Sebelumnya kita telah berbicara tentang hiasan dunia. Hiasan berupa harta, istri, anak, jabatan dan seluruh kenikmatan yang lain. Sayangnya hiasan itu sifatnya sementara. Cepat atau lambat, kita akan meninggalkannya atau kita yang akan ditinggalkan. Hanya Baqiatussolihat yang kekal akan terus menemani kita sampai di akhirat kelak. Dia adalah amalan baik yang abadi dan akan selalu memberi manfaat kepada kita.
Namun Rasulullah memberikan kabar gembira kepada para pengikutnya. Tidak hanya amalan baik, semua yang kita miliki di dunia bisa menjadi baqiatussolihat, sesuatu yang kekal dan terus menjadi milik kita hingga di akhirat. Apapun bisa menjadi kekal dan abadi. Mulai dari akidah kita, pemikiran, amal perbuatan, harta bahkan rumah pun bisa menjadi baqiatussolihat.
Menurut Rasulullah, orang yang paling rugi adalah orang yang kaya tapi tidak punya investasi untuk kehidupan selanjutnya. Saat dia mati, hartanya hanya akan menjadi milik ahli waris. Jika anaknya menggunakan harta itu dalam hal yang buruk, dia akan tersiksa melihatnya. Dan andai harta itu digunakan untuk hal yang baik, anaknya akan terus bertambah kebaikan dan dia tidak mendapatkan apa-apa.
Teringat kisah Sahabat Ali bin Abi tholib ketika berkunjung ke rumah sahabatnya yang besar dan megah. Imam bertanya kepada tuan rumah ini, “Apa yang kau perbuat terhadap rumah seluas ini padahal engkau lebih membutuhkannya di akhirat?” Kemudian Imam melanjutkan,
“Namun jika kau mau, kau bisa sampai di akhirat dengannya. (Caranya) kamu menjamu tamu dengan rumah ini, menyambung silaturahmi, dan mengeluarkan hak-hak yang diwajibkan dari rumah ini. Kalau engkau melakukan ini maka kamu telah sampai diakhirat dengan rumah ini.”
Dalam hidup, kita dituntut untuk menjadi orang yang cerdas. Jika tidak, kita akan rugi dan berakhir dengan penyesalan. Bagaimana sebenarnya orang cerdas itu? Mari kita tanya kepada orang yang paling cerdas sepanjang masa.
Siapa lagi kalau bukan Nabi Muhammad. Ketika pintu kota ilmu Rasul ditanya, “Apa ilmu nabi itu?” Beliau menjawab, “Ilmu nabi (Muhammad) adalah ilmu semua para nabi. Dan ilmu yag telah terjadi dan akan terjadi.” Jadi, pantas kiranya jika kita bertanya tentang orang cerdas menurut pandangan Rasulullah. Beliau pernah bersabda,
Orang cerdas itu adalah yang menghisab dirinya dan bekerja untuk apa yang akan terjadi setelah kematian.
Kita tidak perlu heran dengan orang yang mati mendadak. Yang mengherankan adalah orang yang tau akan mati namun dia tidak melakukan persiapan. Padahal saat-saat sendiri didalam kubur adalah masa yang sangat sulit. Ali pernah ditanya,
“Apakah hal yang sulit dan apa yang lebih sulit?” Ali Menjawab, “Hal yang sulit adalah kuburan dan yang lebih sulit adalah pergi kesana tanpa bekal”
Kita semua memiliki kontrak umur yang terbatas. Sewaktu-waktu kontrak ini bisa dicabut oleh Izroil. Karenanya, tidak ada waktu lagi untuk kita selain menjadi orang yang cerdas. Yaitu orang yang menjadikan apa yang dia miliki menjadi kekal dan bisa menemaninya hingga sampai di akhirat. Imam Ali pernah berpesan,
Orang mukmin itu cerdik dan cerdas. Selalu terlihat kebahagiaan di wajahnya dan kesedihan (disimpan) dihatinya. Dia berpaling dari hal-hal yang Fanaโ dan senang melakukan sesuatu yang baik
Beliau juga pernah ditanya, manakah yang lebih mulia, waktu di dunia atau waktu di akhirat? Beliau menjawab, “Waktu di dunia.” Mengapa demikian? Waktu di dunia jauh lebih mulia dari waktu di akhirat karena sedetik saja waktu di dunia bisa merubah nasibmu di akhirat.
Kita telah bertanya bagaimana orang cerdas itu kepada orang-orang paling cerdas sepanjang masa. Rasulullah dan pintu kota ilmu beliau, Imam Ali bin Abi tholib. Ternyata orang cerdas itu adalah orang yang tidak hanya bekerja untuk kehidupan di dunianya, tapi dia juga membuat semua yang dia usahakan kekal di akhirat. Bagaimana caranya?
