Mushaf Dibukukan Dimasa Khalifah Utsman

Tulisan ini merupakan lanjutan dari “Pembukuan Al-Qur’an Tidak Pernah Dilakukan Dimasa Nabi“. Barulah dimasa pemerintahan khalifah Utsman mushaf dibukukan dalam bentuk buku seperti  buku yang kita kenal sekarang. Namun catatan yang menarik dan penting, mushaf di masa Utsman dibuat menjadi 6 versi yang berbeda dan bukan enam salinan (copy). Kenapa dibuat jadi enam versi mushaf yang berbeda? Karena di dalam enam mushaf itulah dapat ditampung sekian banyak perbedaan cara bacaan (qiraat) Al-Qur’an.

Satu versi mushaf bisa untuk menampung beberapa ragam qiraat yang berbeda. Namun tidak bisa menampung seluruh perbedaan qiraat yang ada. Minimal dibutuhkan 6 versi mushaf yang berbeda. Masing-masing kemudian dikirim ke berbagai pusat keislaman yang berbeda, sesuai dengan ragam qiraat yang berkembang di masing-masing tempat.

Namun secara status, kesemuanya itu adalah mushaf standart dan semua bergelar Mushaf Imam. Dan semua menggunakan rasm Utsmani. Yang membedakan satu mushaf dengan mushaf yang lain hanyalah perbedaan qiraat saja.

baca : Shalat Untuk Menjaga Hafalan Al-Qur’an

Secara bentuk dari penulisan teksnya, huruf-huruf yang digunakan tidak sama dengan huruf Arab yang kita kenal saat ini. Gaya khatnya (penulisan) lebih dekat ke gaya Kufi, yang terkesan kotak-kotak.

Sedangkan khat yang ada di mushaf modern kita saat ini menggunakan khat Naskhi. Sedangkan kaligrafi Al-Qur’an yang sering kita temukan di dinding masjid, biasanya paduan dari berbagai aliran khat. Yang dominan biasanya gaya tsuluts.

Bagikan artikel ini ke :