Ahli Al-Qur’an Tapi Tidak Mengamalkan Isinya

Dalam kitab At-Tibyan Fii Adabi Khamalatil Qur’an karangan Imam Nawawi, dijelaskan orang yang paling baik tentu rajin baca Al-Qur’an dengan bacaan yang baik, lalu juga mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai seorang muslim, tentu urusan mengamalkan isi Al-Qur’an sudah menjadi kewajiban mutlaq, kalo bahasa pesantren laa budda. Karena Al-Qur’an bukan sekedar kitab untuk dibaca saja, tetapi lebih dari itu, Al-Qur’an adalah petunjuk hidup.

ูˆูŽูƒูŽุฐูŽู„ููƒูŽ ุฃูŽู†ุฒูŽู„ู’ู†ูŽุงู‡ู ู‚ูุฑู’ุขู†ู‹ุง ุนูŽุฑูŽุจููŠู‘ู‹ุง ูˆูŽุตูŽุฑู‘ูŽูู’ู†ูŽุง ูููŠู‡ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ูˆูŽุนููŠุฏู ู„ูŽุนูŽู„ู‘ูŽู‡ูู…ู’ ูŠูŽุชู‘ูŽู‚ููˆู†ูŽ ุฃูŽูˆู’ ูŠูุญู’ุฏูุซู ู„ูŽู‡ูู…ู’ ุฐููƒู’ุฑู‹ุง

Dan demikianlah Kami menurunkan Al-Qur’an dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali, di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau Al-Qur’an itu menimbulkan pengajaran bagi mereka.(QS. Thaha: 113)

ูˆูŽูƒูŽุฐูŽู„ููƒูŽ ุฃูŽูˆู’ุญูŽูŠู’ู†ูŽุง ุฅูู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ู‚ูุฑู’ุขู†ู‹ุง ุนูŽุฑูŽุจููŠู‘ู‹ุง ู„ู‘ูุชูู†ุฐูุฑูŽ ุฃูู…ู‘ูŽ ุงู„ู’ู‚ูุฑูŽู‰ ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุญูŽูˆู’ู„ูŽู‡ูŽุง ูˆูŽุชูู†ุฐูุฑูŽ ูŠูŽูˆู’ู…ูŽ ุงู„ู’ุฌูŽู…ู’ุนู ู„ูŽุง ุฑูŽูŠู’ุจูŽ ูููŠู‡ู ููŽุฑููŠู‚ูŒ ูููŠ ุงู„ู’ุฌูŽู†ู‘ูŽุฉู ูˆูŽููŽุฑููŠู‚ูŒ ูููŠ ุงู„ุณู‘ูŽุนููŠุฑู

Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al-Qur’an dalam bahasa Arab, supaya kamu memberi peringatan kepada ummul Qura dan penduduk sekelilingnya serta memberi peringatan tentang hari berkumpul yang tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk surga, dan segolongan masuk Jahannam.(QS. As-Syura: 7)

baca : Kenapa Al-Qurโ€™an Memakai Bahasa Arab?

Namun kita juga perlu tahu bahwa isi Al-Qur’an itu luas sekali, mencakup perkara yang menjadi pokok agama, tetapi juga ada perkara yang bersifat anjuran. Seperti yang ada dibidang ahli fiqih, ada istilah wajib dan ada sunnah. Ada juga haram dan ada pula istilah makruh.

Jadi yang harus kita jalani yang utama pada bagian yang paling penting, seperti dasar aqidah dan syariah. Jadi dibatasi dulu saja, bahwa mengamalkan isi Al-Qur’an adalah sesuatu yang mutlak wajib dijalankan, terutama pada wilayah yang paling penting. Di dalam urusan aqidah, sepertinya sedikit sekali ada perbedaan pendapat. Beda dengan urusan syariah yang agak lebih beragam teknis pelaksanaannya.

Tentu isi Al-Qur’an bukan hanya sebatas aqidah dan syariah saja, tapi mencakup semua ajaran agama Allah SWT. Namun karena jumlah ayat Al-Qur’an sangat terbatas, yaitu berkisar hanya 6000-an ayat lebih saja, maka tentu penjelasan tentang isi dan teknisnya dijelaskan melalui hadits-hadits nabawi. Bisa dikatakan di dalam Al-Qur’an baru sebatas dasarnya.

baca : Berapa Jumlah Ayat Al-Qurโ€™an?

