Imam Nawawi Menghadiri 12 Majelis Ilmu Dalam Sehari

Nama lengkap Imam Nawawi adalah Abu Zakariya Mahyuddin Yahya bin Syaraf bin Murii bin Hasan bin Husain bin Muhammad bin Jumuah bin Hizam An-Nawawi Ad-Dimasyqi. Abu Zakariya adalah nama kunyah beliau, bukan berarti beliau punya anak yang bernama zakariya karena sepanjang hidupnya beliau belum pernah menikah

Mayoritas ulama memberi gelar kepada beliau dengan sebutan Mahyuddin (orang yang menghidupkan agama) padahal beliau sendiri membenci gelar tersebut karena ketawadhuan beliau dan takut dengan firman

فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى

Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci, Dia (Allah) lebih mengetahui tentang orang yang bertaqwa.(QS An-Najm: 32)

Dalam Tuhfatut Thalibin, Imam Nawawi berpendapat bahwa, agama ini akan tetap hidup tanpa butuh kepada orang yang menghidupkannya.

An-Nawawi merupakan nama yang di nisbahkan kepada beliau karena beliau pernah tinggal di suatu daerah yang bernama Nawa di dekat Damaskus selama 28 tahun. Ibnu Mubarak pernah berkata

من أقام في بلدة أربع سنين؛ نسب إليها

barang siapa yang menetap pada suatu daerah selama empat tahun, maka dia berhak di nisbahkan kepada daerah tersebut

Imam Nawawi lahir pada pertengahan bulan Muharam tahun 631 H di desa Nawa dan beliau tumbuh besar di daerah tersebut. Setelah menyelasaikan hafalan Al-Qurannya, beliau hijrah ke Damaskus ibu kota Syiria ketika berumur 19 tahun dan menetap disana.

Imam Nawawi meninggal dunia pada malam rabu, tanggal 24 rajab tahun 676 H di desa kelahirannya yaitu nawa dan dikebumikan di desa tersebut, disebabkan penyakit yang dideritanya. Beliau meninggal dunia ketika berumur 45 tahun, walaupun umur beliau relatif muda tetapi tulisan beliau sangat luar biasa yang selalu di kaji sepanjang masa.

Imam Nawawi menuntut ilmu agama sejak kecil, ketika anak-anak lain masih suka bermain, beliau memulai menuntut ilmunya dengan menghafal Al-Quran. Ketika beliau berumur 19 tahun, baliau di ajak oleh orang tuanya untuk tinggal di Damaskus karena Damaskus saat itu merupakan kota santri dan ulama. Beliau disekolahkan oleh orang tuanya di Madrasah Rawahiyah.

Beliau tidak menyia-nyiakan waktu kecuali untuk menuntut ilmu, sehingga dalam waktu empat bulan setengah, beliau mampu menghafal kitab Tanbih karya Abu Ishak Syairazi dan menghafal seperempat kitab al-Muhazzab dalam waktu lima bulan setengah. Sehingga kecerdasan beliau tersebut membuat gurunya kagum dan ta’jub kepadanya dan dia pun dijadikan pengajar di madrasah tersebut.

Beliau tidak pernah tidur di atas kasur, apabila rasa ngantuk menghampiri beliau, beliau langsung tidur di atas kitab, ketika bangun dari tidurnya beliau berkata: Innalillahi wainna ilai rajiun, sungguh saya telah menyia-nyiakan banyak waktu untuk tidur. Dalam sehari beliau menghadiri 12 majelis ilmu dari berbagai macam displin keilmuan.

Dua majelis untuk kajian kitab al-Wasith karya Imam al-Ghazali. Dua majelis untuk kajian kitab al-Muhazzab karya Imam Abu Ishaq Asy-Syairazi. Satu majelis untuk kajian kitab al-Jam’u Baina Shahihain. Satu majelis untuk kajian kitab Shahih Muslim. Satu majelis untuk kajian kitab al-Luma’ karya Ibnu Jinni

Satu majelis untuk kajian kitab Ishlahul Mantiq karya Ibnu Sakiit. Satu majelis untuk kajian Tashrif. Satu majelis untuk kajian ushul Fiqh (kitab al-Luma’ karya Abu Ishaq Asy-Syairazi). Satu majelis untuk kajian Asma’ Rijal dan satu majelis untuk kajian Ushuluddin (Aqidah)

Bagikan artikel ini ke :