Sejarah penulisan Ilmu Al-Qur’an mengalami setidaknya beberapa fase. Sebagaimana umumnya semua cabang ilmu dalam Islam, di masa kenabian dan masa para shahabat belum ada satu pun cabang ilmu yang dituliskan. Kalau pun ada, hanya mushaf Al-Qur’an saja yang ditulis menjadi satu bundel buku. Setelah mushaf Al-Qur’an, maka yang dituliskan berikutnya adalah hadits-hadits nabi. Hadits itu berisi apapun perbuatan atau pun perkataan Rasulullah SAW. Dari sekian banyak perkataan Rasulullah, kemudian terdapat juga tema-tema yang terkait dengan penjelasan Beliau SAW atas ayat-ayat Al-Qur’an.
Dalam perkembangan selanjutnya tafsir dipisahkan dari kandungan kitab hadits dan menjadi kitab sendiri. Para ulama seperti Ibn Mâjah (w. 273 H), Ibn Jarîr at-Thabari (w. 310 H), Abû Bakar ibn Al-Munzir an-Naisabûri (w. 318 H) dan lain-lain mengumpulkan riwayat-riwayat yang berisi tafsir dari Nabi, sahabat dan tabi’in dalam kitab sendiri. Riwayat-riwayat yang dikumpulkan itu sudah mencakup keseluruhan ayat-ayat Al-Qur’an dan disusun sesuai dengan sistematika mushaf. Bentuk penafsiran yang dirintis Ibn Jarîr dan mufasir lain pada masa awal pembukuan tafsir inilah yang kemudian di kenal dengan bentuk at-tafsîr bi al- ma’tsûr
Contoh kitab-kitab tafsir yang menggunakan bentuk at-tafsîr bi al- ma’tsûr ini antara lain adalah Muhammad Ibn Jarîr ath-Thabari (w. 310 H), Jâmi’ al-Bayân fî Tafsîr Al-Qur’ân, Abu al-Laits Nâshir ibn Muhammad as-Samarqandi (w.373 H), Bahr al-‘Ulûm dan Abu Ishaq Ahmad ibn Ibrâhim ats-Tsa’labi (w. 427 H), al-Kasysyâf wa al-Bayân ‘an Tafsîr Al-Qur’ân.
Sementara itu, pada abad ketiga para ulama pun mulai menulis beragam tema yang berkaitan dengan Al-Qur’an selain ilmu tafsir. Seperti Ali ibn al-Madini (w. 234 H) gurunya Imam Bukhâri, menulis tentang Asbâb an-Nuzûl (أسباب النزول) . Abu ‘Ubaid al-Qâsim ibn Salâm (w. 224 H) menulis tentang Nâsikh Mansûkh (الناسخ والمنسوخ)
Sekitar abad keempat Abu Bakar as-Sijastâni (w.330H) menulis tentang Gharîb Al-Qur’an (غريب القرآن ). Dan juga Abu Bakar Muhammad ibn al-Qâsim al-Anbâri (w. 328 H) menulis tentang Sab’ah Ahruf, penulisan mushaf, jumlah bilangan surat dan ayat dalam Al-Qur’an, ‘Ali ibn Ibrâhim ibn Sa’îd yang populer dengan sebutan al-Jaufi (w. 330 H), menulis kitab al-Burhân fi ‘Ulûm Al-Qur’an (البرهان في علوم القرآن ), terdiri dari 30 jilid, tetapi hanya ditemukan sampai sekarang 15 jilid saja. Inilah kitab pertama yang secara khusus membahas cabang ilmu ini.
Ibnu Hubaib (w. 406 H) termasuk ulama diabad kelima mula menuliskan ilmu Al-Qur’an, yaitu kitab yang berjudul At-tanbih ‘ala Fadhli Ulum Al-Qur’an (التنبيه على فضل علوم القرآن ). Dan ‘Ali ibn Ibrâhîm ibn Sa’îd al-Hûfi(w. 430 H) menulis tentang ‘Irâb Al-Qur’an (إعراب القرآن ). Selain itu ada Abu ‘Amr ad-Dâni (w. 444 H) menulis tentang Qirâât Al-Qur’an (قراءات القرأن ). Di akhir abad kelima hijriyah, sudah ada kitab ulumul Qur’an yang disusun oleh Abul Ma’ali (w.494 H) bernama Al-Burhan fi Musykilat Al-Qur’an (البرهان في مشكلات القرآن ).
Seabad sesudahnya, ada Abul Farraj Abdurrahman bin Ali Ibnul Jauzi (w. 597 H) yang menyusun kitab Funun Al-Afnan fi ‘Uyun Ulum Al-Qur’an (فنون الأفنان في عيون علوم القرآن ) dan juga Ibn al-Jauzi (w. 597 H) menulis tentang ‘Ajâib Al-Qur’an ( عجائب القرآن ). pada abad keenam ini ada juga Abu al-Qâsim ibn Abd ar-Rahmân as-Subaili (w. 581 H) menulis tentang Mubhamât Al-Qur’an (مبهمات القرآن ).
Di abad ketuju Abul Hasan Ali bin Muhammad As-Sakhawi (w. 643 H) menulis kitab tentang ilmu Al-Qur’an berjudul Jamal Al-Qurra’ wa Kamal Al-Iqra’. ( جمال القرآء وكمال الإقراء ) Ibn ‘Abd as-Salâm (w. 660 H) menulis tentang ilmu Majâz Al-Qur’an (مجاز القرآن). Abu Syamah Abdurrahman bin Ismail Al-Maqdisi (w. 665 H) yang menyusun kitab Al-Mursyid Al-Wajiz fi Ulum Tata’allaqu bil Qur’an Al-Aziz (المرشد الوجيز في علوم تتعلق بالقرآن العزيز ).
