Hafalan Al-Qur’an Dijadikan Mahar Nikah

Pemberian mahar kepada calon istri berupa berupa hafalan Al-Qur’an seringkali kita temukan ditengah masyarakat. Memang mahar seperti ini tidak sebagaimana lazimnya yaitu emas, uang, harta atau perabotan rumah tangga lainnya. Sang pengantin pria membacakan hafalan surat yang ada di kepalanya di depan sang calon istri saat itu juga. Dan tentunya juga didengar oleh seluruh hadirin yang ada.

Tidak bisa dipungkiri bahwa ada teks hadits yang ekplisit memang menyebutkan bahwa mahar itu berupa hafalan Al-Qur’an. Sehingga wajar kalau tidak sedikit orang yang memahami bahwa mahar itu boleh berupa hafalan Al-Qur’an.

ุนูŽู†ู’ ุณูŽู‡ู’ู„ู ุจู’ู†ู ุณูŽุนู’ุฏู ุฃูŽู†ูŽู‘ ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูŽู‘ ุฌูŽุงุกูŽุชู’ู‡ู ุงู…ู’ุฑูŽุฃูŽุฉูŒ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽุชู’: ูŠุงูŽุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฅูู†ู‘ูŠู ูˆูŽู‡ูŽุจู’ุชู ู†ูŽูู’ุณููŠ ู„ูŽูƒูŽ. ููŽู‚ูŽุงู…ูŽุชู’ ู‚ููŠูŽุงู…ู‹ุง ุทูŽูˆููŠู’ู„ุงู‹. ููŽู‚ูŽุงู…ูŽ ุฑูŽุฌูู„ูŒ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ูŠูŽุงุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฒูŽูˆูู‘ุฌู’ู†ููŠู’ู‡ูŽุง ุฅูู†ู’ ู„ูŽู€ู…ู’ ูŠูŽูƒูู†ู’ ู„ูŽูƒูŽ ุจูู‡ูŽุง ุญูŽุงุฌูŽุฉ. ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‡ู : ู‡ูŽู„ู’ ุนูู†ู’ุฏูŽูƒูŽ ู…ูู†ู’ ุดูŽูŠู’ุกู ุชูุตู’ุฏูู‚ูู‡ูŽุง ุงููŠูŽู‘ุงู‡ูุŸ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ู…ูŽุง ุนูู†ู’ุฏููŠู’ ุงูู„ุงูŽู‘ ุงูุฒูŽุงุฑููŠู’ ู‡ุฐูŽุง. ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุงูู†ู’ ุงูŽุนู’ุทูŽูŠู’ุชูŽู‡ูŽุง ุงูุฒูŽุงุฑูŽูƒูŽ ุฌูŽู„ูŽุณู’ุชูŽ ู„ุงูŽ ุงูุฒูŽุงุฑูŽ ู„ูŽูƒูŽ ููŽุงู„ู’ุชูŽู…ูุณู’ ุดูŽูŠู’ุฆู‹ุง. ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ู…ูŽุง ุงูŽุฌูุฏู ุดูŽูŠู’ุฆู‹ุง. ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ุงูู„ู’ุชูŽู…ูุณู’ ูˆูŽู„ูŽูˆู’ ุฎูŽุงุชูŽู…ู‹ุง ู…ูู†ู’ ุญูŽุฏููŠู’ุฏู. ููŽุงู„ู’ุชูŽู…ูŽุณูŽ ููŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุฌูุฏู’ ุดูŽูŠู’ุฆู‹ุง. ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ู„ูŽู‡ู ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ : ู‡ูŽู„ู’ ู…ูŽุนูŽูƒูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู’ู„ู‚ูุฑู’ุขู†ู ุดูŽูŠู’ุฆูŒุŸ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ู†ูŽุนูŽู…ู’. ุณููˆู’ุฑูŽุฉู ูƒูŽุฐูŽุง ูˆูŽุณููˆู’ุฑูŽุฉู ูƒูŽุฐูŽุง ู„ูุณููˆูŽุฑู ูŠูุณูŽู…ูู‘ูŠู’ู‡ูŽุง. ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ู„ูŽู‡ู ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ : ู‚ูŽุฏู’ ุฒูŽูˆูŽู‘ุฌู’ุชููƒูŽู‡ูŽุง ุจูู…ูŽุง ู…ูŽุนูŽูƒูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู’ู„ู‚ูุฑู’ุขู†ู

