia yang menjadi panutan dalam semua sisi kehidupannya. Dan termasuk salah satunya adalah sisi ilmu pengetahuannya juga.

لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab : 21)

Pendapat kedua mengatakan bahwasanya Nabi Muhammad SAW hanya ditugaskan untuk menyampaikan risalah samawi, serta hal-hal yang terkait dengan urusan syariah dan hukum-hukumnya. Sedangkan untuk urusan keduniaan, termasuk di dalamnya masalah ilmu pengetahuan dan teknologi, Beliau SAW tidak pernah diberi amanah secara khusus untuk mengurus teknologi umat manusia.

Urusan teknologi itu diserahkan kepada generasinya masing-masing. Kalau pun beliau menggunakan teknologi atau teknik pengobatan tertentu, percayalah beliau tidak berststus on duty sebagai pembawa ilmu teknologi dari Allah SWT. Beliau manusia biasa seperti kita dalam urusan teknologi, termasuk pengobatan dan kedokteran.

Untuk pendalaman dalam masalah pemisahan macam ini, kita bisa merujuk kitab karya Syeikh Waliyullah Ad-Dahlawi dalam Hujjatullahil Balighah. Disitu beliau tegas membedakan mana sunnah tasyri’iyah dan mana sunnah ghairu tasyri’iyah.

Dalam masalah ilmu pengetahuan dan teknologi, bukan pada tempatnya kalau merujuk kepada Nabi SAW. Alasannya karena ada hadist “Kalian Lebih Tahu “Ketika itu, beliau bertanya tentang teknologi pertanian dan penyerbukan bunga kurma kepada petani Madinah.

أنتم أعلَمُ بأمور دُنياكم

Kalian lebih mengerti dengan urusan dunia kalian (HR. Muslim)

Untuk urusan hukum dan syariah, silahkan rujuk kepada Nabi SAW, karena memang itu tugas Beliau untuk mengajarkannya. Tapi urusan ilmu pengetahuan dan teknologi, Beliau SAW sendiri justru mempersilahkan kita ambil peranan. Jangan terjebak dengan teknologi era kenabian.

Meskipun tinggal di Arab yang banyak tumbuh pohon kurma, tidak otomatis Beliau SAW ahli dalam urusan bertani kurma. Hal itu mengingat Beliau bukan orang Madinah asli, tetapi Beliau asli Mekkah yang bukan daerah perkebunan kurma. Kebun kurma itu adanya di Madinah, bukan di Mekkah.

Maka wajar sekali jika Beliau SAW tidak tahu bagaimana cara mengawinkan bunga kurma (talqih). Bahkan malah keliru dalam memberi masukan untuk tidak usah dilakukan. Dan karena itulah maka panen kurma jadi gagal. Kisah itu dengan jujur disampaikan oleh Anas bin Malik rahimahullah kepada kita dalam riwayat yang shahih di kitab Shahih Muslim.

عَنْ أَنَسٍ أَن النبِي صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلمَ مَر بِقَوْمٍ يلقحُونَ فَقَالَ: لَوْ لم تَفْعَلُوا لَصَلُحَ. قَالَ: فَخَرَجَ شِيصًا. فَمَرَّ بهمْ فَقَالَ: مَا لِنَخْلِكُمْ؟ قَالُوا: قُلْتَ كَذَا وَكَذَا، قَالَ : أَنْتُمْ أَعْلَمُ بَأمْرِ دُنْيَاكُمْ

Dari Anas bin Malik radhiyallahuanhu bahwa Nabi SAW melewati suatu kaum yang sedang melakukan talqih (menyerbukan bunga kurma). Lalu Beliau berkata,”Seharusnya jangan dilakukan, biar hasilnya lebih baik”. Lalu panen mereka itu buruk hasilnya. Ketika Nabi SAW melewati mereka lagi, Beliau bertanya,”Mengapa hasil panen kurma kalian buruk?”. Mereka menjawab karena ini dan itu. Lalu Nabi SAW bersabda,”Kalian lebih mengerti urusan dunia kalian”. (HR. Muslim)

Kisah ini amat terkenal dan statemennya pun menjadi sebuah pedoman bahwa Rasulullah SAW bukan ahli di bidang masalah keduniaan, atau dalam masalah ilmu pengetahuan dan teknologi. Beliau SAW mengakui kalau urusan itu diserahkan saja kepada ahlinya.

Alasan kedua bahwa beliau bukan tempatnya untuk merujuk dalam masalah ilmu pengetahuan dan teknologi, kita bisa ambil dari kisah perang Badar. Ketika meletakkan posisi pasukan dalam Perang Badar di tahun kedua hijriyah, awalnya Nabi SAW sendiri yang menentukan posisi itu. Dan terkonfirmasi bahwa ketetapan ini tidak berdasarkan wahyu dari langit, melainkan semata-mata mengandalkan kemampuan sebagai manusia biasa.

