Lafadz ‘ulama’ itu tercantum di dalam Al-Qur’an dan juga disebut dalam hadits, baik yang bersifat eksplisit ataupun yang bersifat implisit. Al-Qur’an dan Hadits sama-sama banyak menyebutkan keduanya. Yang dimaksud dengan penyebutan secara eksplisit adalah kata ulama itu benar-benar digunakan dengan pengertian dan maksud sebagai ulama. Setidaknya ada dua ayat yang berbeda menyebutkan kata ulama secara eksplisit.
ุฅููููู ูุง ููุฎูุดูู ุงูููููู ู ููู ุนูุจูุงุฏููู ุงููุนูููู ูุงุก
Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Allah hanyalah para ulama. (QS Fathir : 28)
Kedua, ayat lainnya bicara tentang ulama juga, tetapi dalam konteks umat terdahulu, yaitu Bani Israil
ุฃูููููู ู ููููู ูููููู ู ุขููุฉู ุฃูู ููุนูููู ููู ุนูููู ูุงุก ุจูููู ุฅูุณูุฑูุงุฆูููู
Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya? (QS. Asy-Syu’ara’ : 197)
baca : Kata โUlamaโ di Dalam Al-Qurโan
Yang dimaksud dengan penyebutan secara implisit memang ulama, tetapi istilah yang digunakan bisa berbeda. Lafadz dan istilah lain yang digunakan namun dengan maksud sebagai ulama ada juga dan cukup banyak di dalam Al-Qur’an. Di antaranya Allah SWT menyebut : orang yang mengetahui, orang yang diberi ilmu, dan bahkan ‘ahli dzikir’.
Kadang Allah SWT menggunakan istilah ‘orang yang mengetahui’
ูููู ูููู ููุณูุชูููู ุงููุฐูููู ููุนูููู ูููู ููุงููุฐูููู ูุงู ููุนูููู ูููู
Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”. (QS. Az-Zumar : 9)
Kadang juga Allah menggunakan istilah ‘orang yang diberi ilmu’
ููุฑูููุนู ุงูููููู ุงูููุฐูููู ุขู ููููุง ู ููููู ู ููุงูููุฐูููู ุฃููุชููุง ุงููุนูููู ู ุฏูุฑูุฌูุงุช
Allah meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang memiliki ilmu beberapa derajat. (QS. Al-Mujadalah : 11)
baca : Hafal Al-Qurโan Tapi Tak Mengerti Hukum Agama
Bahkan Allah SWT juga menggunakan istilah ‘ahlu dzikir‘
ููุงุณูุฃูููุง ุฃูููู ุงูุฐููููุฑู ุฅููู ููููุชูู ู ูุงู ุชูุนูููู ูููู
Maka bertanyalah kepada orang ahlu dzikir (ulama) jika kamu tidak mengetahui (QS. An-Nahl : 43)
Sedangkan kata ‘ulama’ disebut dalam hadits nabi tentu saja banyak. Menyebutkan bahwa para ulama adalah ahli waris Nabi SAW.
