Keramatnya Ihya’ Ulumiddin, Karya Tulis Al-Imam Al-Ghazali

Hujjatul Islam Al-Imam Abul Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al-Ghozali at-Thusi atau yang masyhur dengan sebutan Imam Al-Ghozali ( L. 450 H / 1058 M— W. 505 H / 1113 M ) dan Kitab Ihya’ Ulumiddin nya tidaklah dapat dipisahkan penisbatan kemasyhuran dari keduanya, orang pada umumnya lebih mengenal sosok Imam Al-Ghozali dengan penisbatan pada kitab fenomenalnya ini daripada kitab-kitab beliau yang lainnya diantaranya :

Kitab Minhajul ‘Abidin ( kitab ini telah diberi komentar atau syarah oleh Al-Allamah Kyai Ihsan Jampes-Kediri, setebal dua jilid dengan judul Sirojut Tholibin, yang konon kitab ini masih dipakai sebagai rujukan salah satu mata kuliah bidang Tashowwuf di Universitas Al-Azhar Mesir dan dipakai sebagai materi kajian tashowwuf di masjid-masjid Jami’ di negara Mali dan negara benua hitam ( Afrika ) lainnya rutin setiap ba’dha subuh, sebagaimana penuturan DR.KH Said Aqil Siroj selaku ketua PBNU sekarang yang pernah melihat sendiri dalam lawatannya berkunjung ke negara-negara di Benua Hitam tersebut

Karya Imam Al-Ghazali lainnya adalah Al- Munqidz minad Dholal, Al-Khulashoh, Al-Wasith, Al-Basith, Al-Wajiz, Tahafutul Falasifah, Al-Ghoyatul Quswa, Jawahirul Qur’an, Kimiya’us Sa’adah, Bidayatul Hidayah, Al- I’tiqod fil Iqtishod, Al-Mankhul fii Ushulil Fiqhi ( kitab ini beliau sudun ketika Imam Haromain yang menjadi gurunya masih hidup ), Bidayatul Hidayaat wal Ma`aakhidzu fil Khilafiyaat, Tahshinul Ma`aakhiidz, Al-Lubab al-Muntakhil fil Jadal,

Bayanu Fadhoihil Imamiyyah, Wa iljaamul ‘Awaam fii Ilmil Kalaam, Misykatul Anwar, Bayanul Qoulaini lis Syafi’i, Al-Mustadzhhiri fir Roddi ‘alal Bathiniyyah, Haqiqotur Ruuh, Sullamus Syayaathin, Al-Qonun Al-Kulliy, Risalatul Aqthob, Al-Mi’roj, Hujjatul Haq, Akhlaqul Abror, Al-Maknuun fil Ushul, Aqidatul Mishbah, Al-Minhajul A’laa, Kitab Al-Asror Mu’aamalatid Diin, Kitab ‘Ajaibu Shun’illah, Ar-Roddu ‘ala Man Thogho, Asroru Itba’is Sunnah, Risalatut Thoir, Talbis Iblis, Mifsholul Khilaaf fi Ushulil Qiyaas, Al-Qurbatu Ilalloh, Mi’yarul ‘Ilm, dan lain sebagainya.

Berkaitan dengan karamah-karamah beliau dan kitab Ihya’ Ulumiddin, saya nukilkan keterangan dari kitab “Jami’ Karamatil Auliya'”, Jilid 1, hal. 180-181, yang disusun oleh Al-Imam Al-‘Allamah Asy-Syaikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani (L.1265/W.1350 H).

Imam Ghozali

ذكر سيدى محي الدين ابن العربى في كتابه روح القدس: ان ابا عبد الله بن زين بأشبيلية وكان من افضل الناس، وقد اعتكف على كتب أبى حامد، يعنى الغزالي، ولكنه قرأ ليلة تأليف أبى القاسم بن احمد في الرد على ابى حامد فعمى، فسجد لله تعالى من حينه وتضرع وأقسم انه لت يقرأه ابدا ويذهبه، فرد الله عليه بصره. وقد ذكر سيدى محي الدين هذه الحكاية كرامة لأبى عبد الله بن زين اعتناء من الحق به وتنبيها له رضي الله عنه وعن الإمام الغزالى وعن سائر اولياء الله.