Maka setelah terkonfirmasi bahwa ini bukan wahyu, seorang shahabat yang ahli strategi perang memberi masukan yang lebih strategis. Dan Beliau SAW setuju mengubah apa yang tadinya sudah Beliau tentukan serta lebih mengikuti saran ahli ketimbang menggunakan pemikiran pribadinya. Ini sekali lagi bukti bahwa dalam urusan keduniaan, dalam hal ini strategi peperangan, Beliau SAW bukan ekspertnya. Buktinya Beliau SAW tahu diri dan mengalah serta menyerahkan urusan ini kepada ahlinya.

Begitu juga yang terjadi pada Perang Khandaq di tahun kelima hijriyah. Bagaimana cara jitu, murah, efektif dan inovatif untuk bertahan di dalam kota, Beliau SAW diserahkan seppenuhnya urusan itu kepada Salman Al-Farisi, yang punya pengalaman berbagai macam teknik perang di Persia.

Maka ide Salman untuk bikin parit sepanjang 5 km untuk membentengi kota Madinah adalah sebuah teknik unik yang belum pernah dikenal di negeri Arab sebelumnya. Dan teknik itu bukan ide Nabi SAW, juga bukan bocoran dari Malaikat Jibril di atas langit. Sekali lagi Nabi SAW menyerahkan urusan macam ini kepada ilmu pengetahuan. Dan Beliau SAW bukan rujukan yang tepat dalam urusan seperti ini.

Alasan lain lagi Dan Beliau SAW bukan rujukan yang tepat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Dahulu Ketika hijrah ke Madinah, Nabi SAW dan Abu Bakar radhiyallahuanhu melakukannya dengan cara unik, yaitu melewati jalan yang belum pernah dilalui manusia. Maksudnya untuk menghindari kejaran musuh musyrikin Mekkah.

Untuk itu Nabi SAW menyewa jasa seorang pakar navigasi yang pandai menentukan arah perjalanan di padang pasir yang mustahil dilewati manusia. Dia adalah seorang non muslim bernama Abdullah bin Uraiqidh.

Kalau seandainya Nabi Muhammad SAW adalah seorang ahli teknologi navigasi, pastilah Beliau SAW tidak membutuhkan jasa seorang navigator untuk memberinya petunjuk jalan. Cukup mengandalkan kebrilyanan dirinya saja. Namun hal semacam itu tidak terjadi, justru diserahkan urusan ini kepada ahlinya, meski tidak beragama Islam sekali pun.

Sejarah Singkat Imam Malik

Alasan lainnya adalah terkait qiyafah. Qiyafah adalah suatu keahlian seseorang untuk mengetahui kemiripan bayi dengan orang tuanya melalui jejak atau telapak kakinya. Keahlian ini bukan meramal atau sekedar nasib-nasiban, tetapi berdasarkan pengamatan yang mendalam, sehingga hanya bisa dilakukan oleh ahlinya saja.

Di masa kenabian, Beliau SAW mempersilahkan ahli qiyafah untuk mementukan nasab seseorang berdasarkan bukti-bukti kesamaan fisik. Beliau SAW tidak lantas menjadi ahli di bidang itu, tetapi menyerahkan kepada ahlinya. Di masa kita sekarang ini, tekniknya sudah sangat maju. Kita mengenali nasab seseorang kepada ayahnya lewat tes DNA.

Perlu diketahui bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi itu ilmu yang terus berkembang. Makanya Allah SWT tidak turunkan informasi teknologi lewat wahyu, karena kalau lewat wahyu maka informasinya akan langsung basi dan expired. Ilmu Allah yang berupa teknologi diturunkan lewat perintah-Nya untuk menggunakan akal, dengan melakukan pengamatan, dan juga serangkaian penelitian dengan metolodologi ilmiyah.

Uniknya, siapa pun yang melakukannya, muslim atau non muslim, dia akan mendapatkan ilmu itu. Dan kalau digabung-gabungkan semua ilmu itu dan dibuat saling menunjang, pada penghujungnya ada terdapat banyak penemuan besar yang berguna untuk umat manusia. Namun semua harus dirangkai sambung menyambung sejalan dengan lini sejarah teknologi itu sendiri.

Hadits-hadis banyak sekali menceritakan bagaimana Nabi SAW punya concern khusus dalam masalah pengobatan dan kesembuhan. Mulai dari rekomendasi obat pada berbagai jenis tumbuhan, hewan, hingga madu, bekam, kay dan lainnya.

