Sabar (Asshabru) menurut bahasa adalah menahan diri dari keluh kesah. Ada pula asshibru dengan mengkasrah-kan shad yang artinya obat yang pahit. Ada yang berpendapat, Asal kalimat sabar adalah keras dan kuat. Al-Shibru tertuju pada obat yang terkenal sangat pahit dan sangat tidak menyenangkan. Ada pula yang berpendapat, bahwa Sabar itu diambil dari kata mengumpulkan, memeluk, atau merangkul. Sebab orang yang sabar itu yang merangkul atau memeluk dirinya dari keluh-kesah. Ada pula kata shabrah yang tertuju pada makanan.
Pada dasarnya dalam sabar itu ada tiga arti yaitu menahan, keras, mengumpulkan, atau merangkul sedang lawan sabar adalah keluh-kesah. Menurut M. Quraish Shihab pengertian sabar adalah “Menahan diri atau membatasi jiwa dari keinginannya demi mencapai sesuatu yang baik atau lebih baik (luhur)”. Ash Shabur (Yang Maha Sabar) juga merupakan salah satu asmaul husna Allah SWT yakni yang tak tergesa-gesa melakukan tindakan sebelum waktunya.
Dalam kitab At-Ta’rifat karangan As-Syarif Ali Muhammad Al-Jurjani disebutkan bahwa sabar adalah sikap untuk tidak mengeluh karena sakit. Itulah sebabnya Allah SWT memberikan pujian atau semacam penghargaan terhadap kesabaran Nabi Ayyub As. Sedangkan menurut ahli tasawuf sabar adalah sikap berani dalam menghadapi kesulitan-kesulitan. Menurut Al-Kharraz sabar adalah sebuah isim (nama) yang mengandung makna-makna lahir dan batin. Sedankan menurut Tustari berkata, tidak disebut dengan satu perbuatan jika tanpa sabar, dan tidak ada pahala yang lebih besar dari pada sabar dan tidak ada bekal yang paling baik kecuali takwa.
Dalam Islam sendiri sabar merupakan satu di antara ajaran maqamat agama, dan satu anak tangga dari tangga seorang salik dalam mendekatkan diri kepada Allah. Struktur maqamat agama terdiri dari pengetahuan (ma’arif) yang dapat dimisalkan sebagai pohon, kedua mengenai sikap (ahwal) yang dapat dimisalkan sebagai cabangnya, dan perbuatan (amal) yang dapat dimisalkan sebagai buahnya.
Seseorang bisa bersabar jika dalam dirinya sudah terstruktur maqamat tersebut. Sabar bisa bersifat fisik, bisa juga bersifat psikis. Karena sabar bermakna kemampuan mengendalikan emosi, maka nama sabar berbeda-beda tergantung obyeknya. Yang pertama yaitu sabar dalam menghadapi musibah, disebut sabar, kebalikannya adalah gelisah (jaza’) dan keluh kesah (hala’).
Sabar yang kedua yaitu menghadapi godaan hidup nikmat disebut, mampu menahan diri (dlobith an nafs), kebalikannya adalah tidak tahanan (bathar). Ketiga, kesabaran dalam peperangan disebut pemberani, kebalikannya disebut pengecut. Keempat yaitu kesabaran dalam menahan marah disebut santun (hilm), kebalikannya disebut pemarah (tazammur). Kelima yaitu kesabaran dalam menghadapi bencana yang mencekam disebut lapang dada, kebalikannya disebut sempit dadanya.
Keenam yaitu kesabaran dalam mendengar gossip disebut mampu menyembunyikan rahasia (katum), ketujuh yaitu kesabaran terhadap kemewahan yang disebut zuhud, kebalikannya disebut serakah, loba (al hirsh). Kedelapan yaitu kesabaran dalam menerima yang sedikit disebut kaya hati (qana’ah), kebalikannya disebut tamak, rakus (syarahun). Terlepas dari beragam pandangan tentang maqam shabr, pada dasarnya kesabaran sendiri adalah wujud dari konsistensi diri seseorang untuk memegang prinsip yang telah dipegangi sebelumnya.
