Kebenaran Al-Qur’an adalah sesuatu yang pasti. Karena Al-Qur’an merupakan kalam Allah SWT yang Maha Benar. Dan Allah SWT menjamin keaslian Al-Quran :
إِنّا نحْنُ نزّلْنا الذِّكْر وإِنّا لهُ لحافِظُون
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al -Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya .(QS. Al-Hijr : 9)
Tidak ada seorang pun yang bisa memalsukan ayat-ayat Al-Quran, karena jaminan dari Allah SWT yang memang bisa kita lihat buktinya secara langsung.
Tidak seperti kitab yang lainnya, kitab suci Al-Qur’an langsung ditulis begitu ayat Al-Qur’an turun dari langit. Rasulullah sendiri punya para penulis wahyu yang khusus bertugas untuk menuliskan ayat setiap saat. Ketika Rasulullah SAW meninggal dunia, seluruh ayat Al-Qur’an telah tertulis di atas berbagai bahan, seperti pelepah kurma, kulit, dan lainnya.
baca : Metode Apa Yang Digunakan Untuk Menyusun Ayat dan Surah dalam Al-Qur’an
Kalau kita bandingkan dengan kitab-kitab suci dari agama lain seperti Injil, Taurat, Zabur dan kitab suci lainnya, memang sangatlah jauh perbedaannya. Kitab-kitab tersebut tidak pernah ditulis saat turunnya, meski kebudayaan yang berkembang di masa itu cukup maju dalam bidang tulis menulis.
Kalau pun saat ini ada yang menyimpan naskah Injil, naskah itu bukan naskah asli yang ditulis ketika Nabi Isa masih hidup. Tetapi kitab itu merupakan naskah yang ditulis oleh orang lain, dan ditulis berabad-abad sepeninggal Nabi Isa alaihissalam. Jangankah umat Islam, umat Kristiani sendiri masih berselisih paham tentang keaslian kitab mereka sendiri.
Di masa khilafah Abu Bakar ash-shiddqi ada berbagai tulisan ayat Al-Qur’an yang masih terpisah, kemudian disatukan dan dijilid dalam satu bundel. Saat itu dikhawatirkan ada 70 penghafal Al-Quran dari kalangan sahabat telah gugur sebagai syuhada, sehingga Umar bin Al-Khattab mengusulkan agar proyek penulisan ulang Al-Qur’an segera dijalankan. Hingga berhasilnya menjadi berupa satu mushaf standar yang sudah baku.
baca : Kenapa Al-Qur’an Memakai Bahasa Arab?
Di masa khalifah Utsman bin Al-Affan , dilakukanlah standarisasi penulisan Al-Qur’an, karena telah terdapat perbedaan teknis penulisan yang dikhawatirkan akan menjadi bencana di masa yang akan datang.
Sekedar untuk diketahui, bangsa Arab sebelumnya tidak terlalu menonjol dengan urusan seni tulis menulis, karena mereka tidak merasa membutuhkannya. Mengingat bangsa Arab mempunyai kelebihan luar biasa, yaitu mampu menghafal ribuan bait syair dengan sekali dengar, sehingga pada saat itu mereka tidak merasa perlu untuk mencatat atau menuliskan sesuatu kalau tidak penting-penting amat.
baca : Nabi Muhammad Seorang yang Ummi
Kalau pun ada seni tulis menulis, belum ada standarisasi teknis penulisan. Oleh karena itulah maka dibutuhkan sebuah standarisasi penulisan di masa khalifah Utsman.
baca : Menggunakan Al-Quran Untuk Ringtone HP
Dan dengan adanya penulisan yang standar itu, maka semua mushaf yang terpisah-pisah ayatnya dikumpulkan dan dimusnahkan dengan cara dibakar. Sehingga yang ada hanya yang sudah benar-benar mendapatkan pengesahan dalam teknis penulisannya. Dan dikenal dengan istilah rasam Utsmani.
Selain ditulis, Al-Qur’an sampai ketangan kita melalui hafalan yang merupakan keunggulan bahasa Arab. Sejak diturunkan di masa Rasulullah SAW, Al-Qur’an itu lebih banyak dihafal ketimbang ditulis. Bukan hanya dihafal saja, tetapi Al-Qur’an dibaca setiap hari minimal lima kali dalam shalat fardhu.
Al-Qur’an itu turun dalam format suara dan bukan dalam format teks. Dan kelebihan bahasa Arab itu mudah dihafal dibandingkan menghafal kalimat dalam bahasa lainnya. Saat ini di permukaan bumi ini ada bermilyar manusia yang menghafal ayat-ayat Al-Qur’an sebagiannya, dan ada ribuan umat Islam yang menghafal seluruh ayatnya yang lebih dari 6 ribuan. Mereka membacanya berulang-ulang setiap hari, setidaknya lima kali sehari.
baca : Apakah Al-Quran Bukan Bahasa Arab?
Sekali saja ada orang yang salah membaca Al-Quran, akan ada ribuan orang yang mengingatkan kesalahan itu. Semua itu menjelaskan firman Allah SWT bahwa Al-Qur’an itu memang dijaga keasliannya oleh Allah SWT Tidak mungkin Al-Qur’an dapat dipalsukan.
Al-Quran dari segi periwayatannya sangat pasti benarnya, sehingga para ulama menyebut hal ini dengan ungkapan : qat’iyu ats-tsubut (قطعي الثبوت). Selain Al-Qur’an, di dunia ini tidak ada satu pun kitab suci yang bisa dihafal oleh pemeluknya. Selain karena kitab-kitab suci mereka agak rancu sebagaimana kerancuan perbedaan doktrin dan perpecahan sekte dalam agama itu, juga karena kitab-kitab itu terlalu beragam versinya. Bahkan seringkali mengalami koreksi fatal dalam tiap penerbitannya.
Oleh karena itu kita belum pernah mendengar ada Paus di Vatican sebagai pemimpin tertinggi umat Kristiani sedunia, yang pernah menghafal seluruh isi Injil atau Bible di luar kepala. Para pendeta Yahudi tertinggi tidak ada satu pun yang mengklaim telah berhasil menghafal seluruh isi Talmud atau Taurat secara keseluruhan dari ayat pertama hingga ayat yang penghabisan.
Dan tidak ada satu pun dari para Biksu Budha di seluruh dunia yang dikabarkan pernah menghafal Tripitaka. Dan tak satu pun petinggi dari agama Hindu yang pernah dinyatakan menghafal Veda.