Sayyidi Muhyiddin Ibnul ‘Arabi dalam kitabnya yang berjudul “Ruhul Quds” menceritakan bahwa Abu Abdillah bin Zein di negeri Isybiliyah adalah seorang yang paling utama di negeri itu dalam menekuni membaca kitab-kitab Imam Al-Ghazali. Akan tetapi pada suatu malam ia membaca kitab lain, yakni kitab yang dikarang oleh Abil Qasim bin Ahmad yang menjelaskan tentang bantahan-bantahanya terhadap Imam Al-Ghazali.

Maka seketika itu mata Abu Abdillah bin Zein menjadi buta (karena membaca kitab Abil Qasim bin Ahmad), dan seketika itu pula ia sujud kepada Allah dengan penuh iba serta bersumpah tidak akan membaca kitab karya Abil Qasim bin Ahmad untuk selama-lamanya, dan bersumpah pula untuk membuang kitab tersebut. Maka Allah SWT memulihkan penglihatannya kembali.

Sayyidi Imam Muhyiddin Ibnul Arabi telah menuturkan bahwa kisah ini juga merupakan karomah bagi Abu Abdillah bin Zein supaya memperhatikan kebenaran kitab Ihya Ulumiddin tersebut dan sebagai peringatan baginya dari Imam Al-Ghazali dan semua wali-wali Allah lainnya.

قال المناوى: ومن كرامته ما خرجه اليافعى عن ابن الميلق، عن العرشى، عن المرسى، عن الشاذلى، عن الشيخ ابن حرازم انه خرج على اصحابه ومعه كتاب فقال: اتعرفونه؟ قال: هذا الإحياء، وكان الشيخ المذكور يطعن فى الغزالى وينهى عن قراءة الإحياء فكشف لهم عن جسمه فاذا هو مضروب بالسياط  قال: أتانى الغزالى في النوم ودعانى الى رسول الله صلى الله عليه  سلم ، فلما وقفنا بين يديه قال: يا رسول الله هذا يزعم أنى أقول عليك ما لم تقل، فأمر بضربى فضربت.

Imam Al-Manawi berkata: “Sebagian dari karomah-karomah Imam Al-Ghazali ialah, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Al-Yafi’i dari Ibnul Mailiq dari Imam Yaqut Al-‘Arsy dari Imam Abul Abbas Al-Mursiy dari Imam Abil Hasan Asy-Syadzili dari Syaikh Ibnul Harrazim, bahwa Syaikh Ibnul Harrozim keluar menemui murid-muridnya dengan membawa sebuah kitab, lalu ia berkata kepada murid-muridnya, “Tahukah kalian kitab apa ini?”.

Murid-muridnya menjawab, “Itu kitab Ihya'”. (Sebelum ini, Syaikh Ibnul Harrazim pernah mencaci maki Imam Al-Ghazali dan melarang muridnya membaca kitab Ihya’) Kemudian beliau membuka bajunya dihadapan murid-muridnya, dan ternyata pada tubuhnya terdapat bekas pukulan cambuk.

Ia berkata pada murid-muridnya, “Aku bermimpi Imam Al-Ghazali datang kepadaku dan mengajakku mendatangi Rasulullah SAW, lalu Imam Al-Ghazali berkata, “Wahai Rasulullah, orang ini (Ibnul Harrazim) menyangka bahwa aku mengatakan sesuatu yang tidak pernah engkau katakan (tentang hadits-hadits dalam kitab Ihya’)”. Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan agar memukulku (dicambuk), maka dipukul (cambuk) lah aku.”

منها: قال العارف الشاذلى: ورأيت المصطفى صلى الله عليه وسلم في المنام  باهى عيسى وموسى بالغزالى وقال: هل فى أمتكما مثله؟ قالا لا.

Sebagian dari karomah Imam Al-Ghazali adalah, telah berkata Al-‘Arifbillah Asy-Syadzili: “Dalam tidurku, aku melihat Rasulullah SAW membanggakan Imam Al-Ghazali kepada Nabi Isa dan Nabi Musa. Rasulullah SAW berkata: “Apakah ada pada ummat kalian berdua yang seperti Al-Ghazali ?” Nabi Isa dan Nabi Musa menjawab: “Tidak ada.”

