Madrasah Tafsir di Era Sahabat Radhiyallahu ‘Anhum

Madrasah Tafsir Makkah Al-Mukarromah

Madrasah atau sekolah tafsir pada masa ini didirikan oleh sahabat yang agung sekaligus pengajar utamanya, beliau adalah Abdullah Ibnu Abbas ra (w. 68 H, di Tha’if), yang digelari “Tarjuman Al-Qur’an”. Di antara murid-murid utama lulusan madrasah ini sangat masyhur nama-nama mereka dan terkenal sebagai ulama besarnya generasi tabi’in, sebut saja di antaranya:

  1. Sa’id bin Jubair (w. 95 H, saat itu usianya belum sampai 50 tahun). Beliau wafat di bunuh oleh khalifah Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi.
  2. Mujahid bin Jabr (w. 101 H), penyusun tafsir Mujahid ini 30 kali khatam menyetorkan hafalan Al-Qur’an kepada Ibnu Abbas ra. Di antara para ulama besar yang banyak mengikuti pendapat dalam tafsirnya adalah Al-Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’ (w. 194 H), Al-Imam Muhammad bin Isma`il Al-Bukhari (w. 256 H), dan lainnya.
  3. Ikrimah Maula Ibnu Abbas ra (w. 104 H). Al-Imam Asy-Syafi’i sampai mengatakan: ما بقى أحد أعلم بكتاب الله من عكرمة. “Tidak tersisa seorangpun yang lebih mengerti tentang Al-Qur’an selain daripada Ikrimah.”
  4. Thawus bin Kisan (w. 106 H). Asalnya dari Persia-Iran, oleh raja Kisra ia diutus ke negeri Yaman, dan menetap disana hingga akhir hayatnya. Semasa hidupnya ia menjumpai hampir 50 sahabat Nabi SAW.
  5. Atha’ bin Abi Rabah (w. 114 H). Beliau banyak meriwayatkan dari Ibnu Abbas, Ibnu Umar, dan Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhum ajma’in.
  6. Jabir bin Zaid (w. 93/103 H). Darinya banyak meriwayatkan para maestro hadits semisal Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah.

Madrasah Tafsir Madinah Al-Munawaroh

Madrasah atau sekolah tafsir pada masa ini didirikan oleh sahabat yang agung sekaligus pengajar utamanya, beliau adalah Ubay bin Ka’ab ra. Beliau terkenal dengan sebutan “sayyidul qurra’ (ahli qira’at)”, dan “kuttabul wahyi (sang pencatat wahyu)”, salah seorang dari sahabat Nabi SAW yang paling mengerti tentang Al-Qur’an yang wafat tahun 19 H, dalam riwayat lain dikatakan 32 H. Di antara para muridnya yang terkenal dan masyhur namanya ialah:

  1. Zaid bin Aslam (w. 136 H). Terkenal sebagai salah satu pembesar dalam bidang tafsir, dan riwayat tafsirnya banyak diambil sebagi rujukan oleh beberapa muridnya, di antaranya adalah putranya sendiri yang bernama Abdurrahman bin Zaid bin Aslam, dan imam Malik bin Anas (penyusun kitab hadits Al-Muwaththa’) yang terkenal dengan imamu daril hijrah (pemimpinnya kota Madinah).
  2. Abul ‘Aliyah Ar-Rayahi (w. 90 H). Beliau masuk Islam 2 tahun setelah wafatnya Nabi Saw. Ia termasuk salah seorang perawinya Ubay bin Ka’ab ra.
  3. Muhammad bin Ka’ab Al-Quradzi (w. 118 H, atau 120 H menurut riwayat yang lain).
  4. Sa’id bin Al-Musayyib (w. 190 H). Beliau termasuk salah seorang pembesar ahli fiqih di masanya, dan banyak perawi hadits yang meriwayatkan darinya, sebut saja Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah.
  5. Atha’ bin Yasar (w. 94 H), dan beliau termasuk salah seorang ulama besar generasi ke-2 era tabi’in termuda, dan banyak perawi hadits yang meriwayatkan darinya, sebut saja Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah.
  6. Ibnu Syihab Az-Zuhri (w. 124 H). Dalam bidang hadits beliau banyak meriwayatkan dari Sahl bin Sa`id ra dan Anas bin Malik ra. Ia merupakan salah seorang pembesar huffadz (hafal 100.000 hadits) di masanya, dan banyak perawi hadits yang meriwayatkan darinya, sebut saja Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah.
  7. Umar bin Abdul Aziz (w. 101 H). Beliau merupakan cicit dari khalifah Umar bin Al-Khaththab ra. Ia menggantikan Al-Walid sebagai khalifah di usianya yang masih muda, dan dianggap sebagai bagian dari khulafa’ ar-Rasyidin. Beliau menjabat sebagai khalifah selama 2,5 tahun, dan wafat pada usia 40 tahun, dan konon menurut riwayat yang masyhur selama menjabat khalifah hanya 2 kali beliau mandi jinabat, dan pada masa kepemimpinannya inilah Umar bin Abdul Aziz mempelopori penulisan/pembukuan hadits secara massal.