Bahkan sebagian orang ada yang menuliskannya menjadi sebuah buku khusus dengan nama : Ath-Thib An-Nabawi. Lucunya, alih-alih dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya, justru clue dari Nabi SAW malah dijalankan seenak selera masing-masing, bahkan dijadikan sumber mata pencaharian dengan pengobatan ala Nabi.

Kesalahan paling fatalnya adalah secara serampangan mengobati pasien tanpa melakukan penelitian seksama secara keseluruhan. Akibatnya, banyak obat diberikan yang tidak sesuai dengan penyakitnya. Meski Nabi SAW pernah menggunakannya, tapi tetap ada takarannya, dosisnya, dan paling utama adalah identifikasi penyakit serta penyebabnya.

عَنْ سَعْدٍ قَالَ: مَرِضْتُ مَرَضًا أَتانى رَسُولُ اللَّه يعَُودُنِي فَوَضَعَ يَدَهُ بَيْن ثَدْيَد يي حَتى وَجَدْتُ برْدَهَا عَلَى فُؤادِي فَقَالَ: إِناكَ رَجُلٌ مَفْئُودٌ ائْتِ الحارِثَ بْنَ كَلَدَةَ أَخَا ثَقِيفٍ فَإِناهُ رَجُلٌ يتطَببُ فَلْيَأخُذْ سَبْعَ ثمرَاتٍ مِنْ عَجْوَةِ الْمَدِينَةِ فَلْيَجَأْهُن بِنَوَاهُن ثُم لِيَلدكَ بِهن

Dari Sa’ad mengisahkan, pada suatu hari Aku menderita sakit, kemudian Rasulullah SAW menjengukku, Beliau meletakkan tangannya di tengah dadaku, sampai-sampai jantungku merasakan sejuknya tangan Beliau. Kemudian beliau bersabda, “Kamu menderita penyakit jantung. Temuilah Al-Harits bin Kaladah dari Bani Tsaqif, karena sesungguhnya dia adalah seorang tabib (dokter). Dan hendaknya dia (Al-Harits bin Kaladah) mengambil tujuh buah kurma ‘ajwah, kemudian ditumbuk beserta biji-bijinya, kemudian meminumkanmu dengannya.” (HR. Abu Daud)

Proses Turunnya Al-Quran Dari Lauhil Mahfudz ke Langit Dunia

Dalam hadits di atas, Rasulullah SAW mengetahui ramuan obat apa yang sebaiknya diminum. Akan tetapi beliau meminta Sa’ad radhiyallahu ‘anhu agar membawanya ke Al-Harits bin Kaladah karena ia adalah seorang dokter kala itu. Hal ini karena Rasulullah SAW hanya mengetahui ramuan obat secara umum saja. Adapun Al-Harits bin Kaladah, sebagai seorang dokter, ia mengetahui lebih detail komposisi, cara meracik, kombinasi dan indikasinya.

Yang salah kaprah dilakukan oleh banyak orang hari ini adalah mengira pengobatan ala Nabi SAW itu sebagaimana Nabi Isa alaihissalam dalam mengobati orang sakit. Padahal kasusnya sangat jauh berbeda. Nabi Isa hanya dengan mengusap orang sakit langsung sembuh, bahkan yang mati pun hidup lagi.

وَأُبۡرِئُ ٱلۡأَكۡمَهَ وَٱلۡأَبۡرَصَ وَأُحۡىِ ٱلۡمَوۡتَىٰ بِإِذۡنِ ٱللَّ

Dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah (QS. Ali Imran : 49)

Karena yang dilakukan oleh Nabi Isa itu memang semata-mata mukjizat kenabian. Boleh jadi Nabi Isa sama sekali tidak tahu teknis sesungguhnya dalam urusan pengobatan. Sedangkan pengobatan ala Rasulullah SAW ini bukan mukjizat, tetapi 100% murni ilmu pengetahuan. Tidak ada unsur ghaib dan magisnya. Namun harus dimaklumi kalau teknologi yang digunakan oleh Nabi SAW masih terikat dengan teknologi abad ke-7 masehi, kurun waktu dimana Beliau hidup.

Teknologi kedokteran di masa kenabian adalah bagian dari proses panjang penemuan teknologi umat manusia. Seiring dengan perjalanan sejarah, pengetahuan kedokteran umat manusia kemudian semakin disempurnakan, lewat berbagai penemuan ilmiah yang datang silih berganti. Kita yang hidup di zaman sekarang, sudah melewati 14 abad kemudian, tentu amat bersyukur sudah mengalami kemajuan yang amat fantastis. Setidaknya dunia kedokteran telah mengalami tiga revolusi besar yang belum pernah terjadi sebelumnya, yaitu vaksin, anestesi dan anti-biotik.

Bagikan artikel ini ke :