ุงููุนูููู ูุงุกู ููุฑูุซูุฉูุงููุฃูููุจูููุงุกู
Ulama adalah ahli waris para nabi.(HR At-Tirmidzi)
ุฅููู ุงููู ูุง ูููุจูุถู ุงูุนูููู ุงูููุชูุฒุงุนูุง ูููุชุฒูุนููู ู ูู ุงูุนูุจุงุฏู ูููููู ูููุจูุถู ุงูุนูููู ุจููุจูุถู ุงูุนููู ุงุก ุญุชูู ุฅูุฐุงูู ููุจููู ุนุงููู ูุง ุงูุชูุฎุฐ ุงูููุงุณู ุฑูุกููุณูุง ุฌูููุงูุงู ูุณูุฆููููุง ูุฃููุชููุง ุจูุบููุฑู ุนูููู ู ูุถููููุง ูุฃุถููููุง
Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu secara tiba-tiba dari tengah manusia, tapi Allah mencabut ilmu dengan dicabutnya nyawa para ulama. Hingga ketika tidak tersisa satu pun dari ulama, orang-orang menjadikan orang-orang bodoh untuk menjadi pemimpin. Ketika orang-orang bodoh itu ditanya tentang masalah agama mereka berfatwa tanpa ilmu, akhirnya mereka sesat dan menyesatkan (HR. Bukhari dan Muslim)
ูุฅููู ูุถูู ุงูุนุงููู ู ุนูู ุงูุนุงุจูุฏู ููุถููู ุงููู ุฑู ููููุฉ ุงูุจุฏูุฑู ุนูู ุณุงุฆูุฑู ุงูููุงููุจู
Keutamaan ulama dibandingkan dengan seorang ahli ibadah seperti bulan di malam purnama dibandingkan semua planet (bintang). (HR. Muslim)
baca : Bacaan Al-Qurโan Pada Shalat Tarawih
Namun istilah ulama saat ini sering kali menjadi rancu dan tertukar-tukar dengan istilah lain yang nyaris beririsan. Padahal keduanya tetap punya perbedaan mendasar. Misalnya, seorang yang berprofesi sebagai penceramah, seringkali disebut-sebut sebagai ulama, meski tidak punya kapasitas pengetahuan seperti para ulama. Kemampuannya di bidang ilmu syariah, jauh dari kriteria seorang ulama.
Penceramah adalah sekedar orang yang pandai berpidato menarik massa, punya daya pikat tersendiri ketika tampil di publik, mungkin sedikit banyak pandai menyitir satu dua ayat Quran dan hadits, tetapi begitu ditanyakan kepadanya, apa derajat hadits itu, ada di kitab apa, siapa saja perawinya, dan seterusnya, belum tentu dia tahu. Bahkan tidak sedikit penceramah yang buta dengan huruf arab, alias tidak paham membaca kitab berbahasa arab. Padahal sumber-sumber keIslaman hanya terdapat dalam bahasa arab.
Namun penceramah tetap dibutuhkan oleh masyarakat awam, yang betul-betul kurang memiliki wawasan dan pemahaman atas agama Islam. Jadi meski seorang penceramah hanya punya ilmu agama pas-pasan, tetapi tidak ada rotan, akar pun jadi.
baca : Hanya Ada Bidadari di Surga, Masak Sih?
Bahkan terkadang terjadi fenomena sebaliknya, banyak orang yang sampai kepada level ulama, mempunyai ilmu banyak dan mendalam, tetapi kurang menarik ketika berbicara di publik. Figurnya barangkali malah kurang dikenal masyarakat. Sebab beliau tidak mampu berpidato di TV untuk menjaring iklan. Padahal dari sisi ilmu dan kedalamanannya atas kitabullah dan sunnah rasul-Nya, tidak ada yang mengalahkan.
Pengertian ulama memang sangat spesifik, sehingga penggunaannya tidak boleh pada sembarang orang. Semua syaratnya jelas dan spesifik serta disetujui oleh umat Islam. Paling tidak, dia menguasai ilmu-ilmu tertentu, seperti ilmu Al-Quran, ilmu hadits, ilmu ifiqih, ushul fiqih, qawaid fiqhiyah serta menguasai beberapa dalil hukum baik dari Al-Qur’an dan sunnah. Juga mengerti masalah dalil nasikh mansukh, dalil ‘amm dan khash, dalil mujmal dan mubayyan dan lainnya.
Dan kunci dari semua itu adalah penguasaan yang cukup tentang bahasa arab dan ilmu-ilmunya. Seperti masalah nahwu, sharf, balaghah, bayan dan lainnya. Ditambah dengan satu lagi yaitu ilmu mantiq atau ilmu logika ilmiyah yang juga sangat penting.
baca : Al-Qurโan Tidak Pernah Melarang Pria Memakai Emas?
Dan Juga tidak boleh dilupakan adalah pengetahuan dan wawasan dalam masalah syariah, misalnya mengetahui fiqih-fiqih yang sudah berkembang dalam berbagai mazhab yang ada. Semua itu merupakan syarat mutlak bagi seorang ulama, agar mampu mengistimbath hukum dari Al-Qur’an dan sunnah.