ورأى العارف الكبير اليمنى احمد الصياد ابواب السماء مفتحة، ونزل عصبة من الملائكة ومعهم خلع خضر ودابة، فوقفوا على رأس قبر وأخرجوا شخصا منه وألبسوه الخلعة واركبوه الدابة وصعدوا به الى السماء  سماء سماء حتى جاوزوا السموات كلها، وخرق بعدها سبعين حجابا؛ قال: فتعجبت من ذلك وأردت معرفته، فقيل لى: هذا الغزالى ، ولا علم لى أين انتهاؤه، وشهد له المرسى بالصديقية العظمى.

Al-‘Arif Al-Kabir Al-Yamani Ahmad Ash-Shayyad melihat pintu-pintu langit terbuka, serombongan malaikat turun dengan pakaian warna hijau dan berkendaraan, kemudian mereka berhenti di atas bagian kepala sebuah pusara seraya mengeluarkan seseorang dari dalam pusara tersebut, dan lalu membawanya naik ke langit, dan dari langit ke langit hingga melewati langit seluruhnya. Setelah melewati semua langit maka dibukalah 70 hijab.

Ahmad Ash-Shayyad berkata, “Aku merasa sangat takjub dengan apa yang aku lihat dan ingin sekali mengetahuinya. Maka tiba-tiba ada yang berkata kepadaku: “Orang ini adalah Al-Ghazali”. Dan aku (Ahmad Ash-Shayyad) tidak mengerti sampai dimana puncak ketinggian pendakiannya (derajat Imam Al-Ghazali).

Keterangan lain tentang keistimewaan kitab Ihya’ Ulumiddin kami sadur keterangan dari kitab “Ta’riful Ihya’ Bi Fadha’ilil Ihya'”, yang merupakan Hamisy (catatan tepi pada naskah kitab), karya ‘Allamah Syaikh Abdul Qadir bin Syaikh bin Abdullah bin Syaikh bin Abdullah Al-‘Aydarus Ba ‘Alawi, dan juga kitab “Jami’ Karamatil Auliya'” yang disusun oleh ‘Allamah Syaikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani.

1. Syaikh Abdullah Al-Yafi’i (penyusun kitab Raudh Ar-Rayahin Fi Hikayat Ash-Shalihin) mengatakan:

أن الفقيه العلامة، قطب اليمن إسماعيل بن محمد الحضرمي، ثم اليمني، سئل عن تصانيف الغزالي فقال: من جملة جوابه، محمد بن عبد الله سيد الأنبياء، ومحمد بن إدريس سيد الأئمة ، ومحمد بن محمد بن محمد الغزالي، سيد المصنفين.

Sesungguhnya Al-Faqih Al-‘Allamah, Quthbul Yaman (pemimpin para wali negeri Yaman), Ismail bin Muhammad Al-Hadrami, ditanya tentang kitab² karya Al-Ghazali, dan di antara jawabannya ialah: “Muhammad bin Abdullah SAW adalah rajanya para Nabi, Muhammad bin Idris (Asy-Syafi’i) adalah rajanya para Imam, dan Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali adalah rajanya para penyusun kitab-kitab. (Ta’riful Ihya’ Bi Fadha’il Ihya’, hal. 357).

2. Syaikh Abdul Ghaffar Al-Farisi berkata:

في مثال الإحياء أنه من تصانيفه المشهورة التى لم يسبق إليها.

Tentang perumpamaan kitab Ihya’ yang merupakan salah satu dari karya Al-Ghazali, belum pernah ada ulama sebelumnya yang mampu menyusun kitab semisal Ihya’. (Ta’riful Ihya’ Bi Fadha’il Ihya’, hal. 359).

3. Imam An-Nawawi berkata:

كاد الإحياء أن يكون قرآنا.

Hampir saja kitab Ihya’ itu menjadi Al-Qur’an. (Ta’riful Ihya’ Bi Fadha’il Ihya’, hal. 359).