Orang yang bergama wajib bisa membaca Al-Qur’an, paling tidak mengucapkan lafadz surat Al-Fatihah. Sebab surah ini menjadi rukun shalat 5 waktu. Tanpa membaca surat ini dengan benar, maka shalatnya dikatakan tidak sah.

Namun lepas dari urusan wajib, membaca Al-Qur’an sangat dianjurkan untuk dilakukan oleh setiap muslim, baik di dalam shalat atau di luar shalat. Ada banyak hadits yang menjadi dasar anjuran dan keutamaan kita membaca Al-Qur’an adalah:

Pertama, menjadi syafaat di hari kiamat. Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Bacalah Al-Quran sebab Al-Quranakan datang pada hari kiamat sebagai sesuatu yang dapat memberikan syafaat (pertolongan) kepada orang-orang yang mempunyainya.” (HR Muslim)

Kedua, dengan kita membaca Al-Qur’an hidup kita selalu bersama para malaikat. seperti hadist dari Aisyah radhiallahu ‘anha berkata bahwa RasulullahSAW bersabda, “Orang yang membaca al-Quran dan ia sudah mahir dengan bacaannya itu, maka ia adalah beserta para malaikat utusan Allah yang mulia lagi sangat berbakti, sedang orang yang membacanya al-Quran dan iaterbata-bata dalam bacaannya (tidak lancar) juga merasa kesukaran di waktu membacanya itu, maka ia dapat memperoleh dua pahala.” (HR Bukhari Muslim)

Selain itu membaca satu huruf dari ayat Al-Qur’an mendapat sepuluh kebajikan. Seperti keterangan yang ada di dalam kitab At-Tibyan dengan hadist yang masyhur. Dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Orang yangmembaca sebuah huruf dari kitabullah (Al-Quran), maka ia memperoleh suatu kebaikan, sedang satu kebaikan itu akan dibalas dengan sepuluh kali lipat yang seperti itu. Saya tidak mengatakan bahwa alif lam mim itu satu huruf, tetapi alif adalah satu huruf, lam satu huruf dan mim juga satu huruf.”(HR Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih)

Dan juga dengan membaca Al-Quran kita akan mendapat ketenangan, rahmat, malaikat. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah-rumah Allah untuk melantunkan ayat-ayat suci al-Qurโ€™an dan mempelajarinya, melainkan akan turun kepada mereka ketenangan, akan dilingkupi pada diri mereka dengan rahmat, akan dilingkari oleh para malaikat dan Allah pun akan menyebut (memuji) mereka pada makhluk yang ada di dekat-Nya.โ€œ (HR Muslim)

baca : Apakah Wajib Orang Islam Membaca Al-Quran?

Yang paling parah dan harus dijahui adalah ketika kita pandai membaca Al-Qur’an, bahkan rajin membacanya dan mampu menghafalnya, tetapi rajin juga mengerjakan kemungkaran dan maksiat. Naudzubillah

Tingkah laku seperti ini sering kita saksikan di tengah kerancuan beragama. Ada orang yang bahkan sudah jadi Qari’, atau pandai baca Al-Qur’an dengan sangat merdu suraranya, fasih dan lancar. Tapi kadang kelakuannya masih seperti orang bodoh. Entah pacaran, buka aurat, atau malah ikut kegiatan yang berlawanan dengan syariat Islam.

Bahkan ada juga yang melakukan syirik datang ke dukun, peramal, memelihara dan menghamba kepada jin, tidak percaya kepada ketentuan Allah.

Ini semua karena mempelajari Al-Qur’an tidak seimbang dengan pegajaran isi ajarannya. Akibatnya kadang mata pelajaran Al-Qur’an, ilmu tilawah dibuat terpisah dengan ilmu tafsir. Sehingga muncul orang pandai baca Al-Qur’an tapi tidak bisa memahami makna dan tafsirnya. Ilmunya boleh dibilang magak.

Nantinya, kalau ada orang seperti sudah jadi guru ngaji, yang diajarkan hanya urusan bacaan Al-Qur’an saja, sedangkan urusan tafsir dan maknanya boleh nol persen. Dan kalau tidak diimbangi dengan kekuatan akhlak yang baik, bisa jadi dia adalah pelaku kemungkaran dan maksiat, yang sebenarnya bertentangan dengan esensi ajaran Islam.

Maka selain kita wajib belajar membaca Al-Qur’an, kita juga wajib mempelajari isi dan tafsirnya. Tentu saja juga wajib mengamalkannya dengan benar.

Bagikan artikel ini ke :