Satu pertanyaan menggelitik tentang kearaban Al-Qur’an ini. Benar sekali bahwa Al-Qur’an ini berbahasa Arab, sebagaimana disebutkan dalam banyak ayat. Namun yang membuat kita penasaran, apa kira-kira pertimbangan Allah SWT untuk memilih bahasa Arab sebagai bahasa kitab suci terakhir yang abadi
إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ قُرۡءَٰنًا عَرَبِيًّا لَّعَلَّكُمۡ تَعۡقِلُونَ
Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.(QS. Yusuf : 2)
وَكَذَٰلِكَ أَنزَلۡنَٰهُ حُكۡمًا عَرَبِيًّا
Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al Qur’an itu sebagai peraturan dalam bahasa Arab. (QS. Ar-Ra’d : 37)
وَهَٰذَا لِسَانٌ عَرَبِىٌّ مُّبِينٌ
Sedang Al-Qur’an adalah dalam bahasa Arab yang terang.(QS. An-Nahl : 103)
وَكَذَٰلِكَ أَنزَلۡنَٰهُ قُرۡءَانًا عَرَبِيًّا وَصَرَّفۡنَا فِيهِ مِنَ ٱلۡوَعِيدِ لَعَلَّهُمۡ يَتَّقُونَ أَوۡ يُحۡدِثُ لَهُمۡ ذِكۡرًا
Dan demikianlah Kami menurunkan Al-Qur’an dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali, di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau Al-Qur’an itu menimbulkan pengajaran bagi mereka.(QS. Thaha : 113)
Tentu saja jawabannya adalah rahasia Allah SWT sepenuhnya. Namun kita bisa mempelajari bahwa dibalik pilihan ini, memang kita menemukan beberapa hikmah terpendam.
Ternyata bahasa arab itu adalah bahasa tertua di dunia. Sejak zaman nabi Ibrahim as bahasa itu sudah digunakan. Bahkan sebagian ulama berpendapat bahwa bahasa arab adalah bahasa umat manusia yang pertama. Logikanya sederhana, karena ada sebuah hadits yang menyebutkan bahwa bahasa ahli surga adalah bahasa arab. Dan asal-usul manusia juga dari surga, yaitu nabi Adam dan isterinya Hawwa yang keduanya pernah tinggal di surga.
Wajar bila keduanya berbicara dengan bahasa ahli surga. Ketika keduanya turun ke bumi, maka bahasa kedua ‘alien’ itu adalah bahasa arab, sebagai bahasa tempat asal mereka. Dan ketika mereka berdua beranak pinak, sangat besar kemungkinannya mereka mengajarkan bahasa surga itu kepada nenek moyang manusia, yaitu bahasa arab
Sebagai bahasa yang tertua di dunia, wajarlah bila bahasa arab memiliki jumlah kosa kata yang paling besar. Para ahli bahasa pernah mengadakan penelitian yang menyebutkan bahwa bahasa arab memiliki sinonim yang paling banyak dalam penyebutan nama-nama benda. Misalnya untuk seekor unta, orang arab punya sekitar 800 kata yang identik dengan unta. Untuk kata yang identik dengan anjing ada sekitar 100 kata. Maka tak ada satu pun bahasa di dunia ini yang bisa menyamai bahasa arab dalam hal kekayaan perbendaharaannya. Dan dengan bahasa yang lengkap dan abadi itu pulalah agama Islam disampaoikan dan Al-Qur’an diturunkan.
Rumah yang pertama kali dibangun di muka bumi untuk beribadah terletak di Jazirah Arabia. Rumah ibadah pertama itu menurut riwayat dibangun jauh sebelum adanya peradaban manusia. Adalah para malaikat yang turun ke muka bumi atas izin Allah untuk membangunnya. Lalu mereka bertawaf di sekeliling Ka’bah itu sebagai upaya pertama menjadikan rumah itu sebagai pusat peribadatan umat manusia hingga hari kiamat menjelang.
إِنَّ أَوَّلَ بَيۡتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِى بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِّلۡعَٰلَمِينَ
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. (QS. Ali Imran : 96)
Al-Qurthubi dalam Tafsir Al-Jami’ li-Ahkamil Qur’an, mengutip Mujahid yang menyebutkan bahwa Allah SWT telah menciptakan tempat untuk Ka’bah ini 2.000 tahun sebelum menciptakan segala sesuatu di bumi. Dan Qatadah mengatakan bahwa Ka’bah adalah rumah pertama yang didirikan Allah, kemudian Nabi Adam alaissalam bertawaf di sekelilingnya, hingga seluruh manusia berikutnya melakukan tawaf seperti beliau.
Allah SWT mengutus malakikat turun ke bumi di zaman sebelum diciptakannya manusia, untuk membangun masjid yang pertama di dunia. Setelah selesai dibangun, maka para malaikat itu melakukan tawaf di sekeliling Ka’bah itu. Entah berapa lama masjid atau Ka’bah itu berdiri hingga turunnya Nabi Adam alaihissalam ke muka bumi dan mulai bertempat tinggal di sekeliling Ka’bah.
Qatadah juga menyebutkan bahwa ketika terjadi tufan di masa Nabi Nuh alaihissalam, Ka’bah diangkat ke sisi-Nya untuk diselamatkan dari adzab kaum Nuh. Sehingga posisinya menjadi ada di atas langit. Kemudian Nabi Ibrahim alaihissalam menemukan asasnya lalu membangun kembali Ka’bah itu di atas bekas-bekasnya dahulu hingga kini.