4. Syaikh Abu Muhammad Al-Kaziruni:

لو محيت جميع العلوم لاستخرجت من الإحياء.

Andaikan semua ilmu kamu hapus, maka pasti akan aku munculkan kembali dari kitab Ihya’. (Ta’riful Ihya’ Bi Fadha’il Ihya’, hal. 359).

5. Sebagian ulama Malikiyah berkata:

الناس في فضل علوم الغزالى.

Semua manusia tidak lepas dari keutamaan ilmu-ilmu Al-Ghazali. (Ta’riful Ihya’ Bi Fadha’il Ihya’, hal. 359).

6. Diantara ucapan Quthbul Auliya’ (tokoh centralnya para wali), Asy-Syaikh Abdullah Al-Aidarus ra:

عليكم بملازمة كتاب إحياء علوم الدين، فهو موضع نظر الله، وموضع رضا الله، فمن أحبه وطالعه وعمل بما فيه، فقد استوجب محبة الله، ومحبة رسول الله، ومحبة ملائكة الله وأنبيائه، وجمع بين الشريعة والطريقة والحقيقة فى الدنيا والأخرة وصار عالما فى الملك والملكوت.

Tetapilah olehmu mempelajari kitab Ihya’ Ulumiddin, karena kitab Ihya’ adalah tempat untuk memandang Allah (mengenal Allah lebih mendalam), tempat mencari ridha Allah. Barang siapa yang senang dengan kitab Ihya’ dan mempelajarinya serta mengamalkan kandungannya, maka ia layak mendapat cintanya Allah, cintanya Rasulullah SAW, cintanya para Malaikat Allah dan para Nabinya Allah, dan akan dikumpulkan dalam hatinya pengetahuan tentang syariat, thariqah dan haqiqat baik di dunia dan akhirat, sehingga jadilah ia orang yang alim baik di alam mulki (manusia) maupun alam malakut (malaikat). (Ta’riful Ihya’ Bi Fadha’il Ihya’, hal. 359).

7. Sebagian ucapan beliau yang lain:

أجمع علماء العارفون بالله على أنه لا شيئ أنفع للقلب، وأقرب إلى رضا الرب، من متابعة حجة الإسلام الغزالي، ومحبة كتبه، فإن كتب الإمام الغزالي لباب الكتاب والسنة، ولباب المعقول والمنقول، والله وكيل على ما أقول.

Para ulama yang ‘arifbillah (para waliyullah) telah sepakat bahwa tidak ada sesuatupun yang lebih bermanfaat bagi hati, yang lebih mendekatkan pada ridhanya Allah, selain mengikuti Hujjatul Islam Al-Ghazali, dan mencintai kitab-kitab karyanya. Karena sesungguhnya kitab-kitab karya Imam Al-Ghazali merupakan pintu masuk dalam memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah, merupakan pintu membuka pemahaman² akal dan dalil², dan cukuplah Allah menjadi wakil atas apa yang aku katakan ini.

8. Sebagian dari ucapan beliau lagi:

من أراد طريق الله وطريق رسول الله وطريق العارفين بالله وطريق العلماء بالله، أهل الظاهر والباطن، فعليه بمطالعة الكتب الغزالى، خصوصا إحياء علوم الدين، فهو البحر المحيط.

Siapa yang menginginkan jalan (menuju) Allah, jalan yang ditempuh Rasulullah, jalan yang ditempuh para wali dan para ulama billah, menjadi orang yang mumpuni baik dzahir maupun bathin, maka tetapilah mempelajari kitab-kitab karya Al-Ghazali, terlebih kitab Ihya’ Ulumiddin, sebab kitab Ihya’ itu (laksana) lautan yang tak bertepi.

9. Sebagian dari ucapan beliau lainnya:

بخ بخ بخ لمن طالع إحياء علوم الدين، أو كتبه أو سمعه.

Bagus..bagus..dan bagus sekali bagi orang yang mempelajari Ihya’ Ulumiddin, atau mencatatnya, ataupun mendengarnya. (Ta’riful Ihya’ Bi Fadha’il Ihya’, hal. 360).

Bagikan artikel ini ke :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *