Kiat Menggapai Istiqamah

Istiqamah merupakan salah satu anugrah Allah terbesar dalam beragama setelah kita mendapatkan anugrah hidayah. Istiqamah beragama juga merupakan hal yang paling membutuhkan perjuangan, sebagaimana perkataan orang: “Mempertahankan lebih sulit daripada menggapai”. Allah menyebutkan keutamaan istiqamah dalam Al-Quran yaitu tidak merasa takut dan sedih serta mendapatkan janji berupa kegembiraan dan surga.

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسۡتَقَٰمُواْ تَتَنَزَّلُ عَلَيۡهِمُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُواْ وَلَا تَحۡزَنُواْ وَأَبۡشِرُواْ بِٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمۡ تُوعَدُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka istiqomah pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu” (QS. Fushilat: 30).

Begitu juga pesan Rasulullah kepada sahabatnya yang ingin diajarkan mengenai agama Islam dan hal tersebut bisa mencakup seluruh ajaran Islam. Maka beliau mengajarkan iman kepada Allah dan kemudian istiqamah.

يَا رَسُولَ اللَّهِ قُلْ لِى فِى الإِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا بَعْدَكَ -وَفِى حَدِيثِ أَبِى أُسَامَةَ غَيْرَكَ قَالَ قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ فَاسْتَقِمْ

Dari Abu Amr atau Abu Amrah Sufyan bin Abdillah, beliau berkata, “Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku dalam (agama) Islam ini ucapan (yang mencakup semua perkara islam sehingga) aku tidak (perlu lagi) bertanya tentang hal itu kepada orang lain setelahmu (dalam hadits Abu Usamah dikatakan, “selain engkau”). Rasulullah bersabda, “Katakanlah: ‘Aku beriman kepada Allah’, kemudian beristiqamahlah dalam ucapan itu.” (HR. Muslim)

Berikut beberapa kiat-kiat agar kita bisa istiqamah dalam beragama

Pertama: mengilmui dan memahami makna syahadat dengan baik dan benar

Syahadat adalah dasar dalam agama. Kalimat ini tidak sekedar diucapkan akan tetapi kalimat ini mengandung makna yang sangat agung dan perlu dipelajari lebih dalam. Allah menjelaskan dalam Al-Quran bahwa kalimat syahadat akan meneguhkan seorang muslim untuk kehidupan dunia dan akhirat jika benar-benar mengilmui dan mengamalkannya.

يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ

Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki. (QS. Ibrahim: 27)

الْمُسْلِمُ إِذَا سُئِلَ فِى الْقَبْرِ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ ، فَذَلِكَ قَوْلُهُ ( يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِى الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِى الآخِرَةِ )

Maksud dari “Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh …” sebagaimana dalam hadits “Jika seorang muslim ditanya di dalam kubur, lalu ia berikrar bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, maka inilah tafsir ayat: “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat”(HR. Bukhari dan Muslim).

Kedua: Mempelajari Al-Quran dan mengamalkannya

Tentu saja, karena Al-Quran adalah petunjuk hidup di dunia agar selamat dunia dan akhirat. Sebagaimana seseorang yang hendak pergi ke suatu tempat, tentu perlu petunjuk dan arahan berupa peta dan penunjuk jalannya. Jika tidak menggunakan peta dan tidak ada orang yang menunjukkan, tentu kemungkinan besar akan tersesat dan tidak akan sampai. Apalagi ternyata ia tidak tahu bagaimana cara membaca peta, tidak tahu cara mengunakan petunjuk yang ada serta tidak ada penunjuk jalan. Tentu tidak akan sampai dan tidak selamat.

Al Qur’an dapat meneguhkan hati orang yang beriman dan sebagai petunjuk. Membacanya juga sebagai kekuatan dan memberi kemudahan untuk beramal shalih dan berakhlak mulia dengan izin Allah.

قُلْ نَزَّلَهُ رُوحُ الْقُدُسِ مِنْ رَبِّكَ بِالْحَقِّ لِيُثَبِّتَ الَّذِينَ آمَنُوا وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ

Katakanlah: “Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Qur’an itu dari Rabbmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)” (QS. An Nahl: 102).

هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ

Al Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. (QS. Fushilat: 44).

Ketiga: Berusaha tetap terus beramal walaupun sedikit

Ini adalah kuncinya, yaitu tetap beramal sebagai buah dari ilmu. Amal adalah tujuan kita berilmu dan bukan sekedar wawasan saja. Karenanya kita diperintahkan untuk tetap terus beramal meskipun sedikit dan ini adalah hal yang paling dicintai oleh Allah. Rasulullah bersabda,

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit. (HR. Muslim).

Beramal banyak dan terlalu semangat namun tidak kontinu juga kurang baik, apalagi tanpa ada ilmu di dalam amal tersebut. Sehingga nampakanya seperti semangat di awal saja tetapi setelahnya kendur bahkan sudah tidak beramal lagi. Dari Abdullah bin Amr bin Al Ash, ia mengatakan bahwa Rasulullah berkata padanya,

يَا عَبْدَ اللَّهِ ، لاَ تَكُنْ مِثْلَ فُلاَنٍ ، كَانَ يَقُومُ اللَّيْلَ فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ

Wahai Abdullah, janganlah engkau seperti si fulan. Dulu dia biasa mengerjakan shalat malam, namun sekarang dia tidak mengerjakannya lagi. (HR. Bukhari dan Muslim).

Keempat: berdoa dan memohon keistiqmahan dan keikhlasan

Tentunya tidak lupa kita berdoa agar bisa tetap istiqamah. Tetap istiqamah beramal dan beribadah sampai menemui kematian.

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu al yaqin (yakni ajal). (QS. Al Hijr: 99).

Doa ini sebaiknya sering kita ucapkan dan sudah selayaknya kita hapal.

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

‘Rabbanaa Laa Tuzigh Quluubanaa Ba’da Idz Hadaitanaa wa Hab Lanaa Min-Ladunka Rahmatan, innaka Antal-Wahhaab’.

Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Dzat yang Maha Pemberi (karunia). (QS. Ali Imran: 8).

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ

Dan doa ini, ‘Ya Muqallibal Quluubi Tsabbit Qalbiy Alaa Diinika’.

Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.(HR. At-Tirmidzi, shahih).

Dan masih banyak doa yang lainnya. Tidak lupa pula kita selalu berusaha dan berdoa agar kita ikhlas dalam beribadah dan beramal. Ikhlas hanya untuk Allah semata, jauh dari riya, pujian manusia dan tendensi dunia. Semoga kita selalu diberikan keikhlasan dan keistiqamahan dalam beramal.

Bagikan artikel ini ke :