Memahami Jazirah Arabia itu jangan keliru dengan memahami negeri Timur Tengah (Middle East). Jazirah Arabia juga bukan wilayah dimana terdapat beberapa negeri Arab seperti yang kita kenal sekarang ini. Jazirah Arabia di masa kenabian itu tempatnya sangat sempit, tidak lebih besar dari Saudi Arabia di masa sekarang ini. Dikatakan suatu negeri itu sebagai Arab biasanya ditandai dengan bahasa yang digunakan masyarakat di negeri itu.
Di masa kenabian, negeri yang sekarang kita anggap sebagai negeri Arab, justru saat itu bukan negeri Arab. Sebab masyarakatnya tidak menggunakan bahasa Arab dalam berkomunikasi. Mesir, Yaman, Suriah, Palestina, Irak dan sekelilingnya di masa kenabian masih dianggap ‘ajam (عجم ) alias bukan Arab. Wilayah-wilayah itu kemudian berubah jadi negeri Arab, setelah Islam masuk kesana dan mewarnai penduduknya menjadi muslim. Lalu mereka belajar bahasa Arab hingga menjadi bahasa yang amat populer di masa itu, hingga menggeser bahasa mereka yang asli.
Stigma yang selama ini terbentuk di benak tiap orang adalah bahwa orang arab di masa Rasulullah SAW itu jahiliyah. Keterbelakangan teknologi dan ilmu pengetahuan dianggap sebagai contoh untuk menjelaskan makna jahiliyah. Padahal yang dimaksud dengan jahiliyah sesungguhnya bukan ketertinggalan teknologi, juga bukan kesederhanaan kehidupan suatu bangsa. Jahiliyah dalam pandangan Qur’an adalah lawan dari Islam. Maka hukum jahiliyah adalah lawan dari hukum Islam. Kosmetik jahiliyah adalah lawan dari kosmetik Islam. Semangat jahiliyah adalah lawan dari semangat Islam.
Bangsa arab memang sedikit terbelakang secara teknologi dibandingkan peradaban lainnya di masa yang sama. Mereka hidup di gurun pasir yang masih murni dengan menghirup udara segar. Maka berbeda dengan moralitas maknawiyah bangsa lain yang sudah semakin terkotori oleh budaya kota, maka bangsa arab hidup dengan kemurnian nilai kemanusiaan yang masih asli. Maka sifat jujur, amanah, saling menghormati dan keadilan adalah ciri mendasar dari watak bangsa yang hidup dekat dengan alam. Sesuatu yang telah sulit didapat dari bangsa lain yang hidup di tengah hiruk pikuk kota.
Sebagai contoh mudah, bangsa Arab punya akhlaq mulia sebagai penerima tamu. Pelayanan kepada seorang tamu yang meski belum dikenal merupakan bagian dari harga diri seorang arab sejati. Pantang bagi mereka menyia-nyiakan tamu yang datang. Kalau perlu semua persediaan makan yang mereka miliki pun diberikan kepada tamu. Pantang bagi bangsa arab menolak permintaan orang yang kesusahan.
Mereka amat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang paling dasar. Ketika bangsa lain mengalami degradasi moral seperti minum khamar dan menyembah berhala, bangsa arab hanyalah menjadi korban interaksi dengan mereka. 360 berhala yang ada di sekeliling Ka’bah tidak lain karena pengaruh interaksi mereka dengan peradaban barat yang amat menggemari patung.
Bahkan sebuah berhala yang paling besar yaitu Hubal, tidak lain merupakan sebuah patung yang diimpor oleh bangsa Arab dari peradaban luar. Maka budaya paganisme yang ada di arab tidak lain hanyalah pengaruh buruk yang diterima sebagai imbas dari pergaulan mereka dengan budaya romawi, yunani dan yaman. Termasuk juga minum khamar yang memabukkan, adalah budaya yang mereka import dari luar peradaban mereka.
Namun sifat jujur, amanah, terbuka dan menghormati sesama merupakan akhlaq dan watak dasar yang tidak bisa hilang begitu saja. Dan watak dasar seperti ini dibutuhkan untuk seorang dai, apalagi generasi dai pertama. Mereka tidak pernah merasa perlu untuk memutar balik ayat Allah sebagaimana Yahudi dan Nasrani melakukannya.
Sebab mereka punya nurani yang sangat bersih dari noda kotor. Yang mereka lakukan adalah taat, tunduk dan patuh kepada apa yang Allah perintahkan. Begitu cahaya iman masuk ke dalam dada yang masih bersih dan suci, maka sinar itu membentuk proyeksi iman yang amal yang luar biasa. Berbeda dengan bani Israil yang dadanya sesat dengan noda jahiliyah, tak satu pun ayat turun kecuali ditolaknya. Dan tak satu pun nabi yang datang kecuali didustainya.
Bangsa Arab tidak melakukan hal itu saat iman sudah masuk ke dalam dada. Maka ending sirah nabawiyah adalah ending yang paling indah dibandingkan dengan nabi lainnya. Sebab pemandangannya adalah sebuah lembah di tanah Arafah di mana ratusan ribu bangsa arab berkumpul melakukan ibadah haji dan mendengarkan khutbah seorang nabi terakhir.
Sejarah rasulullah berakhir dengan masuk Islamnya semua bangsa arab. Bandingkan dengan sejarah kristen yang berakhir dengan terbunuhnya (diangkat) sang nabi. Atau yahudi yang berakhir dengan pengingkaran atas ajaran nabinya. Hanya bangsa yang hatinya masih bersih saja yang mampu menjadi tiang pancang peradaban manusia dan titik tolak penyebar agama terakhir ke seluruh penjuru dunia.