Atas dasar itu maka Al-Quran mengajak kaum muslimin agar berhias diri dengan kesabaran. Sebab, kesabaran mempunyai faedah yang besar dalam membina jiwa, memantapkan kepribadian, meningkatkan kekuatan manusia dalam menahan penderitaan, memperbaharui kekuatan manusia dalam menghadapi berbagai problem hidup, beban hidup, musibah, dan bencana, serta menggerakkan kesanggupannya untuk terus-menerus menegakkan agama Allah SWT
وَٱصۡبِرۡ نَفۡسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ رَبَّهُم بِٱلۡغَدَوٰةِ وَٱلۡعَشِىِّ يُرِيدُونَ وَجۡهَهُۥ ۖ وَلَا تَعۡدُ عَيۡنَاكَ عَنۡهُمۡ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا ۖ وَلَا تُطِعۡ مَنۡ أَغۡفَلۡنَا قَلۡبَهُۥ عَن ذِكۡرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمۡرُهُۥ فُرُطًا
Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia, dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas.
Perintah untuk bersabar pada ayat di atas adalah untuk menahan diri dari keingingan keluar dari kelompok orang-orang yang menyeru Rabb-Nya serta selalu mengharap keridhaan-Nya. Perintah sabar di atas sekaligus juga sebagai pencegahan dari keinginan manusia yang ingin bersama dengan orang-orang yang lalai dari mengingat Allah SWT.
Sedangkan dari segi istilahnya sabar adalah menahan diri dari sifat kegundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah. Sabar adalah salah satu dasar dan fondasi akhlak dalam agama Islam yang lurus . Fondasi itu adalah kesabaran yang mempengaruhi seluruh sendi kehidupan manusia. Kesempurnaan agama dan dunia ini erat hubungannya dengan kesabaran.
Kemerosotan keduanya juga erat hubungannya dengan kesabaran. Banyak dari umat Islam selama ini, memahami sabar dalam arti yang sempit karena mereka mengganggap bahwa sabar itu hanya sekedar pasrah dan diam ketika mendapat suatu musibah. Selain itu, makna sabar hanya diartikan sebagai sikap yang tahan terhadap musibah yang menimpa dirinya, padahal makna sabar itu sangat luas bukan hanya ketika menghadapi musibah atau cobaan saja dibutuhkan suatu kesabaran, akan tetapi untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT dan menjauhi larangannya juga membutuhkan kesabaran.
Al-Qur’an kerap menggandengkan ritual sholat dengan sikap sabar. Salah satunya dalam QS al-Baqarah ayat 155,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ
Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
Mengapa sabar dan sholat?
Sabar termasuk kata yang banyak disebutkan Alquran. Jumlahnya lebih dari seratus kali. Tidak mengherankan, karena sabar adalah poros sekaligus asas segala macam kemuliaan akhlak. Seperti yang telah dijelaskan beberapa jenis sabar diatas.
Muhammad al-Khudhairi mengungkapkan bahwa saat kita menelusuri kebaikan serta keutamaan, maka kita akan menemukan bahwa sabar selalu menjadi asas dan landasannya.
Dalam sholat dan sabar terintegrasi proses latihan yang meletakkan kendali diri secara proporsional, mulai dari gerakan (kecerdasan motorik), inderawi (kecerdasan sensibilitas), aql, dan pengelolaan nafs menjadi motivasi yang bersifat muthma’innah. Jiwa muthma’innah atau jiwa yang tenang inilah yang akan memiliki karakteristik malakut untuk mengekspresikan nilai-nilai kebenaran absolut.
Orang-orang yang memiliki jiwa muthma’innah akan mampu mengaplikasikan nilai-nilai sholat dalam kesehariannya. Sebuah nilai yang didominasi kesabaran. Praktiknya tercermin dari sikap penuh syukur, pemaaf, lemah lembut, penyayang, tawakal, merasa cukup dengan yang ada, pandai menjaga kesucian diri, serta konsisten.
Ya, sholat yang baik akan menghasilkan kemampuan bersabar. Sebaliknya kesabaran yang baik akan menghasilkan sholat yang berkualitas. Ciri sholat berkualitas adalah terjadinya dialog dengan Allah sehingga melahirkan ketenangan dan kedamaian di hati.