Umumnya para ulama sepakat bahwa wanita yang sedang haidh itu sama seperti orang yang sedang berjanabah. Dan orang yang sedang berjanabah memang diharamkan untuk membaca Al-Qur’an. Sebelumnya harus kita tegaskan terlebih dahulu bahwa yang sedang kita bicarakan ini adalah hukum melafadzkan ayat-ayat Al-Qur’an bagi wanita yang sedang haidh. Sedangkan menyentuh mushaf Al-Qur’an ada pembahasannya tersendiri, demikian juga dengan hukum membaca Al-Quran dalam hati tanpa menggerakkan lidah alias membatin dalam hati
Dalil keharaman orang haidh yang membaca Al-Qur’an ada banyak sekali, di antaranya adalah hadits
ูุงู ุชูููุฑูุฃู ุงููุญูุงุฆูุถู ูููุงู ุงููุฌูููุจู ุดูููุฆูุง ู ููู ุงููููุฑูุขูู
Janganlah seorang yang sedang haidh atau junub membaca sesuatu dari Al-Quran. (HR. Tirmizy). Dan juga ada hadits Ali bin Abi Thalib radhiyallahuanhu
ุนูููููู ุฃูููููู ููุงูู: ยซููุงูู – ุนููููููู ุงูุตููููุงุฉู ููุงูุณููููุงู ู – ููุง ููู ูููุนููู ู ููู ููุฑูุงุกูุฉู ุงููููุฑูุขูู ุดูููุกู ุฅููููุง ุงููุฌูููุงุจูุฉู
Dari Ali bin Abi thalib bahwa Rasulullah SAW tidak pernah terhalang dari membaca Al-Qur’an kecuali janabah. (HR. Ahmad)
Selain itu juga berdasarkan perbuatan dan perkataan Rasulullah SAW ketika usai membaca suatu ayat Al-Qur’an, beliau mengatakan
ูุฐุง ูู ู ููุณ ุฌูุจุงู ุฃู ููุง ุงูุฌูุจ ููุง ููุง ุขูุฉ
Membaca Al-Qur’an dibolehkan untuk yang tidak berjanabah, sedangkan yang sedang berjanabah, maka tidak boleh walaupun hanya baca satu ayat. (HR. Ahmad)
Dengan sekian banyak hadits di atas, maka nyaris hampir seluruh ulama dan mujtahid di empat mazhab utama sepakat mengharamkan wanita yang sedang haidh untuk membaca Al-Qur’an secara lisan. Kalau pun ada yang membolehkan, sebenarnya tidak bisa dipungkiri, namun sebenarnya ijtihad semacam itu di kalangan ulama salaf sendiri tidak banyak pendukungnya, yaitu hanya sebagian ulama mazhab Maliki saja. Dan yang tegas-tegas bilang halal cuma satu yaitu Ibnu Hazm sebagai representasi dari mazhab Azh-Zhahiriyah. Kalau mazhab ini memang selamanya selalu berbeda.
baca : Tanpa Wudhu Haram Menyentuh Mushaf Al-Qurโan
Berikut ini adalah rincian dan kutipan dari berbagai kitab fiqih yang terkait dengan masalah ini
A. Mazhab Al-Hanafiyah
1. Kitab Al-Mabsuth
As-Sarakhsi (w. 483 H) menuliskan di dalam kitabnya Al-Mabsuth sebagai berikut :
ููููููุณู ููููุญูุงุฆูุถู ู ูุณูู ุงููู ูุตูุญููู ููููุง ุฏูุฎูููู ุงููู ูุณูุฌูุฏู ููููุง ููุฑูุงุกูุฉู ุขููุฉู ุชูุงู ููุฉู ู ููู ุงููููุฑูุขููุ
Tidaklah seseorang yang haid boleh memegang mushaf, dan tidak pula masuk masjid, serta tidak diperbolehkan membaca satu ayat Al-Qurโan dengan sempurna.