Madrasah Tafsir Iraq

Madrasah atau sekolah tafsir pada masa ini didirikan oleh sahabat yang agung sekaligus pengajar utamanya, beliau adalah Abdullah Ibnu Mas’ud ra, yang mana madrasah ini dikenal dengan sebutan “Madrasah Ahlu Ar-Ra’yi”, karena banyaknya permasalahan dan persoalan yang didiskusikan dengan menggunakan pandangan-pandangan mereka. Di antara para murid madrasah ini yang masyhur namanya antara lain:

  1. Alqamah bin Qais (w. 61/62 H). Beliau dilahirkan pada masa hidupnya Nabi SAW. Ia banyak meriwayatkan hadits dari Abdullah Ibnu Mas’ud ra, dan disamping itu ia juga meriwayatkan hadits dari Umar bin Al-Khththab ra, Utsman bin Affan ra, dan lain sebagainya. Dari kalangan penyusun kutubussittah banyak meriwayatkan hadits darinya.
  2. Masruq bin Abdurrahman (w. 63 H). Beliau imamnya dalam bidang tafsir dan paling mengerti tentang Al-Qur’an di masanya, disamping pula dalam bidang hadits banyak meriwayatkan dari khalifah 4 dan lainnya.
  3. Al-Aswad bin Yazid An-Nakha’i (w. 74/75 H). Beliau salah seorang pembesar era tabi’in dan salah seorang perawi Abdullah Ibnu Mas’ud ra, disamping juga banyak meriwayatkan hadits dari Abu Bakar, Umar, Ali bin Abi Thalib, Hudzaifah, Bilal bin Rabah radhiyallahu ‘anhum ajma’in, dan lainnya. Banyak sekali penyusun kutubussittah yang meriwayatkan hadits darinya, dan beliau wafat di Kuffah.
  4. Murrah bin Syarahbil Al-Hamdani (w. 76 H). Beliau salah seorang ahli ibadahnya generasi tabi’in. Dalam bidang hadits, selain meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud ra, ia banyak pula meriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab, Abu Bakar, Umar, dan sahabat lainnya ridwanullahi ta’ala ‘alaihim ajma’in. Di antara murid sekaligus perawinya yang terkenal adalah Asy-Sya’bi.
  5. Ibrahim An-Nakha’i (w. 196 H), wafat dalam usia kurang dari 50 tahun. Beliau merupakan pembesar tabi’in generasi ke-5. Para penyusun kutubussittah banyak meriwayatkan hadits mursal darinya.
  6. Ubaidah As-Salmani (w. -70 H). Pada masa hidupnya beliau terkenal sebagai pengulas atau pengurai setiap persoalan hukum yang diajukan kepadanya, dan banyak sekali para penyusun kutubussittah yang meriwayatkan hadits darinya.
  7. Al-Harits bin Qais. Dalam catatan sejarah beliau wafat pada peristiwa perang Shiffin, dan dikatakan bahwa ia wafat setelah wafatnya Ali bin Abi Thalib ra sebagaimana riwayat An-Nasa’i.
  8. Al-Hasan Al-Bashri (w. 110 H). Beliau dilahirkan 2 tahun masa kekhalifahan Umar bin Al-Khaththab ra. Ia banyak meriwayatkan hadits dari Ali bin Abi Thalib, dan Anas bin Malik ra, dan hadits-hadits²nya banyak diriwayatkan oleh para penyusun kutubussittah.
  9. Qatadah bin Di’amah (w. 117 H, dalam usia 56 tahun). Beliau merupakan salah seorang perawi utama Ibnu Mas’ud ra, disamping pula meriwayatkan hadits dari Anas bin Malik, Abi Thufail, Ibnu Sirin, Ikrimah, Atha’ bin Abi Rabah, dan lainnya radhiyallahu ‘anhum ajma’in. Ia sangat mendalam ilmunya tentang tafsir berikut keilmuan lainnya.
  10. Amir Asy-Sya’bi (w. 109 H, dalam usia 80 tahun). Ia banyak meriwayatkan hadits dari para sahabat, setidaknya semasa hidupnya ia menjumpai 50 sahabat Nabi Saw yang masih hidup, dan bahkan ia pernah menjadi mufti saat para sahabat Nabi Saw itu masih hidup. Ia seorang yang faqih, penyair, dan hafidz (hafal 100.000 hadits) di masanya.

Mereka semua ini adalah para pembesar atau maestronya bidang tafsir era tabi’in yang terlahir dari madrasah yang berbeda, disamping mahir dibidang hadits, fiqih, dan keilmuan lainnya, yang keilmuan mereka bersumber dari para sahabat Nabi Saw, yang selanjutnya di ajarkan dan diambil oleh para murid dari generasi tabi’ut-tabi’in hingga sampailah kepada kita melalui jalur talaqqi dan taqin, lalu berlanjut dengan jalur penyusunan kitab-kitab dan penulisan dari generasi ke generasi.

Referensi (al-mashadir):

  • Tafsir Adh-Dhahhak: 1/19-24, oleh DR. Muhammad Syukri Ahmad Az-Zawiyati, desertasi yang di ajukan dalam program doktoral di Universitas Al-Azhar Kairo-Mesir.
  • Muqaddimah Tafsir Adh-Dhahhak: 1/19, cet. Dar As-Salam, tahun 1419 H/1999
  • M. Ibnu Hajar Al-Asqalani, Taqrib At-Tahdzib, hal. 309, tahqiq: Muhammad `Awwamah, cetakan ke-1, Dar Al-Rasyid, Halb-Syiria, tahun 1406 H/1986 M, dan Al-Ishabah Fi Tamyiz Ash-Shahabah: 2/230-235, cet ke-1, As-Sa’adah Mesir, tahun 1328 H. Ibnu Abdil Barr, Al-Isti’ab Bi Hamisy Al-Ishabah: 2/350-357, cet. As-Sa’adah Mesir, tahun 1328 H. Muqaddimah Ibnu Taimiyah Fi Ushul At-Tafsir, hal. 61, tahqiq: Dr. Adnan Zarzur, cet. Dar Al-Qur’an Al-Karim Kuwait, dan Muassasah Ar-Risalah, Beirut-Lebanon
Bagikan artikel ini ke :