baca : Akhlaq Imam An-Nawawi Terhadap Pencuri

Dari Sahal bin Sa’ad bahwa nabi SAW didatangi seorang wanita yang berkata,”Ya Rasulullah kuserahkan diriku untukmu”, Wanita itu berdiri lama lalu berdirilah seorang laki-laki yang berkata,” Ya Rasulullah kawinkan dengan aku saja jika kamu tidak ingin menikahinya”. Rasulullah berkata,” Punyakah kamu sesuatu untuk dijadikan mahar? dia berkata, “Tidak kecuali hanya sarungku ini” Nabi menjawab,”bila kau berikan sarungmu itu maka kau tidak akan punya sarung lagi, carilah sesuatu”. Dia berkata,” aku tidak mendapatkan sesuatupun”. Rasulullah berkata, ” Carilah walau cincin dari besi”. Dia mencarinya lagi dan tidak juga mendapatkan apa-apa. Lalu Nabi berkata lagi,” Apakah kamu menghafal qur’an?”. Dia menjawab,”Ya surat ini dan itu” sambil menyebutkan surat yang dihafalnya. Berkatalah Nabi,”Aku telah menikahkan kalian berdua dengan mahar hafalan qur’anmu” (HR Bukhari Muslim).

Secara dhahir kalau ada orang berpendapat bolehnya mahar berupa hafalan Al-Qur’an, memang tidak bisa dipungkiri dan wajar. Namun bukan rahasia lagi bahwa dalam menarik kesimpulan hukum kita menemukan pendapat-pendapat yang berbeda, meski tetap mengacu kepada dalil yang sama.

baca : Kisah Imam Ahmad Ibn Hanbal dan Tukang Roti

Sebagian ulama mempunyai pendapat bahwa mahar itu adalah pemberian yang berupa harta, berapa pun nilainya. Sedangkan kalau hanya berupa hafalan ayat Al-Qur’an, meski zahir nashnya demikian, namun tetap harus dipahami dengan benar sebagaimana maksudnya.

Seorang calon suami boleh saja merasa dirinya sudah menjadi hafidz (penghafal) Al-Qur’an. Tetapi hafalan yang ada di kepalanya bukanlah sesuatu yang bisa diberikan kepada orang lain. Jika mahar pernikahan berupa hafalan Al-Qur’an, justru melanggar pengertian mahar itu sendiri. Karena mahar itu merupakan pemberian dan hafalan Al-Qur’an tidaklah bisa diberikan. Sebab otak kita tidak bisa digandakan hafalan Al-Qur’annya seperti file komputer.

Hadits di atas harus dibaca dengan penuh dan tidak boleh hanya dipakai sepotong-sepotong. Hadits di atas memang menceritakan bagaimana Rasulullah SAW menyarankan atau membolehkan laki-laki itu memberi mahar berupa hafalan Al-Qur,an. Namun kalau dilihat secara seksama, sebenarnya ada proses usaha sebelumnya. Tidak ujug-ujug Nabi bilang begitu.

baca : Kisah Ketawadhuโ€™an Imam asy-Syafiโ€™i Terhadap Muridnya

Awalnya Nabi meminta agar maharnya berupa harta, tetapi karena laki-laki itu terlalu miskin, beliau SAW menyarankan untuk mencari harta dengan nilai yang amat kecil, hanya berupa cincin dari besi. Tetapi sudah dicari dan diupayakan, hasilnya tetap tidak didapat juga, akhirnya apaboleh buat, Nabi membolehkan maharnya berupa hafalan ayat Al-Qur’an.

kalaupun ingin membayar mahar pernikahan dengan hafalan Al-Qur’an, maka posisinya harus diletakkan pada opsi terakhir, setelah berusaha memberi harta meski cuma sedikit pun tidak punya. Jangan ujug-ujung langsung mahar berupa hafalan Al-Qur’an.

Menarik kesimpulan hukum secara tergesa-gesa dengan menggunakan sepotong dalil adalah sebuah keteledoran. Seorang faqih dan mujtahid wajib menggunakan semua hadits dan tidak boleh hanya berdalil dengan sepotong hadits.

baca : Al-Qurโ€™an Memerintahkan Bunuh Semua Orang Kafir?

Sebab jika hanya menggunakan hadits ini saja, tanpa melihat dan membandingkan dengan sekian banyak hadits dan dalil-dalil syar’i lainnya, sama halnya memakai dalil sepotong-sepotong. Dan memakai dalil sepotong-sepotong itu bukan perbuatan terpuji. Bahkan para ahli kitab terdahulu dilaknat Allah karena salah satunya mereka menggunakan kitab secara sepotong-sepotong. Dan Al-Qur’an sendiri mempertanyakan tindakan ini sebagai tindakan yang keliru.

