Setiap manusia pasti ingin mulia. Dia tidak ingin dipandang sebelah mata oleh orang lain. Mulai dari mengejar gelar sarjana, membeli baju yang mahal, memiliki rumah mewah hingga duduk diatas kursi jabatan yang tinggi. Semuanya dilakukan agar manusia bisa tampak mulia dihadapan orang lain. Seseorang akan marah ketika kemuliaannya diusik. Tidak ada seorang pun yang rela dihinakan dihadapan khalayak ramai. Tapi pertanyaannya, dimanakah letak kemuliaan itu?
Para pejabat merasa kemuliaan itu ada pada kursi dan harta. Merekapun menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Mungkin seorang artis menganggap kemuliaan ada pada tubuh molek dan wajah cantik. Mereka juga melakukan segala cara untuk tampil cantik dan menawan.
Seorang mahasiswa melihat kemuliaan ada pada gelar sarjananya, apapun akan dia lakukan untuk mendapatkan itu. Bagaimanapun caranya! Seorang suami melihat kemuliaan ketika dia mampu memberi nafkah keluarganya. Semua pekerjaan dia lakukan tanpa melihat halal haramnya.
Jika kita mencari sesuatu, carilah pada tempatnya. Mungkinkah kita akan menemukan roti di toko bangunan. Atau semen di toko roti? Saat kita mencari kemuliaan, coba cari tau dulu dimana letak kemuliaan itu. Jika kita salah tempat, mustahil kita menemukan kemuliaan. Bahkan kita akan semakin terperosok dalam lubang kehinaan. Allah berfirman,
ู ูู ููุงูู ููุฑููุฏู ุงููุนูุฒููุฉู ููููููููู ุงููุนูุฒููุฉู ุฌูู ููุนุงู
Barangsiapa manghendaki kemuliaan, maka (ketahuilah) kemuliaan itu semuanya milik Allah. (QS Fathir 10)
Jika Dzat yang Maha Mengetahui telah berkata demikian, akankah kita masih ragu? Manusia akan semakin mulia ketika ia mendekat kepada sumber kemuliaan. Karena kemuliaan itu hanya ada pada-Nya. Seseorang mencari kemuliaan harta lewat korupsi dan mencuri. Mungkinkah dia akan menjadi mulia ketika memilikinya?
Seseorang mencari kemuliaan jabatan dengan suap sana sini. Mungkinkah dia akan menjadi mulia dengan jabatannya? Seorang suami mencari kemuliaan menafkahi keluarganya dengan menipu orang lain. Mungkinkah dia akan mendapat kemuliaan?
Coba bayangkan, apa yang didapat oleh seorang yang lari dari sumber kemuliaan. Apa yang akan dimiliki seorang yang menentang sumber kemuliaan. Dia berpaling seakan bisa menemukan kemuliaan di tempat lain. Sungguh, dia tidak akan pernah mendapatkan kemuliaan itu. Dengan tegas Allah berfirman,
ููููููููู ุงููุนูุฒููุฉู ููููุฑูุณูููููู ููููููู ูุคูู ูููููู
Padahal kemuliaan itu hanyalah bagi Allah, Rasul-Nya dan bagi orang-orang Mukmin. (QS Al-Munafiqun 8)
Kenapa hanya bagi orang mukmin?
Karena mereka lah yang mencari kemuliaan di jalan-Nya. Hanya mereka yang memiliki peta kemuliaan yang benar. Siapapun yang mendambakan kemuliaan melalui jalan yang menyimpang dari Allah, dia tidak akan mendapat apa-apa kecuali kehinaan demi kehinaan.
ููู ูู ูููููู ุงูููููู ููู ูุง ูููู ู ูู ู ููููุฑูู ู
Barangsiapa Dihinakan Allah, tidak seorang pun yang akan memuliakannya. (QS Al-Hajj 18)
Dari sini kita bisa simpulkan bahwa pengamen miskin itu jauh lebih mulia dari koruptor yang bergelimang harta. Keahliannya hanya bernyanyi dan dia mencari nafkah darinya sementara koruptor mencari nafkah dengan menentang aturan Allah. Karena itu jarak kemuliaan mereka sangatlah jauh.
ุฅูููู ุงูููุฐูููู ููุญูุงุฏููููู ุงูููููู ููุฑูุณูููููู ุฃูููููุฆููู ููู ุงูุฃูุฐููููููู
Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina. (QS Al-Mujadalah 20)
Siapa yang merasa mulia dengan selain Allah maka ia akan terhina