Abad berikutnya seorang ulama Abu Ar-Rabi’ Sulaiman bin Abdul Qawi Ath-Thufi Al-Hambali (w. 716 H) yang menulis kitab Al-Iksir fi Qawaid At-Tafsir (الإكسير في قواعد التفسير ). Abu Abdullah bin Muhammad bin Abdullah Az-Zarkasyi (w. 764 H) dengan kitabnya, Al-Burhan fi Ulum Al-Qur’an ( البرهان في علوم القرآن ). Beliau menyebutkan 45 cabang ilmu Al-Qur’an.
Abul Fadhl Abdurrahman bin Umar Al-Bulqini (w. 824 H) sekitar abad kesembilan menulis kitab Mawaqi’ Al-Ulum min Mawaqi’ An-Nujum (مواقع العلوم من مواقع النجوم ). Kitab ini sayangnya hilang ditelan zaman tidak bisa kita temukan lagi naskahnya di masa sekarang. Dan zaman yang sama Abu Abdullah Muhammad bin Sulaiman Al-Kafiyaji (w. 879 H) yang menulis kitab berjudul At-Taysir fi Qawaid Ilm At-Tafsir ( التيسير في قواعد علم التفسير ).
Al-Hâfizh Jalâl ad-Dîn Abd Ar-Rahmân As-Suyûthi (849-911 H). Pada tahun 872 H beliau selesai menulis kitab at-Tahbîr fî ‘Ulûm Al-Qur’an ( التحبير في علوم القرآن ). Dalam buku ini as-Suyûthi membahas 102 masalah Ulumul Qur’an. Tetapi rupanya as-Suyûthi belum puas sehingga beliau menyusun kembali sebuah buku yang lebih mendalam dan sistematis pembahasannya, diberi judul AlItqân fî ‘Ulûm Al-Qur’an (الإتقان في علوم القرآن ). Suyuthi membahas 80 tema dimulai dengan Makki Madani, Awal mâ Nuzila Akhir mâ Nuzila, Asbâbun Nûzul, I’jâz Al-Qur’an, Thabaqât al-Mufassirin dan lain-lainnya.
Ada juga kitab Ilmu Al-Qur’an Kontemporer yang ditulis ditahun akhir-akhir ini diantaranya Syeikh Thâhir Al-Jazâiri yang menyusun kitab at-Tibyân fi Ulûm Al-Qur’an, selesai pada tahun 1335 H. Ada juga Jamâluddîn A’l-Qâsimy (w. 1332 H) yang menyusun kitab Mahâsin at-Ta’wîl. Juz pertama kitab ini dikhususkan untuk pembicaraan Ulumul Qur’an. Selain itu Muhammad ‘Abd al-Azhîm az-Zarqâni, yang menyusun kitab Manâhil Al-Irfân fî Ulum Al-Qur’an (2 jilid). Muhammad ‘Ali Salâmah yang menyusun kitab Manhaj AlFurqân fî ‘Ulûm Al-Qur’an. Syeikh Tanthâwi Jauhari yang menyusun kitab al-Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur’an dan Al-Qur’an wa ‘Ulûm ‘Ashriyyah. Musthafa Shadiq Ar-Râfi’i yang menyusun kitab I’jâz Al-Qur’an.
Sayyid Quthub yang menyusun kitab at-Tashwîr al-Fani fi Al-Qur’an. Ada ulama Malik bin Nabi yang menyusun kitab az-Zâhirah Al Qur’aniyah. Kitab ini sangat penting dan banyak bicara mengenai wahyu. Muhammad Rasyîd Ridhâ yang menyusun kitab Tafsîr Al-Qur’an Al-Hakîm yang terkenal pula dengan nama Tafsîr Al-Manâr. Di dalamnya banyak juga penjelasan tentang Ulumul Qur’an. Syeikh Muhammad Abdullah Darrâz yang menyusun kitab an Naba’ al-’Azhîm ‘an Al-Qur’an Al-Karim Nazharât Jadîdah fî Al-Qur’an.
Selain itu ada juga Shubhi As-Shâlih, Guru Besar Islamic Studies dan Fiqhu Lugah pada Fakultas Adab Universitas Libanon, yang menyusun kitab Mabâhits fî ‘Ulûm Al-Qur’an. Kitab ini selain membahas Ulum Al-Qur’an, juga menanggapi secara ilmiah pendapat-pendapat orientalis yang dipandang salah mengenai berbagai masalah yang berhubungan dengan Al-Qur’an. Syeikh Mahmûd Abu Daqiqi yang menyusun kitab ‘Ulûm AlQur’an. Syeikh Muhammad ‘Ali Salâmah, yang menyusun kitab Manhaj al-Furqân fî ‘Ulûm Al-Qur’an.
Muhammad Al- Mubarak yang menyusun kitab Al-Manhal AlKhâlid. Muhammad Al-Ghazali yang menyusun kitab Nazharât fî AlQur’an. Syeikh Muhammad Musthafa al-Marâghi yang menyusun sebuah risalah yang menerangkan kebolehan kita menerjemahkan Al-Qur’an. Ia pun menulis kitab Tafsir AlMarâghi. Muhammad Husain Adz-Dzahabi, menulis kitab at-Tafsîr wa alMufassirûn. Mannâ’ Khalil al-Qaththân, menulis kitab Mabâhits fî ‘Ulûm AlQur’an. Dan Muhammad ‘Ali Ash-Shabûni, menulis kitab At-Tibyân fî ‘Ulûm Al-Qur’an. Muhammad Abu Syahbah, menulis kitab al-Madkhal li Dirâsah Al-Qur’an Al-Karîm.