Beberapa Syari’at Umat Sebelum Kita

Dalam Al-Qur’an banyak sekali penjelasan dari kisah beberapa umat sebelum kita. Ada banyak sekali pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah tersebut. Namun jangan lupa bahwa bebrapa syariat yang mereka lakukan tidaklah selalu sama dengan syariat yang turun kepada kita. Ilmunya ada dalam ushul fiqih, yang disebut : syar’u man qablana.

Misalnya dikisahkan dalam Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat ke 34 bagaimana malaikat sujud kepada Adam, atau penjelasan pada surah yang ke 12 dimana ayah ibu dan saudara-saudara nabi Yusuf sujud kepadanya. Kita tahu sujudnya mereka bukan sujud ubudiyah (menyembah), tapi sujud untuk penghormatan. Namun dalam syariat kita saat ini tetaplah yang namanya sujud kepada selain Allah itu dilarang, meskipun dalam sekedar bentuk penghormatan.

Membuat patung. Nabi Sulaiman memerintahkan untuk membuat patung-patung (tamatsil). Pastinya tidak untuk disembah. Hal semacam itu disebutkan dalam Al-Qur’an surat saba.

يَعۡمَلُونَ لَهُۥ مَا يَشَآءُ مِن مَّحَٰرِيبَ وَتَمَٰثِيلَ وَجِفَانٍ كَٱلۡجَوَابِ وَقُدُورٍ رَّاسِيَٰتٍ ٱعۡمَلُوٓاْ ءَالَ دَاوُۥدَ شُكۡرًا وَقَلِيلٌ مِّنۡ عِبَادِىَ ٱلشَّكُورُ

Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih. (QS Saba’: 13)

baca : Kenapa Turunnya Al-Quran Diperingati Setiap 17 Ramadhan?

Namun dalam syariat kita saat ini, kebanyakan para ulama sepakat mengharamkan membuat patung tiga dimensi berupa makhluk hidup seperti manusia dan hewan. Sedangkan membuat gambar di atas bidang datar, para ulama berbeda pendapat akan larangannya.

Syariat yang lain untuk umat terdahulu adalah memelihara jin. Kisah Nabi Sulaiman memelihara jin yang siap disuruh-suruh itu ada dalam Al-Qur’an. Namun apakah boleh kita umat Nabi Muhammad memelihara jin untuk berkolaborasi? Kebanyakan ulama melarangnya. Meski ada satu dua yang membolehkan.

Ada juga kisah umat terdahulu dalam Al-Qur’an rata-rata jarang ada yang happy ending. Kebanyakan dari kisah mereka yang dijelaskan di dalam Al-Qur’an langsung disiksa dan diazab dengan beragam cara. Ada yang dibenamkan dalam banjir bandang, dijebloskan ke dalam bumi, digoyang gempa besar, dikejutkan suara-suara yang memekakkan telinga, ditenggelamkan di laut merah, ditiupkan angin ribut, dan lain sebagainya.

baca : Apa itu Ilmu Qiraat?

Malah ada umat yang dikutuk jadi monyet selama beberapa hari sebelum akhirnya mereka dimusnahkan. Pokoknya semua jadi horor. Dan hukuman azab itu dibayar kontan. Berbeda sekali dengan perlakuan Allah SWT kepada kita sebagai umat dari Nabi Muhammad SAW. Meski orang senegara kita ada yang kafir semua, bahkan ada yang jadi atheis sekali pun, ternyata azab buat mereka tidak langsung diberikan. Ada semacam penangguhan dari Allah.

Seandainya kalau hukuman model umat terdahulu masih berlaku saat ini, pasti peta demografi dunia akan berubah. Bencana alam hanya akan melanda negeri yang kafir saja. Negeri Islam dijamin pasti aman-aman saja. Bencana yang mematikan manusia itu hanya sebatas Benua Eropa, Australia, Amerika, sebagian Asia dan Afrika.

Dan negeri yang mayoritas muslim seperti Indonesia, Pakistan, Turki, dan negara-negara Arab pastinya steril dari bencana. Bayangkan saja pasti akan terjadi migrasi besar-besaran dari sejumlah negara kafir ke negara-negara Islam. Dan akan ada antrian panjaaaaang sekali untuk masuk Islam. Halaman masjid dipenuhi calon muallaf yang waiting list berbulan-bulan.

baca : Pembuatan Mushaf Al-Qur’an Seperti Menyusun Puzzel

Tapi . . . Syariat kita tidak sama dengan syariat umat terdahulu. Tidak mentang-mentang suatu negeri banyak orang kafirnya, lantas diturunkan azab. Sebaliknya, tidak mentang-mentang suatu negeri banyak muslimnya, dijamin aman dari bencana.

Bagikan artikel ini ke :