Kenapa Tasawuf Sering Dihubungkan dengan Ilmu Ghaib

Tasawwuf dari segi bahasa ada yang mengatakan berasal dari akar kata Shafia yang berarti bersih atau suci. Ada juga yang mengatakan berasal dari akar kata shuff yang berarti wol, jenis bahan pakaian yang terbuat dari bulu domba. Konon para shufi pada masa lalu banyak yang menggunakan pakaian dari jenis ini. Dan banyak lagi yang menghubungkannya dengan makna lainnya.

Tasawuf dalam bentuk istilah baku memang belum dikenal pada zaman Nabi Muhammad SAW. Istilah ini lahir beberapa abad pasca masa hidup RAsulullah SAW. Namun bila ditilik dari sisi esensi dan tujuan, maka bisa dikatakan bahwa tashawwuf adalah suatu cara orang untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan kebersihan hati serta menjauhkan diri dari hal-hal yang berbau keduniaan.

Dengan pengertian seperti ini maka dapat dikatakan bahwa Rasulullah SAW dan para shahabat adalah para shufi yang selalu mendekatkan diri pada Allah SWT dengan menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi larangannya. Memang dalam fenomena sejarah sering kita dapati para penganut paham tasawuf menggunakan bermacam-macam cara dan metoda dalam melangkah.

Dan harus kita terima kenyataan bahwa sebagian dari jalan yang diambil itu ada yang tidak sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Baginda Nabi SAW seperti halnya sihir. Namun juga banyak dari mereka yang tetap berjalan di atas jalan yang lurus dan selamat dari hal-hal dilarang.

Tasawuf dan sihir tentunya sesuatu yang seharusnya saling bertolak belakang. namun dalam kenyataannya sering kita temui di berbagai situs dan artikel-artikel lainnya, terlihat banyak kesamaan antara tasawuf dengan Ilmu ilmu ghaib dan saling mendukung. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Dan tasawuf yang mana yang sekiranya masih bersih dari hal-hal tersebut?

Ilmu tasawwuf memang termasuk ilmu yang rentan untuk dipalsukan, bahkan nama tasawuf seringkali dipakai untuk melegitimasi sihir dan perdukunan. Sehingga saking seringnya ilmu ini dipalsukan, seolah-olah tasawwuf menjadi identik dengan segala bentuk sihir, khurafat, syirik dan bid’ah.

Golongan fasik banyak yang menyebut ilmu yang dikembangkannya sebagai ilmu tasawuf, bahkan menyebut dirinya sebagai ahli tasawuf. Namun klaim seperti itu ditolak dan tidak diakui oleh tokoh-tokoh sufi yang benar dan terkenal, seperti Al-Junaid (w. 297 H) dan ulama sufi lainnya.

Sesungguhnya ilmu tasawwuf adalah ilmu tentang managemen hati. Apa yang diangkat oleh Aa Gym dengan managemen kalbu-nya tidak lain adalah tasawuf. Ilmu tasawuf ada dalam Islam, serta merupakan bagian utuh dari ajaran Islam.

Semua imam dalam ilmu fiqih pada dasarnya juga ahli dalam ilmu tasawuf. Imam Al-Ghazali adalah tokoh besar dalam ilmu tasawuf ketika menulis kitab Ihya’ Ulumum Ad-Din. Bahkan Ibnul Qayyim juga termasuk ulama yang punya perhatian besar dalam ilmu ini. Beliau berkata mengenai keterangan dari tokoh-tokoh sufi Al-Junaid bin Muhammad dengan kata-katanya, ‘Semua jalan tertutup bagi manusia, kecuali jalan yang dilalui Nabi’

Ilmu tasawuf mengajarkan keikhlasan dan kebersihan hati dari sifat-sifat buruk. Di antaranya sifat riya’, suka dipuji, sombong, ‘ujub, kikir, sum’ah, besar kepala, mau menang sendiri, hanya berorientasi kepada kemegahan duniawi, tidak pernah salah, dan seterusnya. Ilmu tasawuf mengajarkan moral, nilai-nilai, akhlaq dan etika. Ilmu tasawuf mengajarkan seseorang menjadi kaya hati, bukan kaya harta. Ilmu tasawuf mengajak orang bertaubat kepada Allah atas semua dosa dan kesalahan.

Tasawuf ada dalam Islam dan mempunyai dasar yang mendalam. Tidak dapat diingkari dan disembunyikan, dapat dilihat dan dibaca dalam Al-Qur’an, Sunnah Rasul. dan para sahabatnya yang mempunyai sifat-sifat zuhud (tidak mau atau menjauhi hubudunya), tidak suka hidup mewah, sebagaimana sikap khalifah Umar r.a, Ali r.a, Abu Darda’, Salman Al-Farisi, Abu Dzar r.a. dan lainnya.

Tidak ada yang salah dari ilmu tasawuf kecuali setelah para penyihir dan dukun datang memperkosanya. Dengan meminjam istilah dari ilmu tasawuf, jadilah tasawuf menjadi sebuah gerakan ilmu hitam yang penuh dengan nafsu syaitani dan syirik yang parah.

Berbagai ilmu kedigjayaan dan kanuragan yang dimotori oleh Iblis dan konconya menjadi asesoris ilmu tasawuf. Itulah talbisnya iblis, piawai dalam hal tipu menipu, terutama buat orang awam. Untuk membedakan ilmu tasawuf yang benar atau yang telah dipalsukan, bisa ditengarai dengan melihat beberapa cirinya, antara lain:

Tidak melakukan hal-hal yang syirik kepada Allah SWT. Tidak melakukan berbagai ritual aneh yang menjadibid’ah yang dhalalah, kecuali yang memang ada khilaf di dalamnya. Tidak berbentuk ilmu-ilmu ghaib, kanuragan, kedigjayaan dan sejenisnya. Tidak mengajarkan hal-hal yang bertentangan dengan larangan syariah Islam, dari semua sisinya dan tidak keluar dari koridor hukum syariah Islam yang mu’tabar.

Bagikan artikel ini ke :