2. Kitab Badai’ Ash-Shanai’
Al-Kasani (w. 587 H) menuliskan di dalam kitabnya Badai Ash-Shanai fi Tartib Asy-Syarai’ sebagai berikut :
ููุฃูู ููุงุญูููู ู ุงููุญูููุถู ููุงููููููุงุณู ููู ูููุนู ุฌูููุงุฒู ุงูุตููููุงุฉูุ ููุงูุตููููู ูุ ููููุฑูุงุกูุฉู ุงููููุฑูุขููุ ููู ูุณูู ุงููู ูุตูุญููู ุฅูููุง ุจูุบูููุงููุ ููุฏูุฎูููู ุงููู ูุณูุฌูุฏูุ ููุงูุทููููุงูู ุจูุงููุจูููุชู
Adapun hukum wanita haid dan nifas maka tidak diperbolehkan shalat, puasa, membaca Al-Qurโan, memegang mushaf tanpa sampul, masuk masjid, dan thawaf di baitullah
3. Syarah Fath Al-Qadir
Ibnul Humam (w. 681 H) menuliskan di dalam kitabnya Syarah Fath Al-Qadir sebagai berikut :
ูููุณ ููุญุงุฆุถ ูุงูุฌูุจ ูุงูููุณุงุก ูุฑุงุกุฉ ุงููุฑุขู ููููู – ุนููู ุงูุตูุงุฉ ูุงูุณูุงู – ยซูุง ุชูุฑุฃ ุงูุญุงุฆุถ ููุง ุงูุฌูุจ ุดูุฆุง ู ู ุงููุฑุขูยป
Dan tidaklah wanita haid, junub, dan nifas membaca Al-Qurโan. Dikarenakan sabda Rasulullah: “Tidak boleh seorang yang haid dan junub membaca Al-Qurโan. [3]
4. Kitab Tabyin Al-Haqaiq Syarah Kanzu Ad-Daqaiq
Az-Zaila’i (w. 743 H) menuliskan di dalam kitabnya Tabyin Al-Haqaiq Syarah Kanzu Ad-Daqaiq sebagai berikut :
ูุงู – ุฑุญู ู ุงููู – (ููุฑุงุกุฉ ุงููุฑุขู) ุฃู ูู ูุน ุงูุญูุถ ูุฑุงุกุฉ ุงููุฑุขูุ ููุฐุง ุงูุฌูุงุจุฉ
Seseorang yang haid dilarang membaca Al-Qurโan begitu juga dengan junub. [4]
B. Mazhab Al-Malikiyah
Ibnu Rusyd (w 595 H) dalam kitabnya Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid menuslikan bahwa para ulama berbeda pendapat dalam hal ini, khususnya mazhab Maliki yang membolehkan dengan syarat dan alasan tertentu.
baca : Hafalan Al-Qurโan Dijadikan Mahar Nikah
ููุฑูุงุกูุฉู ุงููููุฑูุขูู ููููุฌูููุจู : ุงุฎูุชููููู ุงููููุงุณู ููู ุฐููููู: ููุฐูููุจู ุงููุฌูู ููููุฑู ุฅูููู ู ูููุนู ุฐูููููุ ููุฐูููุจู ููููู ู ุฅูููู ุฅูุจูุงุญูุชูููุ ููุงูุณููุจูุจู ููู ุฐููููู ุงููุงุญูุชูู ูุงูู ุงููู ูุชูุทูุฑูููู ุฅูููู ุญูุฏููุซู ุนูููููู ุฃูููููู ููุงูู: ยซููุงูู – ุนููููููู ุงูุตููููุงุฉู ููุงูุณููููุงู ู – ููุง ููู ูููุนููู ู ููู ููุฑูุงุกูุฉู ุงููููุฑูุขูู ุดูููุกู ุฅููููุง ุงููุฌูููุงุจูุฉูยป
Membaca Al-Quran bagi yang berjanabah : orang-orang berbeda pendapat dalam masalah ini. Jumhur ulama mengharamkannya, namun ada sebagian yang membolehkannya. Penyebabnya karena adanya perbedaan pandangan dalam hadits Ali : bahwa Rasulullah SAW tidak pernah terhalangi dari membaca Al-Qur’an kecuali janabah.
