Kenapa Turunnya Al-Quran Diperingati Setiap 17 Ramadhan?

Memang pertanyaan tentang kapan turunnya Al-Qur’an ini cukup banyak juga yang membuat bingung, karena terjadi sedikit kerancuan atau setidaknya salah paham di tengah masyarakat. Maka jawaban atas pertanyaan ini sederhananya adalah bahwa Al-Qur’an itu sebenarnya turun dalam dua kali periode penurunan.

Keduanya dapat disebut dengan nuzulul-Qur’an. Namun yang dirayakan pada tanggal 17 Ramadhan, sebenarnya itu peristiwa turunnya Al-Qur’an periode yang kedua, bukan periode yang pertama. Saat itu yang turun sebenarnya hanya 5 ayat pertama dari surat Al-‘Alaq saja, tidak semua ayat.

Meski demikian, peristiwa itu jadi momen penting dan dirayakan karena menandakan dua hal. Pertama turunnya ayat Al-Qur’an pertama kali di masa Nabi SAW. Dan kedua momen pengangkatan Muhammad SAW sebagai Nabi

Maka ketika kita memperingatinya pada tanggal 17 Ramadhan sebenarnya yang kita peringati adalah momen turunnya 5 ayat pertama Al-Qur’an sekaligus momen peresmian kenabian Muhammad SAW. Adapun turunnya semua ayat Al-Qur’an membutuhkan waktu hingga 23 tahun, yaitu hingga Rasulullah SAW dipanggil Allah SWT menghadapnya.

Periode pertama dari turunnya Al-Qur’an, bisa kita tetapkan beberapa point penting. Al-Qur’an periode pertama memang benar terjadinya di bulan Ramadhan, namun tanpa data kapan tanggal dan tahunnya. Hanya Allah SWT saja yang tahu tanggal dan tahunnya. Yang jelas terjadinya bukan di masa Rasulullah SAW, tetapi jauh sebelum itu. Malam inilah yang selama ini kita maksud dengan Lailatul-Qadar, dimana tanggalnya tidak pernah dijelaskan oleh Rasulullah SAW secara pasti.

Setidaknya kita menemukan ada begitu banyak sumber yang berbeda-beda ketika menetapkan tanggalnya. Ada yang bilang turun pada 10 malam terakhir Ramadhan, yang lain bilang hanya malam-malam ganjil, bahkan ada yang bilang malam pertama Ramadhan, malam 17, malam 19 dan juga 10 malam pertengahan Ramadhan.

Perintiwa ini diabadikan penyebutkannya di dalam 3 ayat Al-Qur’an yang berbeda, yaitu pada surat Al-Baqarah ayat 185, surat Ad-Dukhan ayat 3 dan surat Al-Qadar ayat 1.

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ

Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an (QS. Al-Baqarah : 185)

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ مباركة

Sesungguhnya Kami turunkan Al-Qur’an pada malam yang diberkahi (QS. Ad-Dukhan : 3)

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Ketiga ayat ini bicara malam yang disebut Lailatul-Qadar yang sebenarnya bukan malam dimana Rasulullah SAW menerima wahyu pertama, melainkan turun dari sisi Allah SWT hanya ke langit dunia saja.

Ciri yang paling penting dari penurunan Al-Qur’an di periode pertama ini bahwa semua ayatnya turun sekaligus. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahuanhu :

أُنزل القرآن جملة واحدة إلى السماء الدنيا ليلة القدرثم أُنزل بعد ذلك في عشرين سنة

Al-Quran diturunkan sekaligus ke langit dunia pada malam Qadar, kemudian diturunkan sesudah itu sepanjang 20-an tahun.

Turunnya Al-Qur’an di periode ini sebagaimana Ibnu Abbas katakan di atas, dari sisi Allah SWT atau kadang disebut dengan lauhil-mahfuzh, tidak ke permukaan bumi tetapi hanya sampai ke langit dunia saja. Al-Qur’an itu menunggu sejak Allah SWT turunkan pertama kali entah di masa yang mana, sampai datangnya masa kehidupan Rasulullah SAW di abad ke-7 Masehi, barulah kemudian turun pertama kali ke Gua Hiro di Mekkah.

Nuzulul Qur’an periode kedua dari segi waktu, turunnya Al-Qur’an ini sepanjang 23 tahun. Namun 5 ayat pertama memang diturunkan pada tanggal 17 bulan Ramadhan. Tahunnya adalah 40 tahun setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW. Secara hitungan masehi, beliau SAW lahir tahun 571 dan diangkat menjadi utusan Allah pada tahun 610 M. Maka tanggal 17 memang bisa dianggap sebagai nuzulul-quran juga, dengan catatan maksudnya adalah turunnya 5 ayat pertama. Ibnu Abbas radhiyallahuanhu ketika menafsirkan ayat

Memperbaiki Kualitas Bacaan di Bulan Ramadhan

وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا

Dan Kami turunkan (Al Qur’an) itu dengan sebenar-benarnya dan Al Qur’an itu telah turun dengan (membawa) kebenaran. Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. (QS. Al-Isra’ : 105) Beliau membacanya dengan farraqnahu yang bermakna kami pisah-pisahkan ayatnya, maksudnya diturunkan terpisah-pisah.

Ciri paling penting dari penurunan Al-Qur’an periode kedua adalah turunnya yang sedikit demi sedikit dan tidak secara sekaligus. Kadang turun 5 ayat, kadang 10 ayat, kadang hanya 1 ayat, bahkan pernah pula turun hanya beberapa kata. Misalnya dua kata dalam ayat 187 surat Al-Baqarah, yaitu minal-fajri (من الفجر) yang turun terpisah dari lafadz sebelumnya.

Turunnya Al-Qur’an pada periode kedua ini turun dari langit dunia ke permukaan bumi, yaitu kepada Rasulullah SAW, dimana pun beliau berada. Maka ada istilah ayat Makkiyah dan Madaniyah, karena saat itu Rasululah SAW berada di Mekkah atau Madinah, meski sesungguhnya kedua istilah itu mengacu kepada masa bukan semata-mata tempat. Jadi kesimpulannya tidak terlalu keliru kalau saat memperingati tanggal 17 Ramadhan kita menyebutkan dengan nuzulul-qur’an juga, walaupun maksudnya tidak harus malam yang kita maksud dengan Lailatul Qadar.

Bagikan artikel ini ke :