Dia adalah Hisyam bin Ammar bin Nushair bin Maisarah As-Sulami. Lahir tahun 153 H, beliau merupakan salah seorang ulama besar era Tabiut Tabi’in, yang sampai pada derajat Al-Hafidz (hafal 100.000 hadits beserta sanad-sanadnya), seorang yang ‘allamah, ahli qiraat, orang alimnya negeri Syam. Beliau merupakan gudangnya ilmu dimasanya. Ia mulai belajar qiraat para imam qurra saat usianya memasuki 17 tahun kepada Ayyub bin Tamim, Al-Walid bin Muslim, dan ulama qurralainnya.
Banyak para murid yang menjadi ulama pakar qiraat yang meriwayatkan bacaan qiraat dari Hisyam bin Ammar, di antaranya ialah Ahmad bin Yazid Al-Hulwani, Abu Ubaid Al-Qasim bin Sallam (penyusun kitab Fadhail Al-Quran Wa Maalimuhu Wa Adabuhu), Harun Al-Akhfasy, Ismail bin Al-Khuwairis, Ahmad bin Muhammad bin Mamuyah, dan lain sebagainya. Dalam bidang periwayatan hadits beliau termasuk perawi yang tsiqah (terpercaya), cerdas, shaduq kabir al-Muhalla (referensi orang-orang terpercaya), dan sebagainya, sebagaimana Yahya bin Ma’in, Ad-Daruquthni, An-Nasai dan ulama hadits lain menilainya.
Tentang belajarnya Hisyam bin Ammar mengenai hadits ini, ada riwayat yang luar biasa yang menceritakan bagaimana ghirah dan tingginya semangatnya ketika belajar hadits kepada Imam Malik bin Anas. Sebagaimana berikut:
قال أبو بكر محمد بن سليمان الربعي: حدثنا محمد بن الفيض الغساني، سمعت هشام بن عمار، يقول: باع أبي بيتا له بعشرين دینارا، وجهزني للحج. فلما صرت إلى المدينة، اتيت مجلس مالك، ومعي مسائل اريد ان اساله عنها. فأتيته، وهو جالس في هيئة الملوك، وغلمان قیام، والناس يسألونه، وهو يجيبهم . فلما انقضى المجلس، قال لي بعض اصحاب الحدیث: سل عن ما معك ؟ فقلت له: يا أبا عبد الله، ما تقول في كذا وكذا ؟ فقال: حصلنا على الصبيان، يا غلام، احمله. فحملني كما يُحمل الصبي، وأنا يومئذ غلام مدرك، فضربني بدرة مثل درۃ المعلمين سبع عشرة درة، فوقفت أبكي، فقال لي: ما يبكيك؟ اوجعتك هذه الدرة ؟ قلت: إن أبي باع منزله، ووجه بي أتشرف بك، وبالسماع منك، فضربتني؟ فقال: اكتب، قال: فحدثني سبعة
عشر حديثا، وسالته عما كان معي من المسائل فأجابني.
قال يعقوب بن إسحاق الهروي، عن صالح بن محمد الحافظ: سمعت هشام بن عمار، يقول: دخلت على مالك، فقلت له: حدثني، فقال: اقرأ، فقلت: لا. بل حدثني، فقال: اقرا، فلما أكثرت عليه، قال: يا غلام، تعال اذهب بهذا، فاضربه خمسة عشر، فذهب بي فضربني خمس عشرة درة، ثم جاء بي إليه، فقال: قد ضربه فقلت له: لم ظلمتني؟ ضربتني خمس عشرة درة بغير جرم، لا أجعلك في حل، فقال مالك: فما كفارته؟ قلت: كفارته أن تحدثني بخمسة عشر حديثا. قال: فحدثني بخمسة عشر حديثا. فقلت له: زد من الضرب، وزد في الحديث، فضحك مالك، وقال: اذهب. (سير أعلام النبلاء، ص. ٤٠٩٢-٤٠٩٣).
“Abu Bakar Muhammad Bin Sulaiman Ar-Rabi’i berkata: “Muhammad Bin Al-Faydh Al-Ghassani memberi tahu kami, ia berkata, “Saya mendengar Hisyam bin Ammar berkata: “Ayahku menjual rumahnya seharga dua puluh dinar, dan menyiapkan keperluanku untuk haji. Ketika aku sampai di Madinah, aku mendatangi majelis Malik bin Anas, dan aku punya pertanyaan yang ingin aku tanyakan. Aku datang kepadanya, dan dia duduk dengan wibawanya laksana raja.
Para pemuda (murid-murid Imam Malik) berdiri, sedangkan orang-orang bertanya kepadanya, lalu dia menjawab semua pertanyaan mereka. Ketika majelis ilmu itu telah selesai, beberapa teman yang belajar hadits memberi tahuku: “Tanyakan tentang persoalan yang kamu miliki”? Maka aku berkata kepada Imam Malik: “Wahai Abu Abdillah, apa pendapatmu tentang masalah ini dan ini (Hisyam bin Ammar menyebutkan persoalannya)? Maka Imam Malik berkata kepada beberapa murid mudanya: “Wahai anakku, bawa anak kecil itu (Hisyam bin Ammar), ajari dia”. Lalu pemuda itu menggendongku seperti ia menggendong anak kecil pada umumnya, dan pada waktu itu aku memang masih seorang anak kecil, tapi sudah mengerti.
Lalu oleh pemuda itu aku di ajari adab dengan dipukul menggunakan kayu kecil yang biasa dipakai para pengajar sebanyak 17 kali pukulan. Aku pun menangis, dan pemuda (murid Imam Malik) itupun menghentikan pukulannya. Imam Malik bertanya (kepadaku), “Mengapa kamu menangis? Apakah pukulan ini menyakitkanmu? Maka aku berkata pada Imam Malik, “Sesungguhnya ayahku menjual rumahnya agar aku punya bekal untuk belajar kepadamu, mendengarkan hadits darimu, tapi engkau malah memukuliku”. Maka Imam Malik berkata, “Tulislah! Maka akupun menulis (meriwayatkan) hadits darinya sebanyak 17 hadits, dan setiap persoalan yang aku ajukan selalu dijawabnya.
Dalam riwayat lain dari Ya`qub bin Ishaq Al-Harawi berkata, “Shalih bin Muhammad Al-Hafidz bercerita kepadaku, ia berkata: “Aku mendengar Hisyam ibn Ammar berkata: “Aku memasuki majelis Imam Malik bin Anas, (saat itu aku masih anak kecil yang sudah mengerti) lalu aku meminta kepadanya agar menceritakan hadits, “Ceritakan kepadaku? Imam Malik balik berkata, “Bacalah..! Tidak, (tapi) ceritakanlah kepadaku..!” Jawabku. “Bacalah..! Kata Imam Malik kemudian.
Dan karena seringnya aku menolak untuk membaca, maka beliau menyuruh muridnya, “Wahai anakku, bawalah bocah ini, pukul dia sebanyak 15 kali..!!” Perintahnya. Maka pemuda murid Imam Malik itu pergi membawaku dan memukulku (dengan kayu pemukul yang biasa dibawa para pengajar hadits), dan setelah itu aku dibawa menghadap Imam Malik. Beliau bertanya kepada muridnya, “Sudahkah kamu pukul dia..? Maka aku pun menyela dan bertanya kepada beliau, “Mengapa tuan dzalim kepadaku..? Tuan telah memukuliku sebanyak 15 kali tanpa alasan kesalahan yang jelas..? Aku tidak akan membiarkan tuan begitu saja (maksudnya hendak menuntut Imam Malik di akherat)..!
Imam Malik berkata, “Baiklah, kalau begitu apa yang bisa aku lakukan untukmu sebagai tebusannya..? Maka Hisyam bin Ammar kecil menjawab, “Tebusannya adalah, hendaknya tuan membacakan 15 hadits kepadaku sebagai tebusan atas 15 pukulan..! Imam Malik pun akhirnya membacakan 15 hadits kepada Hisyam kecil. Lalu setelah 15 hadits selesai dibacakan oleh Imam Malik, Hisyam kecil berkata, “Tambahkan pukulan untukku lagi, dan tambahkan lagi untukku hadits..?! Mendengar ucapan Hisyam kecil itu Imam Malik pun tertawa, “Sudah, pergilah..”
Adz-Dzahabi, Siyaru A’lam An-Nubala’, biografi No. 6516, hal. 4092-4093, cet. Bait Al-Afkar Ad-Dauliyah