Mengenal Ali bin Abi Thalib Sahabat yang Dicintai Allah dan Rasul-Nya

Para sahabat Nabi merupakan generasi terbaik dari umat ini. Sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah : “Sebaik-baik manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Allah Ta’ala telah memilih mereka untuk mendampingi dan membantu Nabi dalam menegakkan agama-Nya. Orang-orang pilihan Allah ini, tentunya memiliki kedudukan istimewa dibandingkan manusia yang lain karena Allah tidak mungkin keliru memilih mereka.

Pembahasan kita akan tertuju pada salah satu dari generasi terbaik umat ini. Beliau adalah salah satu sahabat yang telah dijamin masuk surga. Beliau adalah ayah dari pemimpinnya para pemuda di surga. Beliau adalah Ali bin Abi Thalib, orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan anak-anak. (Al Bidayah Wan Nihayah)

Nasab Ali bin Abi Thalib

Beliau adalah Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhar bin Kinanah. Rasulullah memberinya kun-yah Abu Turab saat beliau dicari Nabi dan didapatkan sedang tertidur dengan menempelkan pipinya di tanah. Ia adalah sepupu sekaligus menantu Rasulullah.

Ibunya bernama Fathimah binti Asad bin Hasyim bin Qushay bin Kilab. Ali memiliki beberapa orang saudara laki-laki yang lebih tua darinya, mereka adalah: Thalib, Aqil, dan Ja’far. Dan dua orang saudara perempuan; Ummu Hani’ dan Jumanah.

Ayahnya ialah Abu Thalib yang nama aslinya adalah Abdu Manaf. Abu Thalib adalah paman kandung Rasulullah yang sangat menyayangi Nabi, namun ia wafat dalam agama jahiliyah. (Al Bidayah Wan Nihayah)

Sifat Fisiknya

Ali bin Abi Thalib adalah laki-laki berkulit sawo matang, bola mata beliau besar dan agak kemerah-merahan. Untuk ukuran orang Arab, beliau termasuk pendek, tidak tinggi dan berjanggut lebat. Dada dan kedua pundaknya putih. Rambut di dada dan pundaknya cukup lebat, berwajah tampan, memiliki gigi yang rapi, dan ringan langkahnya (Al Bidayah Wan Nihayah)

Istri-Istri dan Anak-Anaknya

Istri pertama yang dinikahi Ali adalah Fatimah binti Rasulullah yang darinya memperoleh dua putra al-Hasan dan al-Husain. Ada yang mengatakan putra ketiga beliau bernama Muhasin namun meninggal dunia saat masih bayi. Beliau juga mempunyai dua orang putri yaitu Zainab al-Kubra dan Ummu Kaltsum al-Kubra yang dinikahi oleh Umar bin Khaththab.

Setelah Fatimah wafat, Ali menikahi beberapa wanita, diantara istri beliau ada yang wafat ketika beliau masih hidup, ada yang beliau ceraikan, dan ketika wafat beliau meninggalkan empat istri. Diantara istri beliau adalah Ummul Banin binti Hizam, Laila binti Mas’ud, Asma binti Umais, Ummu Habib binti Rabi’ah, Ummu Sa’id, binti Urwah bin Mas’ud, Binti Umru’ul Qais bin Ady, Umamah binti Abil Ash, Khaulah binti Ja’far bin Qais. (Al Bidayah Wan Nihayah). Jumlah keseluruhan anak kandung beliau adalah empat belas putera dan sembilan belas puteri. (At-Thabari dalam Tarikhnya)

Keutamaan Ali bin Abi Thalib

Rasulullah bersabda, “Abu Bakar di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, az-Zubair di surga, Sa’ad (bin Abi Waqqash) di surga, Sa’id (bin Zaid) di surga, Abdurrahman bin Auf di surga, Abu Ubaidah bin al-Jarrah di surga.” (HR. at-Tirmidzi)

Ibrahim bin Saad bin Abi Waqqash meriwayatkan dari ayahnya, dari Rasulullah, beliau bersabda kepada Ali, “Apakah engkau tidak ridha kedudukanmu di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa.” (Muttafaq alaihi).

Ali berkata, “Wahai Rasulullah, orang-orang munafik mengatakan bahwa engkau menugaskan aku karena engkau memandang aku berat untuk berangkat jihad dan kemudian memberikan keringanan”. Beliau bersabda, “Mereka telah berdusta! Kembalilah, aku menugaskanmu untuk mengurus keluargaku dan keluargamu. Tidakkah engkau rela mendapatkan kedudukan di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa, hanya saja tidak ada nabi setelahku?”. Maka Ali pun akhirnya kembali ke Madinah (Taariikhul-Islaam, 1: 232).

Ali bin Abi Thalib adalah ayah dari dua orang cucu kesayangan Rasulullah, yakni Hasan dan Husein. Kedua cucu beliau ini adalah pemimpin para pemuda di surga. Rasulullah bersabda, “al-Hasan dan al-Husain adalah pemimpin pemuda ahli Surga.” (HR. at-Tirmidzi, shahih)

Nasehat Ali bin Abi Thalib

Ali bin Abi Thalib berkata, “Seandainya agama dengan logika, maka tentu bagian bawah khuf (sepatu) lebih pantas untuk diusap daripada atasnya. Sungguh aku pernah melihat Rasulullah mengusap bagian atas khufnya (sepatunya).” (HR. Abu Daud).

Ali bin Abi Thalib memberikan nasihat kepada kita bahwa agama Islam tidak dipahami hanya dengan logika atau akal semata. Akan tetapi sikap seorang muslim adalah tunduk dan patuh terhadap seluruh syari’at Islam, baik berasal dari Al Qur’an maupun Hadits shahihah.

Sebagaimana firman Allah “Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. ‘Kami mendengar, dan kami patuh.’ Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. An Nur : 51).

Ali Memerangi Khawarij

Ketika Khawarij memberontak kepada Ali, jumlah mereka saat itu sekitar delapan ribu dari kalangan para ahli Qur’an (gemar membaca dan menghafalnya). Mereka bermarkas di Harura. Ali mengutus Ibnu Abbas untuk berdialog dengan mereka dan sekitar empat ribu orang dari mereka kembali ke jalan yang benar. Kemudian orang-orang Khawarij yang tidak mau bertaubat, diperangi oleh Ali bin Abi Thalib radlhiallaahu ’anhu di Nahrawan. (Al Bidayah Wan Nihayah).

Mengenai orang-orang khawarij ini Rasulullah bersabda: “Akan keluar pada akhir zaman, suatu kaum, umurnya masih muda, rusak akalnya, mereka bertutur dengan manis. Mereka membaca al-Qur’an, namun tidak melebihi kerongkongannya. Mereka terlepas dari agama bagai terlepasnya anak panah dari busurnya. Apabila kalian menemuinya, bunuhlah mereka, karena terdapat ganjaran bagi mereka yang membunuh kaum tersebut.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Wafatnya

Ali bin Abi Thalib terbunuh pada tahun 17 Ramadhan 40 H. Beliau dibunuh oleh seorang khawarij yang bernama Ibnu Muljam. Jenzah beliau dimakamkan di Darul Imarah di Kufah karena kekhawatiran kaum khawarij akan membongkar makam beliau. (Al Bidayah Wan Nihayah)

Bagikan artikel ini ke :