ููููููู ู ุฌูุนููููุง ุงููุญูุงุฆูุถู ููู ููุฐูุง ุงููุงุฎูุชูููุงูู ุจูู ูููุฒูููุฉู ุงููุฌูููุจูุ ููููููู ู ููุฑูููููุง ุจูููููููู ูุงุ ููุฃูุฌูุงุฒููุง ููููุญูุงุฆูุถู ุงููููุฑูุงุกูุฉู ุงูููููููููุฉู ุงุณูุชูุญูุณูุงููุงุ ููุทูููู ู ูููุงู ูููุง ุญูุงุฆูุถูุงุ ูููููู ู ูุฐูููุจู ู ูุงูููู
Sebagian kalangan mengatakan bahwa haidh itu termasuk ke dalam status janabah, namun sebagian kalangan lain membedakan antara keduanya. Maka mereka pun membolehkan bagi wanita haidh untuk membaca Al-Quran tapi sedikit saja dengan dasar istihsan. Dan mengingat bahwa haidh itu cukup panjang waktunya. Dan itu adalah pendapat mazhab Maliki.
C. Mazhab Asy-Syafi’iyah
1. Kitab Al-Majmu Syarah Al-Muhadzdzab
An-Nawawi (w. 676 H) menuliskan di dalam kitabnya Al-Majmu Syarah Al-Muhadzdzab sebagai berikut :
ูู ู ุฐุงูุจ ุงูุนูู ุงุก ูู ูุฑุงุกุฉ ุงูุญุงุฆุถ ุงููุฑุขู ูุฏ ุฐูุฑูุง ุฃูู ู ุฐูุจูุง ุงูู ุดููุฑ ุชุญุฑูู ูุง ููุง ููุณู ุบุงูุจุง ูู ูุฐุง ุงููุฏุฑ ููุฃูู ุฎูู ุงูููุณูุงู ููุชูู ุจุฅู ุฑุงุฑ ุงููุฑุขู ุนูู ุงูููุจ …
Pendapat para ulama mengenai hukum wanita haid membaca al-Qurโan adalah haram…..Masa haid yang berangsung beberapa hari biasanya tidak sampai bisa membuat orang lupa pada hafalannya. Dan jika tetap khawatir lupa pada hafalannya, maka cukuplah ia menghafal/muraja’ah di dalam hatinya. [6]
2. Kitab Asna Al-Mathalib Syarah Raudhatu At-Thalib
Zakaria Al-Anshari (w. 926 H) menuliskan di dalam kitabnya Asna Al-Mathalib Syarah Raudhatu At-Thalib sebagai berikut :
baca : Al-Qurโan Terjamin Keasliannya
ูู ูุญูู ูุทุคูุง ููุง ุบูุฑู ู ู ุงูุชูู ุชูุน ุงูู ุญุฑูู ูุงููุฑุงุกุฉ ูู ุณู ุงูู ุตุญู ููุญููุง
Dan tidak di halalkan seorang wanita untuk digauli pada saat haid, begitu juga percumbuan yang diharamkan, serta melafadzkan Al-Qur’an serta menyentuhnya.
3. Kitab Mughni Al-Muhtaj
Al-Khatib Asy-Syirbini (w. 977 H) menuliskan di dalam kitabnya Mughni Al-Muhtaj sebagai berikut :
ูููู ุชุจุงุญ ููุง ุงููุฑุงุกุฉ ู ุทููุง ุฎูู ุงูููุณูุงู ุจุฎูุงู ุงูุฌูุจ ููุตุฑ ุฒู ู ุงูุฌูุงุจุฉุ ูููู ุชุญุฑู ุงูุฒููุงุฏุฉ ุนูู ุงููุงุชุญุฉ ูู ุงูุตููุงุฉ ูุงูุฌูุจ ุงููุงูุฏ ููุทูููุฑูู
Dan ada yang berpendapat: diperbolehkan bagi wanita haid membaca Al-qurโan karena takut akan lupa hafalannya, karena masa haid lebih lama di banding dengan junub. Dan ada juga yang berpendapat : diharamkan wanita haid membaca lebih dari al-Fatihah dalam shalat.
