Adzan Subuh Masih Makan Sahur, Bolehkah?

Sahar adalah bentuk tunggal (mufrad) yang menunjuk waktu sebelum subuh, bisa juga rentangnya dimulai dari sepertiga malam akhir hingga menjelang subuh, bentuk jamaknya adalah ashar, misalnya Al-Quran menyebut

ุงู„ุตูŽู‘ุงุจูุฑููŠู†ูŽ ูˆูŽุงู„ุตูŽู‘ุงุฏูู‚ููŠู†ูŽ ูˆูŽุงู„ู’ู‚ูŽุงู†ูุชููŠู†ูŽ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูู†ู’ููู‚ููŠู†ูŽ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุณู’ุชูŽุบู’ููุฑููŠู†ูŽ ุจูุงู„ู’ุฃูŽุณู’ุญูŽุงุฑู

(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur (QS. Ali Imran: 17)

Sedangkan sahur adalah istilah untuk menyebut makanan dan minuman yang dimakan pada waktu sahar, sehingga jika ada makanan yang dimakan pada waktu sebelum magrib atau persis setelah isyak maka itu belum disebut sahur tapi disebut dengan makan malam saja. Oleh karenanya menjadi kesunnahan sahur itu adalah diakhirkan hingga tidak terlalu jauh dari waktu subuh.

Dengan cara seperti ini diharapkan bisa shalat subuh tepat waktu, berjamaah di masjid lebih baik, khsusunya bagi laki-laki. Jika saja jarak sahur dengan subuh masih lama biasanya sebagian dari kita malah tidur lagi dan bangun-bangun sudah siang, sehingga shalat subuhnya pun kesiangan. Rasulullah bersabda:

ู„ุงูŽ ุชูŽุฒูŽุงู„ู ุฃูู…ูŽู‘ุชูŠู ุจูุฎูŽูŠู’ุฑู ู…ูŽุง ุนูŽุฌูŽู‘ู„ููˆุง ุงู„ููุทู’ุฑูŽ ูˆูŽุฃูŽุฎูŽู‘ุฑููˆุง ุงู„ุณูŽู‘ุญููˆุฑ

Umatku masih dalam kebaikan selama mendahulukan buka puasa dan mengakhirkan sahur. (HR. Ahmad)

Makan sahur ini adalah bagian kesunnahan yang sangat baik untuk dikerjakan

ุชูŽุณูŽุญูŽู‘ุฑููˆุง ููŽุฅูู†ูŽู‘ ููŠู ุงู„ุณูŽู‘ุญููˆุฑู ุจูŽุฑูŽูƒูŽุฉ

Makan sahurlah, karena sahur itu barakah (HR Bukhari dan Muslim)

Sekalipun sahur hanya dengan meneguk air putih, baik karena bangunnya kesiangan atau memang sengaja dengan air putih, sebisa mungkin jangan ditinggalkan, karena itu juga diharapkan ada keberkahannya dari Allah. Rasulullah dalam hadits yang lainnya memberitahu bahwa

ุงู„ุณูŽู‘ุญููˆุฑู ุจูŽุฑูŽูƒูŽุฉ ููŽู„ุงูŽ ุชูŽุฏูŽุนููˆู‡ู ูˆูŽู„ูŽูˆู’ ุฃูŽู†ู’ ูŠุฌุฑุน ุฃูŽุญูŽุฏููƒูู… ุฌูุฑู’ุนูŽุฉ ู…ูŽุงุกู ููŽุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูˆูŽู…ูŽู„ุขุฆููƒูŽุชูŽู‡ู ูŠูุตูŽู„ูู‘ูˆู†ูŽ ุนูŽู„ู‰ูŽ ุงู„ู…ูุชูŽุณูŽุญูู‘ุฑููŠู†

Sahur itu barakah maka jangan tinggalkan meski hanya dengan seteguk air. Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yang sahur (HR Ahmad)

Imam An-Nawawi dengan tegas mengatakan bahwa para ulama tidak berselisih jika fajar/subuh sudah tiba sedangkan dimulut seseorang masih ada makanan maka harus dimuntahkan, dan setelah itu dia boleh melanjutkan puasanya, namun jika sengaja ditelan sedangkan dia sudah tahu bahwa fajar/subuh telah tiba maka batallah puasanya. Memang benar ada hadits yang mengatakan

ุฅูุฐูŽุง ุณูŽู…ูุนูŽ ุฃูŽุญูŽุฏููƒูู…ู ุงู„ู†ูู‘ุฏูŽุงุกูŽ ูˆูŽุงู„ุฅูู†ูŽุงุกู ุนูŽู„ูŽู‰ ูŠูŽุฏูู‡ู ููŽู„ุงูŽ ูŠูŽุถูŽุนู’ู‡ู ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ูŠูŽู‚ู’ุถูู‰ูŽ ุญูŽุงุฌูŽุชูŽู‡ู ู…ูู†ู’ู‡ู

Jika salah seorang di antara kamu mendengar adzan sedangkan ia masih memegang piring (makan) maka janganlah ia meletakkannya sehingga ia menyelesaikan hajatnya (makannya) (HR. Ahmad, Abu Dawud, Hakim)