Maka selain hadit di atas, kita juga harus melihat hadits lainnya tentang mahar dan nilainya di masa Rasulullah SAW. Nabi sendiri tidak pernah bayar mahar pakai bacaan atau hafalan Al-Qur’an. Padahal beliau adalah orang yang paling tinggi derajatnya dalam hafalan Al-Quran. Tetapi mahar beliau kepada para istrinya tetap berupa harta. Kepada Khadijah radhiyallahuanha diriwayatkan maharnya berupa 10 atau 100 ekor unta. Kepada Aisyah dan lainnya berupa uang sebanyak 500 dirham perak.
ย 

ูƒูŽุงู†ูŽ ุตูุฏูŽุงู‚ูู‡ู ู„ุฃูŽุฒู’ูˆูŽุงุฌูู‡ู ุซูู†ู’ุชูŽู‰ ุนูŽุดู’ุฑูŽุฉูŽ ุฃูˆู’ู‚ููŠูŽุฉู‹ ูˆูŽู†ูŽุดู‹ู‘ุง ู‚ูŽุงู„ูŽ: ู‚ูŽุงู„ูŽุชู’: ุฃุชูŽุฏู’ุฑูู‰ ู…ูŽุง ุงู„ู†ูŽู‘ุดูู‘ ุŸ. ู‚ูŽุงู„ูŽ: ู‚ูู„ู’ุชู: ู„ุงูŽ! ู‚ูŽุงู„ูŽุชู’: ู†ูุตู’ูู ุฃูˆู’ู‚ููŠูŽุฉู ุ› ููŽุชูู„ู’ูƒูŽ ุฎูŽู…ู’ุณูู…ูุงุฆูŽุฉู ุฏูุฑู’ู‡ูŽู…ู. ููŽู‡ูŽุฐูŽุง ุตูุฏูŽุงู‚ู ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ู„ุฃูŽุฒู’ูˆูŽุงุฌูู‡ู.

baca : Baca Dua Mushaf Berbeda, Apakah Al-Qurโ€™an Dipalsukan?

Aisyah berkata,”Mahar Rasulullah kepada para isteri beliau adalah 12 Uqiyah dan satu nasy”. Aisyah berkata,”Tahukah engkau apakah nash itu?”. Abdur Rahman berkata,”Tidak”. Aisyah berkata,”Setengah Uuqiyah”. Jadi semuanya 500 dirham. Inilah mahar Rasulullah SAW kepada para isteri beliau. (HR. Muslim)

Di masa Rasulullah SAW, uang 1 dinar emas dapat membeli seekor kambing sebagaimana hadits Urwah Al-Bariqi. Dan perbandingan nilai dirham dengan dinar berkisar antara 1 : 10 hingga 1 : 12. Maksudnya, satu dinar di masa itu setara dengan 10 hingga 12 dihram.

Jadi kalau mahar Rasululah SAW itu 500 dirham, berarti dengan uang itu kira-kira bisa untuk membeli kurang lebih 41 ekor kambing. Tinggal kita hitung saja berapa harga kambing saat ini. Anggaplah misalnya sejuta rupiah per-ekor, maka kurang lebih nilai 500 dirham itu 40-an juta rupiah.

baca : Diterimanya Taubat Orang Mengolok-olok Ayat Al-Qurโ€™an

Dan hadits di atas juga harus disesuaikan dengan hadits lainnya yang menerangkan. Dalam beberapa riwayat yang shahih disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda :

ุงูู†ู’ุทูŽู„ูู‚ู’ ู„ูŽู‚ูŽุฏู’ ุฒูŽูˆูŽู‘ุฌู’ุชููƒูŽู‡ูŽุง ููŽุนูŽู„ูู‘ู…ู’ู‡ูŽุง ู…ูู†ูŽ ุงู’ู„ู‚ูุฑู’ุขู†ู

Dan dalam riwyat lain oleh Muslim : Nabi SAW bersabda, โ€œPergilah, sungguh aku telah menikahkan kamu dengannya, maka ajarilah dia dengan Al-Qurโ€™anโ€.

Maka yang dijadikan mahar bukan pameran hafalan Al-Qur’an di majelis akad nikah, melainkan berupa ‘jasa’ untuk mengajarkan Al-Qur’an berikut dengan ilmu-ilmu yang terkandung di dalamnya. Dan kita dapati dalam riwayat Abu Hurairah disebutkan bahwa jumlah ayat yang diajarkannya itu adalah 20 ayat.

baca : Hadits Banyak yang Palsu, Gunakan Al-Qurโ€™an Saja

Kalau yang dimaksud bahwa mahar hafalan Al-Quran itu hanya sekedar memamerkan dari hafalan Al-Qur’an, sepertinya masih agak jauh dari makna dan maksud mahar yang sesungguhnya. Namun kalau yang dimaksud adalah dengan hafalannya itu seorang suami mengajarkan Al-Qur’an, maka jasa mengajar itu adalah salah satu wujud harta juga. Logika ini agaknya lebih masuk akal dan nalar kita. Bukankah mahar Nabi Musa ‘alaihissalam kepada istrinya juga berupa jasa juga. Jasa yang dimaksud adalah jasa menggembala kambing selama 10 tahun lamanya.

Bagikan artikel ini ke :