D. Mazhab Al-Hanabilah
Ibnu Qudamah (w. 620 H) menuliskan di dalam kitabnya Al-Mughni sebagai berikut :
ูููุง: ู ุง ุฑูู ุนู ุนููุ – ุฑุถู ุงููู ุนูู – ยซุฃู ุงููุจู – ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู – ูู ููู ูุญุฌุจูุ ุฃู ูุงู: ูุญุฌุฒูุ ุนู ูุฑุงุกุฉ ุงููุฑุขู ุดูุกุ ููุณ ุงูุฌูุงุจุฉ.ยป ุฑูุงู ุฃุจู ุฏุงูุฏุ ูุงููุณุงุฆูุ ูุงูุชุฑู ุฐูุ ููุงู: ุญุฏูุซ ุญุณู ุตุญูุญ. ูุนู ุงุจู ุนู ุฑุ ยซุฃู ุงููุจู – ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู – ูุงู: ูุง ุชูุฑุฃ ุงูุญุงุฆุถ ููุง ุงูุฌูุจ ุดูุฆุง ู ู ุงููุฑุขู.ยป ุฑูุงู ุฃุจู ุฏุงูุฏุ ูุงูุชุฑู ุฐู
Pendapat kami yaitu hadist yang di riwayatkan oleh bin Umar: Bahwasannya Nabi bersabda: Wanita haid dan orang junub berhalangan untuk membaca Al-Qurโan. (HR Abu Daud, An-Nasa’i dan At-Tirmidzi). Hadits Hasan Shahih. Dan Dari Ibnu Umar Rasulullah SAW bersabda: “Wanita haid dan junub tidak boleh membaca apapun dari al-Quran.” (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi) [9]
E. Mazhab Azh-Zhahiriyah
Ibnu Hazm (w. 456 H) menuliskan di dalam kitabnya Al-Muhalla bil Atsar sebagai berikut :
ููุฑุงุกุฉ ุงููุฑุขู ูุงูุณูุฌูุฏ ููู ูู ุณู ุงูู ุตุญู ูุฐูุฑ ุงูููู ุชุนุงูู ุฌุงุฆุฒุ ููู ุฐูู ุจูุถูุก ูุจุบูุฑ ูุถูุก ูููุฌูุจ ูุงูุญุงุฆุถ. ุจุฑูุงู ุฐูู ุฃูู ูุฑุงุกุฉ ุงููุฑุขู ูุงูุณูุฌูุฏ ููู ูู ุณู ุงูู ุตุญู ูุฐูุฑ ุงูููู ุชุนุงูู ุฃูุนุงู ุฎูุฑ ู ูุฏูุจ ุฅูููุง ู ุฃุฌูุฑ ูุงุนููุงุ ูู ู ุงุฏูุนู ุงูู ูุน ูููุง ูู ุจุนุถ ุงูุฃุญูุงู ูููู ุฃู ูุฃุชู ุจุงูุจุฑูุงู.
Dan membaca Al-Qur’an, sujud, menyentuh mushaf, dzikir, itu semua boleh (bagi wanita haid). Semua itu boleh dilakukan dengan atau tanpa wudhu’, Dan boleh dilakukan oleh wanita haid maupun orang junub. Alasannya adalah bahwa membaca Al-Qur’an, sujud, menyentuh mushaf dan dzikir adalah perbuatan yang baik, hukumnya sunnah, dan berpahala bagi yang melakukannya. Barang siapa yang melarang wanita haid untuk melakukan itu semua, maka harus disertai alasan.
baca : Akhlaq Imam An-Nawawi Terhadap Pencuri
F. Fatwa Kontemporer
Di masa kontemporer ini kita menemukan fatwa tentang hal ini, di antaranya :
1. Syeikh Bin Baz
Syeikh Bin Baz (w. 1420 H) yang pernah menjadi mufti Kerajaan Saudi Arabia di masa lalu di dalam fatwanya juga mengharamkan wanita haidh baca Al-Qur’an. Dan seandainya dia takut lupa hafalannya, maka cukup membaca dalam hati saja. Berikut petikan fatwa beliau :
ูุงูุฃุฑุฌุญ ุฃููุง ุชูุฑุฃ ุนู ุธูุฑ ููุจุ ูุฃููุง ูุฏ ุชูุณุงู ููุฏ ุชุทูู ุงูู ุฏุฉ.
Yang lebih rajih wanita haidh itu baca Quran dalam hati saja, biar tidak lupa karena terlalu lama haidhnya.
2. Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin (w. 1421 H) yang pernah menjadi mufti Kerajaan Saudi Arabia di masa lalu ketika ditanya tentang masalah wanita haidh apakah boleh membaca Al-Qur’an dan melafadzkannya, beliau menjawab :
ูุฃู ุง ูุฑุงุกุฉ ุงููุฑุขู ููุญุงุฆุถ ูุฅูู ูุง ุจุฃุณ ุจูุง ุฅุฐุง ูุงู ุงูู ูุตูุฏ ุงูุชุนููู ุฃู ุงูุชุนูู ุฃู ุฃูุฑุงุฏ ุงูุตุจุงุญ ุฃู ุงูู ุณุงุก ูุฃู ุง ุฅุฐุง ูุงู ูุตุฏ ุงูุญุงุฆุถ ู ู ูุฑุงุกุฉ ุงููุฑุขู ุงูุชุนุจุฏ ุจุฐูู ูุฅู ููู ุฎูุงู ุจูู ุงูุนูู ุงุก ูู ููู ู ู ูุฌูุฒู ูู ููู ู ู ูุง ูุฌูุฒู ูุงูุงุญุชูุงุท ุฃูุง ุชูุฑุฃ ููุชุนุจุฏ ูุฃููุง ุฅุฐุง ูุฑุฃุช ููุชุนุจุฏ ุฏุงุฑ ุงูุฃู ุฑ ุจูู ุฃู ุชููู ุขุซู ุฉ ุฃู ู ุฃุฌูุฑุฉ ูู ุนููู ุฃู ู ู ุงููุฑุน ุฃู ูุชุฑู ุงูุฅูุณุงู ู ุง ูุฑูุจู ุฅูู ู ุง ูุง ูุฑูุจู
Sedangkan membaca Al-Qur’an bagi wanita yang sedang haidh tidak mengapa, asalkan maksudnya untuk mengajar atau belajar, atau dengan niat membaca wirid (dzikir) pagi dan petang. Namun bila niatnya semata-mata untuk beribadah, maka para ulama berbeda pendapat dalam hukumnya. Sebagian membolehkan dan sebagian tidak membolehkan. Namun demi kehati-hatian jangan baca untuk tujuan beribadah, sebab ada dua kemungkinan antara berdosa atau berpahala. Dan sudah jadi maklum untuk kita berperilaku wara’ (berhati-hati) dengan meninggalkan hal-hal yang meragukan kepada yang tidak meragukan.
Mayoritas ulama sepakat mengharamkan wanita haidh melafadzkan Al-Qur’an dengan lisan, baik dengan suara lirih atau pun suara keras, hukumnya tetap haram. Namun bila bukan dengan lisan, hukumnya boleh, Misalnya ayat Al-Qur’an hanya dibatin dalam hati tanpa menggerakkan lidah, hukumnya boleh
baca : Kisah Imam Ahmad Ibn Hanbal dan Tukang Roti
Mendengarkan bacaan atau alunan ayat-ayat suci Al-Qur’an, hukumnya boleh. Melafadzkan terjemahan Al-Qur’an dan bukan lafadz Arabnya, hukumnya boleh. Membaca doa dan dzikir yang diiqtibas dari ayat Al-Qur’an, asalkan tidak diniatkan membaca Al-Qur’an, tetapi hanya sebatas doa atau dzikir, hukumnya juga dibolehkan.
Dasar keharamannya adalah hadits-hadits yang melarang orang yang sedang berjanabah untuk melafadzkan Al-Qur’an, sedangkan wanita yang haidh termasuk ke dalam hitungan orang yang sedang berjanabah.
Namun ada satu dua ulama yang membolehkan wanita haidh melafadzkan Al-Qur’an, dengan beberapa alasan. Haidh Beda Dengan Janabah, menurut pandangan mereka bahwa wanita haidh tidak termasuk orang yang berjanabah. Sehingga tidak termasuk yang dilarang melafadzkan Al-Qur’an. Bagi wanita yang sedang menghafalkan Al-Qur’an, bila tidak membaca dikhawatirkan nanti lupa hafalannya. Sehingga dibolehkan karena darurat.