Namun cara memahami hadits diatas harus dibawa kepada pemahaman hadits berikut

ุฃูŽู†ูŽู‘ ุจูู„ุงูŽู„ุงู‹ ูƒุงูŽู†ูŽ ูŠูุคูŽุฐูู‘ู†ู ุจูู„ูŽูŠู’ู„ู ููŽู‚ุงูŽู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‡ู : ูƒูู„ููˆุง ูˆูŽุงุดู’ุฑูŽุจููˆุง ุญูŽุชู‰ูŽู‘ ูŠูุคูŽุฐูู‘ู†ูŽ ุจู’ู†ู ุฃูู…ูู‘ ู…ูŽูƒู’ุชููˆู’ู… ููŽุฅูู†ูŽู‘ู‡ู ู„ุงูŽ ูŠูุคูŽุฐูู‘ู†ู ุญูŽุชู‰ูŽู‘ ูŠูŽุทู’ู„ูŽุนูŽ ุงู„ููŽุฌู’ุฑู

Bahwa Bilal adzan pada waktu malam. Maka Rasulullah SAW bersabda, Makan minumlah kalian sampai Ibnu Ummi Maktum adzan. Karena dia tidak akan adzan kecuali setelah terbitnya fajar shadiq. (HR. Bukhari dan Muslim).

Sehingga, masih menunurut penjelasan Imam An-Nawawi, hadits yang membolehkan makan dan minum itu hanya untuk adzan pertama, bukan adzan kedua. Perlu diketahui bahwa pada zaman nabi dahulu adzan subuh ada dua: Pertama, adzannya Bilal, beliau adzan sebelum masuknya waktu subuh. Kedua, adzannya Ibnu Ummi Maktum, beliau adzan ketika waktu subuh sudah masuk.

Jika mengikuti petunjuk dari pemahaman Imam An-Nawawi diatas, maka hadits pertama diatas difahami jika Bilal adzan sedangkan masih ada aktivitas makan dan minum maka boleh dilanjutkan, karena memang Bilal adzan belum masuk waktu subuh, tapi jika yang adzan adalah Ibnu Ummi Maktum, maka beliau adzannya sudah masuk waktu subuh maka jika masih ada makanan dimulut harus dimuntahkan. Hal ini sesuai dengan petunjuk Al-Quran

ูˆูŽูƒูู„ููˆุง ูˆูŽุงุดู’ุฑูŽุจููˆุง ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ูŠูŽุชูŽุจูŽูŠูŽู‘ู†ูŽ ู„ูŽูƒูู…ู ุงู„ู’ุฎูŽูŠู’ุทู ุงู„ู’ุฃูŽุจู’ูŠูŽุถู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฎูŽูŠู’ุทู ุงู„ู’ุฃูŽุณู’ูˆูŽุฏู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ููŽุฌู’ุฑู ุซูู…ูŽู‘ ุฃูŽุชูู…ูู‘ูˆุง ุงู„ุตูู‘ูŠูŽุงู…ูŽ ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู„ูŽู‘ูŠู’ู„ู

…dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam (QS. Al-Baqarah: 187)

Dan ini jugalah salah satu hikmah mengapa aktivitas sahur itu sebaiknya sudah selesai 10 menit sebelum masuk waktu subuh, agar puasa yang kita lakukan terbebas dari keraguan.

Jumhur (mayoritas) ulama termasuk didalamnya Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam As-Syafii dan Imam Ahmad meyakini bahwa siapa saja ketika masuk waktu subuh masih dalam keadaan junub termasuk bagi perempuan yang haidnya berhenti sejak malam namun belum mandi hingga subuh maka puasanya tetap sah, diyakini ini juga pendapatnya para sahabat Ali bin Abi Thalib, Ibnu Mas’ud, Abu Dzar, Zaid bin Tsabit, Abu Ad-Darda’, Ibnu Abbas, Ibnu Umar dan Aisyah radhiyallahu anhum, dasarnya adalah perilaku Rasulullah

ูƒูŽุงู†ูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ูŠูุตู’ุจูุญู ุฌูู†ูุจุงู‹ ู…ูู†ู’ ุฌูู…ูŽุงุนู ุบูŽูŠู’ุฑู ุงุญู’ุชูู„ุงูŽู…ู ุซูู…ูŽู‘ ูŠูŽุบู’ุชูŽุณูู„ู ูˆูŽูŠูŽุตููˆู’ู…ู

Adalah Rasulullah pernah masuk waktu subuh dalam keadaan junub karena jima’ bukan karena mimpi, kemudian beliau mandi dan berpuasa. (HR. Muttafaq ‘alaihi)

Memang ada hadits yang mengatakan

ู…ูŽู†ู’ ุฃูŽุตู’ุจูŽุญูŽ ุฌูู†ูุจุงู‹ ููŽู„ุงูŽ ุตูŽูˆู’ู…ูŽ ู„ูŽู‡ู

Orang yang masuk waktu shubuh dalam keadaan junub, maka puasanya tidak sah (HR. Bukhari)

Akan tetapi ada dua kemungkinan dari hadits tersebut: pertama, hadits tersebut sudah dihapuskan keberlakukannya (mansukh), dan kedua hadits tersebut untuk mereka yang sudah tahu bahwa fajar/subuh sudah tiba namun masih meneruskan aktivitas hubungan suami-istri (parah, hehe)

Namun walau bagaimanapun sebaiknya ketika setelah sahur agar segera mandi, agar bisa mengerjakan shalat subuh diawal waktu, terlebih bagi mereka yang ingin berjamaah subuh di masjid.

Bagikan artikel ini ke :