Yang terpenting adalah mengetahui tujuan hidup. Diri ini sering lupa bahwa dunia ini bukan rumah kita sebenarnya. Kita hanya kontrak dan waktunya akan segera habis. Jika kita tidak segera sadar bahwa kita diciptakan untuk hidup abadi di akhirat, mustahil kita akan menjadi orang cerdas. Kita tidak diciptakan sia-sia. Kita juga tidak diciptakan untuk sekedar menjalankan perintah dan larangan. Kita diciptakan untuk sesuatu yang lebih dari itu. Ali pernah berkata,
Sesungguhnya engkau diciptakan untuk akhirat, maka bekerjalah untuk (kehidupanmu disana)
Dan Allah berulang kali mengingatkan manusia tentang kehidupannya di akhirat agar manusia sadar. Dunia bukan rumah aslinya. Bahkan ketika berbicara tentang bisnis di dunia pun, Allah tetap mengingat tentang akhirat.
ูููู ุงูููุฐูู ุฌูุนููู ููููู ู ุงููุฃูุฑูุถู ุฐูููููุงู ููุงู ูุดููุง ููู ู ูููุงููุจูููุง ูููููููุง ู ูู ุฑููุฒููููู ููุฅููููููู ุงููููุดููุฑู
Dia-lah yang Menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (QS Al-Mulk 15)
Sementara umat terdahulu pun dibinasakan oleh Allah karena mereka lupa kepada rumah abadinya di akhirat.
ุฅูููู ุงูููุฐูููู ููุถููููููู ุนูู ุณูุจูููู ุงูููููู ููููู ู ุนูุฐูุงุจู ุดูุฏููุฏู ุจูู ูุง ููุณููุง ููููู ู ุงููุญูุณูุงุจู
Sungguh, orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan. (QS Shad 26)
Ingat tujuan ! Inilah hal yang terpenting untuk menjadikan semua yang kita miliki kekal sampai di akhirat. Beramal untuk akhirat bukan berarti meninggalkan urusan dunia. Nikmati semua nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita. Tapi ingat, orang cerdas bukanlah orang yang hanya mau menikmati sementara lalu kenikmatan itu habis dan sirna. Orang cerdas adalah dia yang mau menikmati kenikmatan di dunia dan bersambung terus menjadi kenikmatan di akhirat.
ููุงุจูุชูุบู ูููู ูุง ุขุชูุงูู ุงูููููู ุงูุฏููุงุฑู ุงููุขุฎูุฑูุฉู ููููุง ุชููุณู ููุตููุจููู ู ููู ุงูุฏููููููุง
Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah Dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia. (QS Al-Qashas 77)
Silahkan menikmati semua kenikmatan dunia yang dihalalkan oleh Allah. Tapi, untuk menjadikannya kekal, jangan sampai kenikmatan itu menjadi tujuan. Jadikan kenikmatan itu sebagai perantara yang membuat kita memiliki tabungan untuk kehidupan akhirat.
Silahkan memiliki rumah yang bagus, tapi jadikan rumah itu tetap kekal di akhirat. Silahkan memiliki harta yang banyak tapi tetaplah berbagi agar harta itu kekal menemani kita. Silahkan menikmati segala kenikmatan dunia yang diridhoi Allah, tapi jangan lupa jadikan ia perantara untuk tetap menjadi kenikmatan dirumah abadi kita. Bahkan berkumpul bersama istri pun akan menjadi pahala. Kenikmatan dunia yang melahirkan kenikmatan kekal di akhirat.
Baqiatussolihah memang umum, mencakup seluruh amalan perbuatan baik kita. Namun ada beberapa amalan khusus yang disebut sebagai baqiatussolihah. Pertama kecintaan kepada keluarga nabi, kedua bangun malam hari dan membaca tasbih subhanallah walhamdulillah wa la ilaha illallah allahu akbar
Sedekah termasuk baqiatussolihah karena harta jika dikeluarkan akan menjadi kekal. Allah pernah berfirman dalam Hadist Qudsi-Nya
Wahai anak Adam, kalian selalu mengatakan hartaku hartaku. Bukankah ketika kau makan akan sirna, ketika kau pakai akan lapuk dan ketika kau berikan baru akan kekal.
Seperti kisah yang pernah diceritakan pada artikel sebelumnya bahwa Rasulullah pernah menyembelih kambing, lalu menyuruh istrinya untuk membagikan daging itu. Setelah selesai, sang istri menyisakan sedikit untuk Rasulullah . Beliau bertanya, “Apakah sudah kau bagikan daging itu?” Istrinya menjawab, “Sudah dan aku sisakan sedikit untukmu.” Kemudian Rasul menjawab, “Yang telah kau berikan adalah milikku dan yang kau sisakan ini bukan milikku.”
Akhirnya, banyak orang mencintai harta yang dia miliki. Dan itu tidak dilarang oleh Allah. Namun orang cinta itu tidak ingin berpisah. Sementara harta dan kekayaan duniawi akan kita tinggalkan saat berpindah alam. Jika kita mencintai harta, jangan pernah mau berpisah dengan harta itu hingga di kehidupan selanjutnya. Dan satu-satunya cara agar harta itu tidak berpisah dengan kita adalah dengan memberikannya kepada orang lain. Seperti pesan Rasulullah tadi bahwa yang diberikan adalah milik kita sementara yang masih berada ditangan belum tentu milik kita.
Bohong jika orang kikir mengaku mencintai hartanya. Karena dia sebentar lagi akan berpisah dengan harta itu, sementara dia tidak mau menjadikannya kekal dan terus bersamanya.