Sudahkah kita sholat? Adalah sebuah pertanyaan yang tak lazim. Sebagai seorang muslim kita selalu sholat 5 waktu. Bahkan terkadang kita menambah sholat wajib itu dengan sholat sunnah yang lain. Tapi sudahkah kita “sholat”? Allah berfirman,
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ
Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. (QS Al-Ankabut 45)
Hasil dari sholat adalah tercegah dari perbuatan keji dan munkar. Tapi kenyataan berbicara lain. Musolla-musolla di kantor pejabat selalu ramai tapi korupsi semakin menjadi. Masjid dipenuhi dengan kaum muslimin tapi kriminalitas semakin meningkat. Wajah-wajah berbaju muslim dengan peci selalu menghiasi bumi namun kedzoliman semakin merajalela.
Apakah yang sebenarnya terjadi? Janji Al-Qur’an yang salah atau kita yang “belum” melakukan sholat? Tentu sebagai seorang muslim kita tidak akan meragukan kebenaran Al-Qur’an. Janji Allah selalu tepat. Jika kita meragukan firman Allah, perkataan siapa lagi yang akan kita percaya?
وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللّهِ قِيلاً
Siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah? (QS An-Nisa’ 122)
Lalu apa masalahnya? Segala sesuatu memiliki hakikat dan gambarannya. Keduanya memiliki perbedaan yang amat jauh. Lukisan singa yang besar dengan mulut yang terbuka tidak akan melukai seseorang. Gambar api yang menyala tidak akan membakar sesuatu. Karena sebuah gambar tidak memiliki wujud aslinya. Ia tidak akan merubah sesuatu. Sementara hakikat singa, sekecil apapun dia akan memangsa. Nyala api, sekecil apapun ia akan membakar.
Begitulah yang terjadi pada sholat. Ia memiliki hakikat dan gambaran. Kita harus membedakan antara melakukan sholat dengan memperagakan sholat. Seorang aktor non-muslim pun bisa berakting sholat dengan amat khusyuk. Tapi apakah dia sedang sholat?
Awas ! jangan-jangan selama ini kita “belum” sholat. Kita hanya memperagakan sholat! Seorang sahabat Ali bin Abi Thalib pernah datang kepada beliau dan bertanya, “Wahai Ali, bagaimana aku mengetahui sholatku diterima atau tidak?”
Ali menjawab, “Jika sholatmu telah mencegahmu dari perbuatan keji dan munkar, maka sholatmu telah diterima.” Pertanyaan sahabat ini mewakili kita semua. Jika kita masih rajin melakukan dosa maka sadarilah, kita belum sholat. Kita hanya memperagakan gerakan sholat. Walaupun secara hukum Fiqh kita tidak wajib Qodho’ karena telah melaksanakan kewajiban sholat.